Categories
Random

Cerita Dewasa Mengintip Tetangga Sedang Bercinta

Cerita Dewasa Mengintip Tetangga Sedang Bercinta – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Sore itu aku terbangun, Kulihat jam di mejaku menunjukkan pukul 4.00 sore Iseng aku memanjat dinding tembok pembatas kamarku, mau ngintip tetangga sebelahku melalui ventilasi. kulihat Mas Arif dan Mbak Ayu sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Ayu yang hanya memakai baju dalam.

Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan mainnya ?” pikirku mulai tak sabaran.

Kulihat Mas Arif dan Mbak Ayu berbicara sambil berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sesekali Mbak Ayu tertawa cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif meremas payudara Mbak Ayu.

Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Ayu, menyuruh Mbak Ayu memegang penis Mas Arif. Mbak Ayu kelihatannya menurut dan memasukkan tangannya ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Ayu menolak.

“Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke” desahku dalam hati kecewa.

Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Ayu. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya ngentot tampaknya akan terpenuhi.

Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak Ayu pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Ayu hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali. Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.

“Kecil sekali, dibandingkan punyaku,” kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.

Mas Arif pun langsung menghimpit Mbak Ayu, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Ayu. Kulihat Mbak Ayu memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Ayu yang tertutup bulu jembut. Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam memek Mbak Ayu, Mas Arif langsung memeluk Mbak Ayu sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.

Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif hanya diam memeluk Mbak Ayu.

“Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku” kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.

Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan “tumpang sari” pada Mbak Ayu. Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Ayu tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Arif menyusulnya. Aku menangkap kekecewaan di muka Mbak Ayu, meski Mbak Ayu berusaha tersenyum setelah “permainan” itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Arif.

Peristiwa “observasi awal” hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Ayu dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Ayu! Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Ayu. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.

Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,

“Hai Bud, apa kabar ?” tanya Toni sambil menjabat tanganku.

“Baik“ jawabku sambil tersenyum.

“Silahkan duduk”

Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,

“Ton, aku butuh bantuanmu”

“Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?”

“Aku butuh pekerjaan”

“Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?”

“Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain”

“Hm memangnya untuk siapa ?”

“Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya”

“Aneh…tapi jika itu maumu, ya tidak apa-apa”

“Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali”

“Oke, baik kalau gitu”

“Tapi…nanti jadwal wawancaranya aku yang tentuin”

“Terserah kamu”

Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jum’at dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.

Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Ayu itu.

Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif sedang menyuci bajunya.

“Mas…….saya ingin bicara sebentar” kataku mulai membuka percakapan.

Mas Arif pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.

“Ada apa Bud ?”

“Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang” jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.

Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu

“Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!”

“Ya Mas” kataku dengan senyuman.

Dalam hatiku, aku berpikir “Habislah sudah kesempatanku !”

Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu

“Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja” Mas Arif tiba-tiba permisi.

“Eee….nggak..nggak kok Mas, saya sudah bangun nih” kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.

“Gangguin tidur kamu nggak ?”

“Ndak…ndak kok, masuk aja” kataku mempersilahkan.

Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,

“Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ?” Mas Arif bertanya.

“Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya DHL, nggak jauh kok”

“Syaratnya gimana ?”

“Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi”

“Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja” Mas Arif sepertinya keberatan.

“Enggak….nggak… koq, perusahaannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu” kataku meyakinkan Mas Arif.

“Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?”

“Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja” kataku menyarankan.

Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.

Baca juga : Cerita Dewasa Kepergok Selingkuh Dengan Tante

Hari ini selasa sesuai prediksiku Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.

Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.

“Wa’alaikumussalam” terdengar jawaban Mas Arif dari dalam kamarnya.

Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan memakai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Ayu tampak cantik sekali.

“Bagaimana Mas, tadi ?” tanyaku

“Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara”

“Alhamdulillah, tak do’ain supaya berhasil”

“Terima kasih”

Setelah berbasa basi cukup lama, akupun permisi.

“Eehh…nanti dulu, kamu kan belum minum” Mas Arif berusaha mencegahku.

“Ayo Ayu buatkan air minumnya dong” perintah Mas Arif menyuruh istrinya, Mbak Ayu.

Aku menolak dengan halus,

“Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, aku masih ada urusan”

“Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya”

Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Ayu tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke kamarku, riang karena sebentar lagi “adikku” akan bersarang dan menemukan pasangannya.

Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Ayu sendirian di kamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.

Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,

“Assalamu’alaikum” aku memberi salam.

Lama baru terdengar jawaban,

“Wa’alaikumussalam” jawaban Mbak Ayu dari dalam kamar itu.

Pintunya pun terbuka, kulihat Mbak Ayu melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,

“Ada apa ya ?” tanyanya.

“Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.

“Oh, baiklah” kata Mbak Ayu sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.

“Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif” kataku mengarang alasan.

Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Ayu mempersilahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.

Di dalam kamar, aku menghidupkan komputer dan mengoperasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.

“Mbak pingin nonton ?” tanyaku sambil melihat Mbak Ayu yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.

“Film apa sih ?” tanya Mbak Ayu kepadaku.

“Pokoknya bagus” jawabku sambil kemudian memberikan petunjuk bagi Mbak Ayu, bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.

Mbak Ayu hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian “intinya”.

Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Ayu.

Setelah di kamarku. melalui ventilasi kulihat Mbak Ayu menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.

Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Ayu masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Ayu menyukainya.

Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Ayu pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

“Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh”suara Mbak Ayu mendesah–desah , tampaknya merasakan kenikmatan.

Aku kaget,

“Wah….hebat dia masturbasi” kataku dalam hati.

Ingin aku masuk ke kamar Mbak Ayu, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.

Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.

Film di komputer itu terus berjalan hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Ayu kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Ayu ternyata masih meneruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.

“Akkkhhhhhhh………” Mbak Ayu terpekik pelan menandai orgasmenya.

Sesaat setelah orgasme Mbak Ayu yang kelima akupun ejakulasi.

“Oooorghhhh………” suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.

Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Ayu nantinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.

Kemudian Mbak Ayu sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.

Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkembangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau Mbak Ayu ngomong macam macam soal Vcd itu, bisa berabe aku. Tetapi lama kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku mengintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu aku mulai mengintip, aku kaget karena kulihat Mbak Ayu dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka bersetubuh, Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Ayu kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Ayu seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.

“Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih”, pikirku.

Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, membuat Mbak Ayu tidak bisa lagi mencapai orgasme dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Ayu akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesempatanku.

Pagi itu setelah aku mandi aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Ayu yang sedang sendirian.

Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,

“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.

“Wa’alaikumussalam” suara lembut Mbak Ayu menyahut dari dalam kamar.

Mbak Ayu pun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.

“Oh ya, saya lupa memberitahukan cara menghidupkan Vcd kemarin” kataku sambil tersenyum.

Tiba-tiba raut muka Mbak Ayu menjadi sangat serius,

“Kamu kurang ajar ya, masa’ ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak” kata Mbak Ayu sedikit keras.

Aku kaget “ternyata ia marah”, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,

“Oh ma’af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma’af kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi”

Mbak Ayu masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.

Mbak Ayu kaget, melihatku mengikuti langkahnya,

“Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!”

Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,

“Alaa….Mbak jangan munafiklah, toh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala”

“Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak” bentak Mbak Ayu.

“Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Arif khan” kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.

Mbak Ayu terkejut,

“Kamu…..”

Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,

“Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Ayu, saya jamin Mbak Ayu bisa orgasme bila main dengan saya”

“Kurang ajar ! Keluar kamu !”

“Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Ayu jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mbak Ayu tidak memakai saya, seumur-umur Mbak Ayu nggak akan pernah mencapai orgasme lagi” aku mulai menghasutnya.

Mbak Ayu terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi…

“Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !”

Aku gemetar, tapi tetap berusaha,

“Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi !” kataku sedikit tegas.

Lama kulihat Mbak Ayu terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah…“Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !” kataku sambil beranjak pergi.

Tetapi kulihat Mbak Ayu hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Ayu, kulihat ia menangis.

“Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak” kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku. Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mbak Ayu dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mbak Ayu hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.

Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah “lubang” birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.

“Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh” desahan Mbak Ayu mengiringi setiap tusukan jemariku.

Aku ingin membuatnya terangsang dan mencapai orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana panjang dan kolornya sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Ayu dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Ayu yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya. Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,

“Elmm…..mmmm…….emmmm” dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali, “Akhh….ooohhhh……aaahhhhh” suara Mbak Ayu mendesah kuat tanda terangsang.

Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Ayu dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.

Perlahan kubimbing Mbak Ayu mencapai puncaknya, hingga akhirnya…“Aaaaaaakkkhhhhhh……” pekikan pelan Mbak Ayu mengiringi orgasmenya. Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Ayu yang orgasme. Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme. Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Ayu mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat.

“Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh” suara Mbak Ayu mulai meracau.

Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Ayu, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Ayu, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Ayu yang indah membukit.

Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Ayu bergantian, sementara desahan Mbak Ayu terdengar halus di telingaku, “Akhh….teruuss…..teruuusss” Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Ayu, dan vagina itu semakin becek,

“Crrtt…..crrtt……slrrpp”

Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Ayu yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Ayu sedikit kaget,

“Ohhh….oomlmmm…elmmmm” Mbak Ayu tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.

Aku memang berusaha membimbing Mbak Ayu agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa memasukkan penisku, mempenetrasi vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Arif yang biasa masuk.

Sambil mencium dan merangsang pepek Mbak Ayu, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras.

Lama akhirnya Mbak Ayu mencapai orgasmenya yang kedua kali,

“Ooorrggghhhhh….”

Mbak Ayu mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.

“Aaaaaahhhhh…” suara Mbak Ayu terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum.

Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Ayu dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat. Bunyi becekpun mulai terdengar,

“Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp” suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.

“Akhhh….yaaahh…terus…” suara desahan Mbak Ayu keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya kusandarkan di pundakku, pinggul Mbak Ayu sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Ayu yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.

“Ahhh…..ahhh….aaahhh”

“Ohhh……ohhhh……..hhhh”

Suara desahanku dan Mbak Ayu terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.

Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Ayu, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.

Tanganku memegang pinggul Mbak Ayu, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang bersenggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian.

Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama “Oooohhhhhhh…..” lenguhan panjang Mbak Ayu menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi. Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Ayu dan Mbak Ayu juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.

Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Ayu ternyata menangis !

“Kenapa Mbak Ayu ? saya menyakiti Mbak ya ?!” tanyaku lembut penuh sesal.

Masih terisak, Mbak Ayu menjawab,

“Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia”

Kami berdua tersenyum, kemudian pelan aku baringkan Mbak Ayu. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali. Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Ayu ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,

“Ahhh…..ahhh….aaahhh”

“Ohhh……ohhhhChhhh”

hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.

Aku ingin melakukannya bersama dengan Mbak Ayu. Untuk itu aku memeluk Mbak Ayu, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Ayu kembali terangsang, bahkan terlalu cepat.

Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Ayu,

“Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama ya”

“Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku sudah tak tahan lagi” desah Mbak Ayu, kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya.

“Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak” kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.

Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.

“Akhhh….ooohhh….ohhh” suara Mbak Ayu mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.

“Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !” suaraku mengiringi desahan Mbak Ayu, Mbak Ayu menuruti “saranku”, diapun akhirnya melepaskan orgasmenya,

“Aaaakkhhhhh…………”

“Ooorggghhhhh………” suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi orgasme Mbak Ayu. Erat kupeluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.

Setelah “permainan” itu, dalam keadaan bugil aku tiduran terlentang di samping Mbak Ayu yang juga telanjang. Mbak Ayu memelukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,

“Terima kasih Bud”

Mbak Ayu kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan menyesal melakukan ini dengan Mbak Ayu, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain dengan diriku, ini berarti aku menyengsarakan Mbak Ayu.

Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya itu dan kubelai serta kuusap pelan.

Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Ayu nantinya karena membuat dia tergantung padaku dan ternyata aku mulai mencintainya.

Categories
Random

Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Mertua

Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Mertua – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Menjelang kelahiran anak pertama saya, ayah mertua meninggal. Keluarga besar istri saya sangat terpukul. Terutama ibu mertua dan Rosi. Kedua perempuan ini memang yang paling dekat dengan almarhum.

Rumah ini terasa murung berhari-hari lamanya. Tetapi segalanya berangsur pulih setelah selamatan 40 hari dilaksanakan. Semuanya sudah bisa menerima kenyataan, bahwa semua pada akhirnya harus kembali. Apalagi semenjak anak saya lahir, tiga bulan setelah kematian almarhum.

Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi pusat pelampiaskan kasih sayang. Saya juga semakin mencintai istri saya.

Tapi dalam urusan tempat tidur tidak ada yang berubah. Seringkali saya tergoda untuk mencari pelampiasan dengan wanita PSK terutama jika teman-teman sekantor mengajak. Namun saya tak pernah bisa.

Sekali waktu saya diajak kawan ke sebuah salon esek-esek. Saya pikir tidak ada salahnya untuk sekedar tahu. Salon itu terletak di sebuah kompleks pasar. Kapsternya sekitar 15 orang.

Masih muda-muda, cantik, dan seksi dengan celana pendek dan tank top di tubuhnya. Para pengunjung seluruhnya laki-laki, walaupun di papan nama tertulis salon itu melayani pria dan wanita.

Di salon itu para pria minta layanan lulur, dan konon, di dalam ruang lulur itulah percintaan dilakukan. Sungguh aneh, saya tidak birahi. Benak saya dipenuhi pikiran bahwa perempuan-perempuan itu telah dirajam oleh puluhan penis laki-laki.

Mungkin ketika seorang pria menyetubuhinya, saat itu masih ada sisa-sisa sperma milik pria-pria lain. Inilah yang membuat saya tak pernah bisa menerima diri saya bersetubuh dengan perempuan PSK. Jadi bukan alasan moral. Saya lebih suka onani sambil membayangkan perempuan-perempuan lain.

Ketika anak saya berumur tiga bulan, istri saya sudah mulai masuk kerja dan kegiatan luar kota tetap dijalankan seperti biasa. Dia sudah dipromosikan dalam jabatan supervisor. Istri saya tampak senang dengan jabatan barunya, dan makin giat bekerja.

Tioap kali ke luar kota anak saya diasuh tante-tantenya. Rosi atau Mayang atau kadang-kadang Mak Jah. Hanya jika makan (bubur bayi) saja tante-tantenya tidak sabaran. Mereka tak sanggup menyuapi bayi. Saya sendiri geli melihat bayi makan. Bubur itu sepertinya tidak pernah mau masuk ke dalam perut. Hanya keluar masuk dari bibirnya. Cerita Hot

Ibu mertua saya yang paling telaten. Kadang-kadang satu mangkuk kecil masih nambah jika ibu yang menyuapi. Jika siang saya sering tidur dengan anak saya. Saya senang sekali menatap wajah mungilnya, Saya juga mulai pintar mengganti popok dan memberinya susu. Hanya kalau malam anak saya tidur dengan ibu mertua. Soalnya kalau tidur malam, saya susah bangun. Biar anak menangis keras-keras saya sulit bangun.

Siang itu, sepulang dari kantor, seperti biasa saya cuci muka dan tangan lalu rebahan di kamar. Badan saya agak meriang. Mungkin saya akan terkena radang tenggorokan. Kerongkongan saya agak sakit buat menelan.

Ketika ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa tidur sama Ibu?”

Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.

“Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.

“Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.

“Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”

Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.

“Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”

Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.

Setelah Ibu keluar dari kamar, saya segera tidur mendekap guling. Benar-benar sakit semua badan saya. Kepala juga mulai berat. Saya mencoba mengurangi rasa sakit dengan memijit-mijit dahi dan kening.

“Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.

“Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”

Dengan badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang pernah sih dikerik ibu mertua. Perselingkuhan

Baca juga : Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Adik Ipar Super Sexy

Tapi itu karena setelah ibu melihat saya dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada cara-cara penyembuhan tradisional.

Melihat kami bersitegang ayah mertua saya membela saya, dan menyuruh ibu mengerik saya.

Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.

“Mau ibu kerik?”

“Mm terserah ibu saja,” kata saya.

Dalam hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi (baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.

“Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.

“Setrika baju, Bu”

“Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.

“Lepaskan bajunya,” kata ibu.

Saya melepas baju dan celana panjang saya. Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya. Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada penyumbatan aliran darah. Entahlah.

“Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.

Ibu mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya. Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat.

Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan. Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik.

Saya berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.

Mungkin kalau tua nanti istri saya akan seperti ini ya. Umur ibu sekitar 50 tahun. Masih ada sisa-sisa kecantikan. Bagian wajahnya masih terlihat kencang. Hanya bagian leher dan lengan yang tampak memperlihatkan usianya. Kasihan sebenarnya, usia segitu sudah ditinggal suami.

Tiba-tiba badan saya tergelinjang. Refleks saya mencengkeram lengan ibu. Rupanya ibu mulai mengerik bagian perut. Ini yang membuat saya geli. Bahkan sangat geli. Bulu kuduk saya ikut berdiri.

Ibu terus mengerik perut saya, dan saya terus mencengkeram lengan ibu. Sesekali saya mengangkat bagian perut dan pinggul saya hingga menyentuh tubuh ibu. Gesekan-gesekan itu ternyata mnimbulkan rangsangan pada penis saya. Sedikit demi sedikit penis saya mengembang. Tegang. Gila. Nafsu saya juga muncul perlahan-lahan.

Saya bahkan dengan sengaja menempelkan bagian penis saya ke pinggang ibu. Sedikit menekannya dengan berpura-pura geli oleh kerikannya. Padahal tidak. Saya sudah mulai beradap tasi lagi. Tangan saya masih mencengkeram lengan ibu.

Jantung saya berdebar-debar ketika ibu menurunkan sarung. Di hadapannya tubuh bawah saya terbungkus CD dengan isi yang menegang dengan sempurna. Maksimal. Sesekali saya lihat ibu melirik ke arah penis saya. Diturunkannya bagian atas CD saya. Hanya sedikit. Ahh padahal saya berharap seluruhnya ditanggalkan.

Saya rasakan ujung penis saya tersembul keluar. Mustahil ibu tak meihatnya. Saya tatap wajahnya. Wajahnya tak menampakkan reaksi apa-apa. Mungkinkah perempuan ini sudah tawar terhadap seks? Ataukah dia menganggap saya tak lebih dari anaknya sendiri? Apakah dia pernah melihat penis lain selain milik suaminya?

Kerikan di bagian bawah perut menimbulkan sensasi yang luar biasa. Sesekali secara tak sengaja tangan ibu menyentuh ujung penis saya. Seperti dikocok dengan lembut. Saya telah benar-benar terangsang. Birahi saya membakar kepala saya. Saya beranikan diri mengelus lengan ibu.

Ibu makasih sudah mau mengerik badan saya,” kata saya gemetar.

Ibu cuma tersenyum. Saya tak tahu artinya. Ia terus mengerik. Saya memberanikan diri menurunkan sedikit lagi CD saya, sehingga separuh penis saya keluar.

“Bagian sini juga kan Bu?” kata saya menunjuk selangkangan.

“Iya,” suara ibu bergetar.

Sentuhan tangannya ke arah penis saya makin sering. Makin nikmat rasanya. Saya makin tak tahan. Saya turunkan sedikit lagi CD saya, dan kini terbukalah seluruhnya. Saya rasakan kerikan ibu sudah mulai kacau. Saya tahu ibu mulai terpengaruh oleh pemandangan di depannya. Ya. Mustahil kalau tidak. Bagaimana pu dia perempauan biasa, dan saya laki-laki asing.

Saya pegang tangan ibu, saya bimbing dengan pelan dan cemas menuju penis saya. Saya taruh tangan itu di sana. Tak ada reaksi. Tangan itu hanya diam. Saya berusaha menggerak-gerakan penis saya. Sekali waktu saya sentakkan.

“Bu..” saya mendesis dan menggerak-gerakkan pinggul saya.

Ibu sudah tak konsentrasi lagi di kerikan. Gerakannya sudah bukan lagi gerakan mengerik, tapi lebih menyerupai garukan. Saya usap punggung ibu. Saya telusuri lekuk badannya. Dia mengenakan daster. Saya rasakan tali BH di punggungnya.

Saya jadi penasaran seperti apa rupa payudara perempuan 50 tahun. Ibu meremas-remas penis saya, mengocoknya perlahan. Saya buka resluiting dasternya. Saya buka kancing BH-nya. Saya remas kulit punggung.

Memang tidak sekenyal istri saya atau Rosi. Tapi putihnya tetap membuat saya makin terangsang. Saya rebahkan tubuh ibu, saya cium pipinya, telinga, leher dan bibirnya. Kami berciuman penuh nnafsu. Saya lepaskan dasternya di bagian atas. Hmm, payudara yang kendur.

Tapi apa peduli saya. Saya telah dikuasai oleh nafsu. Saya ciumi payudara itu, saya hisap, saya remas. Ibu menggeliat-geliat dan mengocok penis saya. Saya turukan CD-nya. Ahh seperti apakah rupa memek perempuan 50 tahun? Seperti apakah rasanya?

Memek itu dibalut rambut yang amat lebat. Sepintas tak ada bedanya dengan milik istri saya. Sama-sama kenyalnya. Perbedaan baru saya ketahu setelah penis saya menyentuh lubang vaginanya. Terasa kendurnya. Tetapi gerakan-gerakan yang dilakukan ibu memberikan efek yang fantastis bagi saya.

Saya belum pernah merasakan yang seperti itu. Istri saya seperti telah saya ceritakan, tidak enjoy dengan seks. Tampaknya seks adalah bagian dari kewajiban rumah tangga, sehingga persetubuhan kami pun lebih mirip formalitas. Orgasme yang dia dapatkan tampakya tak pernah mengubah sikapnya terhadap seks.

Kini di bawah saya, ibu mertua seperti mengajarkan kepada saya, bagaimana seorang perempuan sejati di atas ranjang. Penis saya seperti diputar-putar, diremas-remas oleh memeknya. Luar biasa. Saya lebih banyak diam. Hanya bibir dan tangan saya yang bergerak ke sana-kemari, sedangkan bagian pinggul hanya diam menerima semua perlakukan ibu.

Ibu merintih-rintih, mengerang, lalu mendekap saya. Gerakannya makin hebat, membuat saya tak tahan lagi. Saya menggenjot pinggul sekuat tenaga, dengan kecepatan penuh. Kedua kaki ibu menekan betis saya, bibirnya mencium dan mengisap leher saya. Lalu diciumnya bibir saya dengan rakus.

Hampir digigitnya. Dan srrt srtt srtt sperma saya memancar di dalam vaginanya. Saya tahu ini akan aman bagi rahim ibu. Senyap di dalam kamar. Tubuh saya lemas, tapi pikiran jadi jernih. Ibu bergegas membetulkan letak dasternya, mengenakan CD, dan menghilang dari hadapan saya. Saya tertidur. Malas mau ke kamar mandi.

Peristiwa itu membuat hubungan saya dengan ibu menjadi kaku. Ibu berusaha menghindari berdua dengan saya. Beliau juga hanya bicara seperlunya. Tampaknya beliau amat terpukul atau malu. Saya sendiri berusaha bersikap wajar.

Apa yang telah terjadi antara saya dengan Mbak Maya dan Rosi telah mengajarkan saya bagaimana bersikap wajar setelah terjadinya skandal. Beda dengan ibu dan Mbak Maya yang berubah drastis. Mereka cenderung murung.

Categories
Random

Cerita Dewasa Keciduk Coli Sama Sahabat Istriku

Cerita Dewasa Keciduk Coli Sama Sahabat Istriku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Istriku memang sengaja tidak membangunkan aku karena tadi malam aku pulang jam 4 pagi sampai rumah. Karena memang pekerjaanku sebagai auditor selalu dikejar target laporan, beruntung dalam teamku bekerja ada satu wanita yang bebas dengan segala sesuatu,

Sebut saja Vanes dialah yang semalam memberikan service kepadaku untuk mengurangi keteganganku dalam bekerja, menurut dia bers*tubuh dengan orang lain bukan hal tabu lagi buat dia karena dia tidak mempermasalahkan jika suaminya juga berkencan dengan wanita lain, yang penting dalam prinsip dia adalah tidak lihat langsung saat kejadian tersebut.

Aku yang masih enak dikasur masih teringat dengan kejadian semalam aku tersenyum bahagia, sebetulnya saya bisa pulang awal jam 10 malam karena memang saat itu aku dan Vanes sedang h**y hrnynya jadi kita bisa 3 ronde sampai akhirnya pagi menyambut kita.

Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD *. Sengaja kusetel, biar hasrtku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukck tongk*lku.

Tampak dari ujung lubang tngkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa brahiku sudah memuncak tinggi. Aku pun teringat Firda, sahabat istriku. Kebetulan Firda berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya.

Ya, aku memang sering berfntasi sedang menytubuh* Firda. Tubuhnya mungil, setinggi Vanes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan panttnya yang membulat indah, sering membuatku ngacng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Firda bisa kujmah, pasti nikmat sekali. Fantsiku ini ternyata membuat tngkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Firda…seandainya aku bis a menyntuhmu..dan kamu mau ngockin tngkolku..begitu pikiranku saat itu.

Lagi enak-enak ngock sambil nonton bokp dan membayangkan Firda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.

“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…

Oh my gosh…itu suara Firda mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Firda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya. Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Firda udah nongol di ruang tengah, dan

“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”

“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu.

Orang yang selama ini hanya ada dalam fantsiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telnjng, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngacng pula.

“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.

“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telnjng, nonton ** sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.

“Yee…namanya juga lagi h**y…ya udah mending coli sambil nonton **. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.

“Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”

“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.

“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Firda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.

Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.

“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.

“Bentar deh Fir. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.

“G*la kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Firda protes sambil melotot.

“Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.

“fir,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku col*i.” “Gimana?”

Firda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.Sejurus kemudian..

“Ok, Fir. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake ** sama ** aja deh, gak usah telnjng. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.

“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake ** dan **ku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya.

“Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”

“Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang.

Baca juga : Cerita Dewasa Pelukan hangat Supir Pribadiku

Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi col*i sambil liat **…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.

“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”

“Gak usah, disini aja,”sahutku.

Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah pa itu menyembul keluar. pa yang terbungkus ** s*xy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi ** merah itu.

Setelah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya.

Pha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selngkngannya masih terbungkus celna dalam mini berbahan satin, sewarna dengan **nya. Sepertinya, itu adalah satu set ** dan **.

“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu terusin lagi col*nya. Aku duduk ya.”

Firda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.

“Duduknya jangan gitu dong…”

“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Firda. “N*ngging, gitu?”

“Ya kalo kamu mau n*ngging, bagus banget,”sahutku.

“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.

“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celna dalam sama selngk*nganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.

“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau col*i aja pake minta macem-macem,”Firda masih saja protes dengan permintaanku.

“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka p*hanya lebar-lebar.

“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya col*nya.”

Sambil memandangi tbuh Firda, aku terus mengock tngkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejak*lasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Firda tidak menanggapi omonganku.

“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Firda menatapku dan tersenyum.

“Susmu montok bangeeeettttt… phamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngac*ng, Liiiiiinnn……”

Firda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tngkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendr dari ujung lobangnya.

“Panttmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tngkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merntih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terngs*ng.

Firda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah cel*na dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Firda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku.

Karena celna dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai merba ddanya, dan tangan yang satunya turun merba pha dan selngk*ngannya. Tapi Firda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.

Kupejamkan mataku, agar Firda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Firda mermas paydaranya dan owww…** sebelah kiri ternyata sudah diturunkan.

Astagaaa..!!! pg itu merah sekali…tegak mengcung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, p**a Firda lebih bagus dan kencang dibandingkan Vanes. Kulihat tangan kiri Firda memilin-milin putngnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam cel*na dalamnya.

“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kockan pada tngkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Firda.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa t*ngkol dan tanganku.

Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.

“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Firda sambil membelai t*ngkolku dengan tangannya yang lembut.

My gosh…perlahan impin dan obssiku menjadi kenyataan. tngkolku dibelai dan dik*cok dengan tangan Firda yang putih mulus.

Aku mendesis dan membelai rambut Firda. Kemudian secara spontan Firda menjlat tngkolku yang sudah bener-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tngkolku masuk ke mulutnya. Ya, tngkolku dihsap Firda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilngis.

Tak tahan dengan perlakuan sepihak Firda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan **nya.

“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Firda protes sambil menghentikan his*pannya.

Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas p****t putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.

“Ohh..Lin…boleh ya aku megang p****t sama memiaw kamu?”pintaku.

“Terserah…yang penting kamu puas.”

Segera kurmas-rmas p*t Firda yang montok. Ah, obssiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Firda terpampang dihadapanku. Puas dengan panttnya, kuarahkan jariku turun ke as dan vginanya. Firda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jiltan lidah dan hangatnya mulut Firda saat mengnyot tngkolku. Betul-betul menggarahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batng kelelkianku. Hingga akhirnya….

“fir….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg.

“Keluarin sayang…t*ngkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”

“I…iiy…iiyyaaa….fir….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”

Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…

Sprmaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan da Firda. Tangan halus Firda tak berhenti mengock batng kejntananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan

Ohhhh…….my dream come true….. Obssiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejhku di bibir dan muka Firda.

“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama d*a kamu kena sprmaku?”

Firda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan t*ngkolku yang sedikit melemas.

“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”

“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau s****a kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya firda.

“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen s****a aku.”

“Aihhh….” Firda terpekik. “Indah mau nelen s****a?”

Aku mengangguk. “Keapa Fir? Penasaran sama rasanya? Lha itu sprmaku masih meleleh di muka sama d*a kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.

“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Firda mengecap sprmaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya sprmaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijlatnya jarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya sprmaku masuk kedalam tubuhnya.

“Iya, Ndrew, sa kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sa kamu…”

“Mau lagi….?”

“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”

“Lha kan baru orl belum masuk ke meq kamu, Fir.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”

“Dasar kamu ya….”

“Bener kamu gak mau sp*rmaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.

“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Firda merajuk.

Perlahan kuhampiri Firda, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat meng*ngkang.

Kulihat meq*nya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.

“Hmmm…Lin…meq* kamu masih basah…kamu masih h***y dong…”tanyaku.

“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” firda memiawik saat lidahku menari diujung klit*risnya.

“Ndrewwww…kamu g*laaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.

Kumainkan lidahku dikelnttnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir v***a Firda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-sptnya.

Akibatnya luar biasa. Firda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan brhinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusdot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vginanya.

Ya…aroma va Firda lain dengan aroma va istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada snsasi tersendiri saat kuhirup aroma kewantaan Firda.

“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”

Aku paham, gerakan pantt Firda makin lar. Makin kencang. Kurasakan pula meqnya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku. dan akhirnya Crottt…..crooottt….crooootttt… AAaaaaahhhhhhh Firda berteriak dengan keras sampai terkulai lemas di sofa.

Categories
Random

Cerita Dewasa Pelukan hangat Supir Pribadiku

Cerita Dewasa Pelukan hangat Supir Pribadiku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Aku ingin menceritakan pengalaman berkesanku dan aku lakukan pertama kalinya perkenalkan namaku Fitri mahasiswi perguruan tinggi di Bandung. Saat malam hari aku sendirian di rumah ayahku masih di kantor sedangkan ibuku ikut seminar dan di rumah hanya aku dan sopirku di tambah pembantuku.

Sopirku bernama Yudha dia usianya 32 tahun dan sudah menikah tetapi istrinya tinggal di Palembang. Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Dewi untuk aku ajak ngobrol melalui telepon.

Telepon Dewi angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Dewi nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Dewi. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu ke n*kmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang brhubungn badan. Aku semakin terangsng setelah mendengar suara Dewi juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, br, serta celna dlam aku meremas pyudraku dan memasukkan jariku ke vginku.

Aku kock vginku hingga aku pun menyapai orgsme ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan. Aku cari sopirku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung.

Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu.

Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celna dlam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa pens yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan menglumnya.

Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut sopirku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya. Aku singkapkan sarungnya lebih keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.

Aku semakin tertarik untuk me nkmatinya lagi, aku elus berkali-kali pensnya hingga berdiri dan semakin panjang pens itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba menglumnya.

Ku jilti serta memberikan gigtan kecil pada buah plirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bernfsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju pens yang telah berdiri. Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah pens itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran.

Pyudra terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat brku terasa sesak juga vginku yang terasa mengeluarkan cairn. Akupun semakin tidak bisa menahan nfsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat klumanku sehingga membuat pen*s sopirku licin karena liurku.

Baca juga : Cerita Dewasa Bercinta Dengan Gadis Pujaan Hati

Di saat aku sedang keenakkan melakukan kluman di pens sopirku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan sopirku dan mencabut pen*snya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini,

Akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan nfsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam sopirku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah diprkos* sopirku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku.

Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah sopirku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.

Aku tidak peduli bagaimana perasaan sopirku, aku hanya ingin ke nkmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agrsif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangs*ngan terhadapnya.

Kuklum lagi pensnya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada sopirku, kupercepat klumanku sehingga membuat pensnya kembali berdiri. Aku sangat me nkmati pens.

“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsng yang mulai menunjukkan ke agrsifannya.

Sopirku mendesis me nkmati klumanku.

“Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Fitri”

Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat k*lumanku.

Hingga beberapa kluman pensnya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.

“Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Fitri ough” dan keluarlah sp*rmanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya.

Sprmanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sprma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu menc*um aku.

Cimannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan sprmanya untuk mengimbangi permainan bibir itu. Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dicum oleh cowok, dia terus mencum aku dan tangannya mulai meny*linap masuk ke kaosku.

Tangannya menuju ke pyudraku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agrsif dengan membuka kaos ketatku, rok, br serta celna dlamku.

Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku telnjng dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup vginku juga pyudraku.

Tetapi karena nfsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku telnjng dan akupun dengan agrsif melucuti kaosnya. Sekarang kita benar-benar telnjng bulat, kita saling berhimpitan sehingga pens yang telah mengacung itu menempel pada vgin*ku.

Aku ingin sekali merasakan pens itu masuk ke vginku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan pensnya ke vginku dan itu membuat aku semakin bernfsu. Setelah dia puas mencum aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia mencumi kakiku sampai ke vgin*ku.

Dia menjilti vginku, menyedot vginku dan juga memberikan gigtan kecil pada vginku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku. Semakin dia mempercepat jiltannya semakin keras pula erngan serta desissan yang keluar dari mulutku.

Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke vginku, jil*tan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.

“Auhh.. Ouhh..” Dia terus menjilti vginku sehingga membuat aku semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan akupun mengalami orgsmeku yang pertama, aku merasa ke nkmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami orgsme bersama cowok

Sopirku menghisp-hisp vginku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami org*sme terasa badanku lemas tetapi sopirku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

Dia bermain di pyudraku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, sopirku menglum, menydot, mermas dan juga menggigt-gigt pyudraku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali nfsuku, sopirku sangat me nkmati pyudraku dan dia selalu memuji pyud*raku yang kenyal dan kencang itu.

Aku yang ingin kembali me nkmati pens sopirku segera aku menggulingkan sopirku disampingku, aku menindihnya dengan vginku menghadap ke muka sopirku dan kita pun saling melakukan rangsngan. Aku kembali menglum pensnya sedangkan dia menjilti vginku.

Permainan lidahnya yang liar di vginku membuat tak kuasa menahan nfsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan pensnya ke vginku dan diapun mengijinkannya. Aku membalikkan badan dan sekarang pens itu tepat di bawah vginku, aku memegang pens itu dan mengarahkannya ke vginku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun vginku telah basah.

Penis sopirku seperti tidak mau masuk pensnya selalu ke kanan atau ke kiri. Sopirku pun membantuku, dia memegang pensnya sedangkan tangan satunya menuju vginku dan memasukkan jarinya ke vginku, akupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.

Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk vginku, sopirkupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan pensnya ke vginku. Secara mengejutkan pens itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak “Auhh.. Ough..” Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas.

Vagnaku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi sopirku duduk menghiburku dengan mencumku.

Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya nkmat sekali merasakan dua alat kelmin bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada.

Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu sopirku semangat dia mulai mermas pyudraku dan mulai melakukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa nkmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat nkmat Mayambah lagi remsan sopirku di pyudraku.

“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus mendesis.

Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi kockan serta teriakanku, kulihat sopirku sekali memejamkan mata me nkmati kockanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di vgin*ku.

“Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai” akupun merasakan org*sme yang kedua kali.

Tenaga yang habis membuat aku tidak dapat menahan tubuhku dan akupun rubuh diatas sopirku. Dengan pens yang masih menancap di vgin*ku sopirku membalikkanku hingga dia berada diatas,

Dia kembali mengock vginku yang telah kelelahan dengan semangat yang masih memburu diapun ingin mengalami orgsme maka akupun melayani dia walaupun tenagaku sudah habis. Sopirku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aku untuk duduk dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengoc*k.

Aku yang sudah lemas masih mencoba mengimbagi kockannya, aku mencoba memaju-mundurkan panttku walaupun sudah lemas. Dia semakin semangat untuk mengockku dengan buas dia juga menggigt pyudraku dan itu sangat membuat diriku kembali terangs*ng. “Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”

Akupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aku dibuat orgsme untuk ketiga kalinya. “Uuhh.. Ouugh.. Kau hebat Yudha.. Ouugh”. Dengan orgsmeku yang ketiga tubuhku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aku terus saja memuji dia “Kau hebat Dika” kataku.

Sopirku menyuruhku untuk menunggng dengan lemas dan antara sadar dan tidak aku masih menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai vginku. Dia masih dengan semangat tetap mengock serta mermas pyudraku dan kadang-kadang mermas pantt ku. Jarinya juga masuk ke ansku.

“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataku semakin me nkmati, dengan kasar dia mengock vginku dan juga ansku. Dengan kockan dari ans dan vgin* tubuhku semakin tak karuan dibuatnya.

“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Yudha”

Tak berselang lama aku merasakan lagi org*sme yang ke empat.

“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku aku dapat ough..”

Dan dia pun mengikuti mengalami klimks dengan sprma yang masih banyak.

Semprotan sprmanya membuat mataku terbelalak dan aku pun merasakan ke nkmatan, sprmanya tidak dapat tertampung di vginku sehingga jatuh ke sprei. Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, sopirku berada disampingku dan dia masih mencum serta meremas pantt dan pyud*raku.

Setelah nafasku mulai reda akupun langsung keluar dari kamarnya dengan masih telnjng dan berjalan dengan gontai, sopirku pun tertidur lagi. Begitulah pengalamanku bersama sopirku yang baru aku alami sekitar 26 Agustus 2023. Aku tidak kecewa walaupun keperwannku telah hilang tetapi aku senang mendapat pengalaman yang berharga.

Categories
Random

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Gadis Pujaan Hati

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Gadis Pujaan Hati – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Akhirnya umur delapan belas juga. Sonny melihat dirinya sendiri di depan cermin. Selama beberapa tahun terakhir ini dia tumbuh puluhan centi dan naik beberapa kilo. Dan akhirnya dia terlihat seperti lelaki. Dia bahkan sudah punya bulu dada. Sonny selalu menjadi pria kecil di kelasnya. Tidak pernah disukai oleh teman-teman sekelasnya karena kepintarannya.

Tapi Sonny terlalu bangga akan dirinya sendiri, menghabiskan waktu untuk belajar. Melempar senyum mencemooh saat teman sekelasnya tidak tau jawaban di papan tulis. Tahun demi tahun berlalu hingga akhirnya Sonny mengerti kenapa dia tidak pernah disukai. Dia mengerti dia tidak harus mengangkat tangan setiap kali dia tau sebuah jawaban. Tahun demi tahun berlalu, sikap barunya membuat nilainya turun sedikit demi sedikit.

Tapi apapun sikap yang diambil olehnya, tidak membuat orang-orang lain jadi menyukainya. Dia tetaplah bocah kerempeng dan selalu menjadi sasaran bully. Dia sangat kecil hingga tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri. Bahkan anak yang paling cupu sekalipun tidak ingin di dekat dia.

Melihat dirinya yang sudah berumur delapan belas di depan cermin, Bandar Sonny berharap bisa berkata, “lihat gue sekarang” kepada teman-teman sekelasnya. Tidak hanya perubahan fisiknya yang meningkat, Sonny rasa PD nya pun juga meningkat.

Berdiri di depan cermin sambil telanjang, dia melihat kearah kontolnya yang menggantung bebas. Terlihat aneh untuk dirinya sendiri. “Cewe Indo Seksi juga gak suka yang begini” pikirnya melihat Kontol dan Biji Peler nya yang besar. Gak mungkin kontolnya muat ke dalam Meki.

Penasaran, dia ke arah meja mengambil penggaris untuk mengukur kontol nya. Delapan setengah senti. Dia penasaran dengan ukuran nya kalau ngaceng. Dia mengocok pelan kontolnya sambil memikirkan cewe yang disukainya telanjang. Melly, anak seberang rumah dan kebetulan satu kelas di sekolah.

Kontol Besar miliknya makin mengembang, kini jarinya sendiri tidak muat menggenggam diameter kontolnya. Melly yang dari dulu tinggal di seberang rumah kini tumbuh menjadi gadis yang jelita. Rambutnya yang panjang sekalu diikat kebelakang saat pelajaran olahraga. Dan Nenen nya yang tumbuh sempurna bergoyang-goyang saat dia berlari.

Tanpa sadar kontolnya sudah ngaceng sepenuhnya. Dia kembali mengambil penggaris. 19 senti. “ini gak gede-gede amat kan?” pikirnya. Dia selalu membaca bokep Indo Seks Xxx Love Story jika sedang sange, dan kontol yang dilihat selalu tampak lebih besar dari dia. Tapi kenyataannya itu hanya efek kamera. Kontol nya yang ngaceng sudah kepalang tanggung.

Dia langsung menyalakan komputer dan memyetel film bokep. Dia memang menonton bokep, tapi pikirannya melayang ke Nenen Melly yang bersisi. Tidak sengaja dia melihat keseberang rumah melalui jendelanya, jendela rumah Melly terbuka, dan seperti ada yang sedang melihat.

Sonny kaget, dia berhenti nyoli. Dia bersembunyi sambil mengintip jendela rumah Melly. Mungkin cuma imajinasi gue, pikirnya. Menunggu lima menit lamanya, tetap tidak ada gerakan dari rumah Melly . Kini Sonny yakin yang dilihatnya tadi adalah imajinasi. Dia kembali nyoli.

Dari semua bokep yang dimiliki, dia hanya bisa membayangkan ngentot dengan Melly . Dia tiduran di atas kasur dan mulai nyoli dengan kedua tangan dengan cepat. Dalam tiga menit dia akhirnya nge crot. Sonny menutupi lubang kencingnya dengan tangan agar pejunya tidak berceceran.

Baca juga : Cerita Dewasa Diperkosa dan Digilir Sama Orang Asing

Setelah selesai dia menyeka tangan dan kontolnya dengan tisu dia kembali berbaring dengan kontol lemasnya di atas perut. Dia melirik ke jendela, disitu berdirilah Melly, melihatnya. “Fuck!” otaknya berteriak.

Melly masuk tanpa diundang kedalam rumah lewat jendela. Sonny duduk terpaku di atas kasur. Melly sudah berdiri di hadapan tubuh telanjang Sonny, melihat ke arah kontol raksasanya. “Punya lu gede amat,” katanya memecah kesunyian.

“U..udah berapa lama lu di depan jendela” kata Sonny terbata bata

“Cukup lama,” kata Melly tersenyum.

Melly duduk disamping kasur Sonny, tangannya mengelus kontol Sonny yang lemas sambil berkata wah. Elusan tangan Melly membuat kontol Sonny kembali berdiri. Hanya setengah berdiri. Tapi itu cukup membuat Melly terkaget. Sonny makin salah tingkah, diabiarkan Melly terus mengelus teknik Pijat Kontol supaya besar raksasanya.

Baju Melly yang saat itu hanya mengenakan tanktop ketat, menekan semaksimal mungkin toket nya yang besar. Memperlihatkan puting susunya yang menonjol. Tangan Sonny tanpa sadar meraih toket Melly. Dia berpikir, Melly sedang mengelus kontolnya, masa dia tidak boleh mengelus toketnya.

Melly memang tidak keberatan saat putingnya dimainkan. Malah dia menikmatinya. Melly kembali menatap Sonny, “aku dari dulu udah suka sama kamu” katanya. Hati Sonny sekarang tidak karuan, diantara semua teman sekelasnya yang tidak suka pada dirinya, ternyata cewe yang dia sukai juga balik menyukainya. Sonny yang kini mantap mendekatkan wajahnya ingin mencium Melly. Mereka berdua berciuman panas sementara Melly terus mengelus kontol Sonny, dan tangan Sonny kini sudah meremas kedua payudaranya.

Sonny berhenti dan berjalan ke arah pintu, memastikan pintu terkunci, dan menutup jendela. Dia kembali menghampiri Melly yang sedang membuka tanktop ketatnya. Melihat toket Melly yang berisi terbebas, kontol Sonny makin ngaceng. Tanpa basa basi Melly langsung menggenggam dan menjilati kontolnya. Sonny yang belum pernah merasakan disepong menjadi merem melek. Melly berhenti lalu melepas celananya sambil tiduran, hingga tampak lah memek pink Melly yang basah di bibir memeknya.

Sonny turun menginspeksi memek yang hanya bisa dilihatnya dari buku pelajaran. Aroma seksual yang keluar dari memek Melly membuat kontol Sonny bergetar hebat. Melly yang belum pernah sekalipun disentuh memek nya mengelinjang saat Sonny mengelus bibir memeknya. Akibatnya memeknya makin basah, saat Sonny memasukan jari kedalam.

“Kamu siap?” tanya Sonny. Melly mengangguk setuju. Melly sendiri yang sudah remaja ini penasaran sekali dengan rasa kontol mengenjoti memeknya, apalagi kontol raksasa milik Sonny. Sonny menuntun kontolnya di depan memek. Melly mengeluarkan suara desah pelan saat Sonny menekan kepala kontol nya di bibir memek. Melihat ukuran kontolnya dan lobang perawan milik Melly, Sonny sangsi bisa masuk. Ini lebih sulit dari pada berfantasi mengentoti peawan. Dimana kenyataan kentolnya sulit sekali masuk ke dalam lubang memek.

“Dorong lebih kencang!” Melly mendesah sambil menyodorkan memek nya.

“Tapi..nanti kamu bisa..”

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Melly menarik kontol Sonny masuk kedalam memek, diikuti dengan teriakan tertahan dari Melly. Sonny merasakan kehangatan di kepala kontolnya dan sekilas dia bisa melihat warna merah seperti darah. Melly terus menyodorkan memeknya hingga kini seperempat kontol Sonny sudah masuk. Dia merasakan rasa sakit tapi juga kenikmatan yang luar biasa, membuat memeknya semakin basah dan licin. Sonny terus memompa sedikit demi sedikit, tertolong oleh cairan memek yang licin hingga kini sudah masuk setengahnya.

Nafas Melly terengah engah juga mengeluarkan air mata. Sonny yang melihat Melly menangis memutuskan untuk berhenti, cukup ngentot dengan setengah kontolnya. Dengan pelan dia mencabut kontolnya hingga kepala kontolnya saja yang tertanam, Sonny melihat darah di batang kontolnya. Lalu pelan-pelan didorongnya lagi masuk. Saat kontol Sonny masuk hingga setengahnya, Melly merasa lumpuh. Sonny memompa lebih cepat saat Melly sudah terbiasa.

Mereka berdua bisa melihat cetakan kontol yang keluar masuk di perut Melly. Mata Melly merem melek merasakan memeknya seperti terbakar. Sedang Sonny mekikmati jepitan memek. Tidak berapa lama Melly kembali berteriak tertahan, lalu menyemprotkan cairan klimaks. Lidah Melly terjulur keluar karena kenikmatan, dan Sonny yang tadi sudah nyoli, merasa akan bertahan sebentar lagi.

Tapi jepitan memek Melly saat orgasme terasa lebih legit lagi, mau tidak mau Sonny juga ikut ngecrot. Dia mencabut kontol nya lalu ditaruh di antara payudara, Melly menjepit kontol Sonny dengan kedua payudaranya sementara Sonny mengesek gesek kontolnya. Dan akhirnya Sonny ngecrot tepat di wajah Melly. Cairan panas dari kontol raksasa Sonny yang banyak membasahi seluruh wajah Melly.

Mereka berdua terengah engah kelehan. Yang satu memek nya robek, yang satu lagi ngecrot 2 kali dalam selang setengah jam. Sonny akhirnya bisa berbangga diri karena sudah melepas keperjakaannya, ditambah membuat cewe kesukaannya ngecrot dalam satu kali sesi ngentot. Tubuh mereka berdua dilumuri oleh darah perawan, dan Melly merasa dia tidak akan bisa berjalan selama beberapa hari. Tapi Melly bersumpah akan mengubur semua kontol Sonny yang jumbo ke dalam memeknya suatu saat nanti. Dia hanya perlu berlatih lagi dengan si pemilik kontol.

Categories
Random

Cerita Dewasa Dijebak Sepupuh dan Temanku

Cerita Dewasa Dijebak Sepupuh dan Temanku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Cerita Mesum Dewasa ini adalah cerita bokep yang Kejadian ini berlaku pada tahun lepas. pada masa itu, nenek saya meninggal dunia. jadi kami sekeluarga pulang ke kampung. begitu juga dengan semua sepupu yang lain. budak perempuan dapat kongsi satu bilik, dan budak lelaki pula kongsi bilik yang lain. tapi kedua-dua bilik itu berkongsi satu bilik air, yang boleh dimasuk dari kedua-dua bilik. pada hari kedua tinggal di kampung, lebih kurang pukul lima petang, kami semua sedang menolong membasuh pinggan mangkuk. ketika itu saya terasa handak membuang air, tapi saya tahan sehingga siap membasuh.

kemudian saya terus masuk ke bilik perempuan dan menuju ke bilik air. tetapi pintu bilik air berkunci. ada orang yang sedang mandi di dalam. sayapun tunggu seketika, tetapi kemudian saya berasa tidak tertahan lagi. sayapun ketuk pintu bilik air. “cepat la sikit”. kemudian bunyu shower pun berhenti. saya terpaksa merapatkan kaki sambil kedua-dua tangan berada dicelah kangkang bagi mengelakkan daripada terkencing. selepas itu bunyi kunci pintu dibuka. saya terus meluru masuk, tetapi pada masa itu sepupu saya, Zali, masih belum sempat keluar ke bilik lelaki. sebelum sempat keluar, dia menoleh dan terlihat saya sedang menahan daripada terkencing. entah kenapa, dia berhenti, dan kemudiannya dia menutup semula pintu tersebut dan menguncinya. saya menyuruhnya keluar tetapi dia hanya tercegat di situ. dia baru sahaja lepas habis mandi dan hanya bertuala. peha saya semakin mengepit kedua-dua tangan saya. “nak kencing ke?” kata Zali sambil tersengih. saya betul-betul tak sangka bahawa sepupuku Zali yang muda setahun dari saya sanggup buat begitu. namun pada masa itu saya tidak mempunyai pilihan lagi kerana jika saya terus tahan, saya rasa pasti akan terlepas jugak. saya terus melucutkan seluar saya, dan kemudiannya panty saya. saya terus bercangkung di mangkuk tandas. tapi oleh kerana Zali sedang memerhati, saya tidak sanggup untuk melepaskan dihadapannya. saya terus merapatkan peha saya. saya cuba menahan sekuat mungkin, tapi akhirnya titis demi titis terkeluar. Zali yang tadi memerhati datang ke arah saya yang sedang bercangkung, lalu membongkokkan badannya sambil tersengih.

“tolonglah Zali, keluar…” pintaku. tapi Zali tetap tidak beredar, malah menggunakan kedua-dua tangannya untuk meluaskan kangkangku. kini bahagian sulitku telah terdedah. saya tidak dapat lagi menahan, dan terpancut keluar air kencingku sambil diperhatikan oleh Zali. saya betul-betul tak percaya keadaan itu berlaku. Zali teris membeliakkan matanya memerhatikan saya membuang air sambil terkangkang luas. saya dapat lihat melalui tualanya yang batangnya menegang. setelah selesai membuang air, saya terus membasuh kemaluan saya. tapi pada masa yang sama, Zali terus mengambil seluar dan panty saya yang saya telah lucutkan tadi. saya cuba meminta, tapi dia tidak memberikannya semula kepada saya. “tolonglaa Zali, apa awak nak nii…” saya merayu kepada Zali. Zali tersenyum. “Kalau awak nak balik seluar awak ni, awak kene bukak baju awak dulu” kata Zali. Saya merayu berkali-kali, tapi Zali mengugut kalau saya tak buat apa yang dia nak, dia akan keluar bersama seluar saya. saya yang terdesak, akhirnya bersetuju. mahu tidak mahu, saya tanggalkan t-shirt dan bra saya. akhirnya saya bertelanjang bulat tanpa seurat benang pun dihadapan Zali. saya dapat merasakan yang Zali semakin terangsang melihat saya tanpa sebarang pakaian. batangnya semakin menegang. saya terus meminta pakaian saya semula, Zali mula berdalih. saya dapat merasakan yang Zali mempunyai niat yang tak baik. Zali mengugut dia akan membuka pintu ke bilik lelaki jika saya tidak mengikut cakapnya. saya semakin tidak tahu apa yang nak dibuat kerana jika pintu itu di buka, semua sepupu saya yang ada di dalam bilik tersebut akan melihat saya bertelanjang.

Diperangkap Sepupu dan Dua Orang temanku

Akhirnya saya bersetuju untuk ikut apa sahaja yang Zali mahu, dengan syarat Zali berjanji untuk pulangkan pakaian saya dan merahsiakan perkara itu. Zali bersetuju dan terus mengambil kesempatan ke atas diri saya untuk memuaskan nafsunya. mula-mula dia menyuruh saya berdiri mengangkang, sambil dia mengusap dan menjolok-jolok bahagian sulit saya. tangan kirinya pula memicit-micit dan meramas-ramas buah dada saya. mulutnya liar menghisap dan menjilat puting buah dada saya. dalam keadaan tidak rela, badan saya menjadi semakin panas. kemudian, Zali menyuruh saya kangkang dengan lebih besar, dan dia duduk di celah kangkang saya dan kepalanya dicekupkan ke celah kangkang. lidahnya dijelirkan dan dimain-mainkan di dalam bahagian sulit saya. pada masa itu, badan saya semakin panas, dan saya mula merasa terangsang yang amat. saya tidak pernah berasa seperti ini sebelum itu. setelah agak lama, saya berasa seperti melepaskan satu babanan besar dan merasakan satu kepuasan yang amat. rupanya bahagian sulitku telah basah. melihatkan itu, Zali terus bangun dan terus mengarahkan batangnya yang sudah begitu menegang ke arah lubang sulit saya. saya cuba menghalang, tetapi terasa agak lemah ketika itu.

Zali tanpa berlengah-lengah memasukkan batangnya ke dalam. saya merasa seperti terkoyak di bahagian tersebut. saya mengerang kesakitan, tapi Zali membisikkan supaya saya tidak membuat bising. Zali memasukkan batangnya perlahan-lahan. saya pada masa itu tersandar pada dinding bilik air tersebut. setelah agak lama, batang Zali akhirnya masuk sehingga ke hujung. kesakitan yang saya rasa semakin berkurang. ketika ini, kami seperti melekat sesama sendiri. kemudian Zali mula mengeluarkan sedikit batangnya, dan menjoloknya masuk semula. perkara ini dilakukan berulang-ulang dan semakin laju. saya tidak sedar yang dengusan nafas saya sudah agak kuat, tapi Zali mengisayaratkan supaya mengawal supaya tidak didengari. “Syyyyyy….. nanti orang dengar…..”. saya mencapai klimaks yang kedua pada ketika itu. selepas itu, saya terasa seperti batang Zali semakin membesar lagi di dalam lubang sulit saya. Zali keluarkan batangnya dan menyuruh saya menghisapnya. saya dapat mengagak yang Zali akan memancutkan cecairnya sebentar lagi. saya pada mulanya tak mahu memasukkan batangnya ke dalam mulut, kerana merasakan itu adalah menjijikkan. tapi lepas didesak oleh Zali, saya melutut dan mengangakan juga mulut, dan Zali memasukkan batangnya ke dalam mulut saya. Zali menyuruh saya hisap batangnya. saya mula hisap. batangnya yang agak besar itu membuatkan saya terpaksa menganga seluas-luasnya. saya menghisap semakin kuat, dan Zali seperti mengerang kenikmatan. akhirnya terpancut cecair likat itu dari batang Zali ke dalam mulut saya. saya tertelan air likat tersebut dam ingin menarik keluar batang zali dari mulut, tetapi tidak dibenarkan oleh Zali. semakin banyak saya tertelan, dan selebihnya meleleh keluar dari mulut saya. kemudian Zali mengeluarkan batangnya dan terus memancutkan air likat tersebut ke atas buah dada saya. setelah habis pancutannya, Zali menyuruh saya duduk di atas sink.

Baca juga : Cerita Dewasa Guruku Mengambil Perawanku Dengan Dildo

dia mengangkangkan kaki saya dan memasukkan sekali lagi batangnya ke dalam lubang sulit saya. dia menyuruh saya melilitkan kaki pada pinggangnya dan dia mengangkat saya dengan tangannya di punggung saya. Zali sedang berdiri sambil saya duduk di atas batangnya dengan kaki terlilit di pinggangnya dan tangan memeluk lehernya. Zali mula menghenjutkan saya ke atas dan ke bawah. saya semakin dihenjutkan dan merasakan lubang sulit saya menghentak-hentak batangnya. saya dihenjutkan semakin laju. saya berasa sakit bercampur kenikmatan. selepas seketika, saya didudukkan semula ke atas sink dan batangnya dikeluarkan semula. seterusnya saya di suruh pusing ke belakang dan menghadap ke arah sink. saya membonkok sambil tangan saya diletakkan ke atas sink, dan kaki saya dikangkangkan. Zali memasukkan pula batangnya ke dalam lubang sulitku dari belakang. Zali mula menghayunkan batangnya masuk dan keluar. hayunannya semakin laju. pada masa ini, saya telah lupa segala apa yang berlaku sebelum itu tadi, yang saya fikirkan ialah kenikmatan yang saya rasai. tiba-tiba, terdengar bunyi pintu diketuk. Zali cepat-cepat mengeluarkan batangnya dan membasuh batangnya itu. sayapun terus membasuh bahagian sulit saya yang basah itu dan terus menyarungkan pakaian saya. setelah saya siap berpakaian dan Zali bertuala, kami keluar serentak dari bilik air tersebut. mujurlah sepupu saya yang mengetuk pintu itu tadi tidak perasan apa yang berlaku. perkara ini telah setahun berlaku.

namun saya masih tak dapat melupakannya. sampai sekarang, jika pulang ke kampung, saya malu untuk bersua dengan sepupu saya Zali yang muda setahun dari saya. saya juga berharap teman lelaki saya tidak akan tahu perkara ini.

DUA ORANG TEMANKU

Sudah seminggu aku berada di ibukota mengikuti seminar. Bererti sudah seminggu jugalah aku menginap di rumah Datin Julia. Rumah Datin Julia sudah jadi macam rumah aku sendiri. Siangnya aku hadir ke seminar dan malamnya aku bermalam di rumah Datin Julia. Makan minum aku akan dilayan dengan sempurna. Hubungan aku dengan Rikni orang gaji Datin Julia, yang berasal dari Sumatera, Indonesia, bagaikan isteri kedua aku. Sepertimana kisah dalam siri pertama dulu , aku terpaksa melayani kehendak sex kedua-dua wanita ini. Datin Julia dan Rikni bagaikan wanita bermadu, dan aku suami pinjaman mereka. Hubungan kami bertiga bertambah intim dan mesera. Bermula dengan adegan kami pada hari pertama dan kedua yang berlangsung di sofa ruang tetamu. Berterusan untuk hari-hari yang seterusnya. Tapi adegan kami untuk seterusnya bertukar ke bilik tidur Datin Julia Bilik tidur Datin telah menjadi bilik tidur untuk kami bertiga. Rikni, Datin dan Aku sering tidur bersama. Sikap Datin Julia begitu open minded.

Tiada cemburu diantara dia dengan Rikni, walaupun Rikni hanya oarang gajinya. Aku respect sikap Datin ini. Hari Sabtu petang, adalah hari terakhir seminar, sebelum pulang ke rumah Datin, aku berhasrat ke terminal Pudu Raya untuk dapatkan tiket bas perjalanan balik ke Pulau Pinang. Aku mundar mandir di depan lobi hotel, menunggu bellboy membuat panggilan mendapatkan teksi ke terminal Pudu Raya. Belum pun sempat budak bellboy menghubungi stesyen perkidmatan teksi, Datin Julia sudah tercegat di porch hotel. “Haii.. Sayang, seminar you habis pukul berapa tadi?” Sapa Datin Julia dengan manja. “Hai.. Ju… habis 15 minit yang lepas.” Aku membalas sapaan Datin Julia. Hubungan aku dengan Datin Julia semakin intim dan mesera, bagaikan pasangan kekasih. Datin Julia mengubah panggilan kepada aku. Kekadang memanggil aku dengan panggilan sayang, kekadang pula dengan panggilan Yus. Begitulah kemeseraan kami. Aku senang dengan panggilan ini. Penampilan Datin Julia sememangnya tampak anggun dan menawan, walaupun sudah berumur 37 tahun, dengan solekan dan fesyen pakaiannya, menampakkan dirinya lebih muda daripada umurnya . Budak bellboy tersenyum melihat telatah kami, apabila Datin Julia menghampiri aku dan memeluk pinggang ku serta membetulkan tali leher aku. “Yus dah minum.” “Mmmh sudah.” jawab ku ringkas. Harum sekali ferfume yang dipakainya “Ayang jadi balik Penang malam ni?” “Iya.” Jawab ku spotan.

“Boleh tak Ayang tangguh sehingga besok, esok ajelah Ayang balik, boleh kan?” Ini yang aku tak tahan ni, suara manja Datin Ju membuatkan aku mengiyakan saja, aku sekadar mengangguk kepala tanda setuju. Lantas aku mengarahkan budak bellman minta dia batalkan tempahan teksi. “Ok. Man, kensel, tak payah call teksi.” ” I dah ada kereta.” “Terima kasih Man.” Datin Julia ke counter bellboy dan dihulurkan tip RM10. “Thanks.” Balas Man budak bellboy. Aku pimpin tangan Datin Julia menuju ke kereta. “Yus , you pula yang drive.” Suara Datin Julia manja. “I tak mahulah Ju, i bukannya faham sangat jalan di KL ni.” Aku menolak lembut, “Alaa, Ju kan ada di sebelah. nanti Ju guidelah.” “Please Ju i tak biasa, Ju ajelah yang drive, please…….” Aku separuh merayu sambil mencuit mesera hidungnya dengan jari. Datin Julia akur, menghidupkan injin kereta, kenakan giar bergerak perlahan meninggalkan porch hotel. Setelah kereta bergerak 1 km , Datin Julia bertanya kepada ku. “Yus nak balik rumah atau nak ikut Ju?” “Terserah” Jawab ku spotan. Kereta bergerak ke hadapan, sampai di satu simpang, kereta membelok masuk ke jalan sahala dan berhenti di hadapan sebuah apartmen. “Kita nak ke rumah siapa Ju? ” Aku bertanya inginkan kepastian. “Ayang, kita singgah sekejap di sini, Rikni dah lama menunggu kita di tingkat atas.” “Ini Apartmen Ju.” Datin Julia memberi penerangan. “Ju sewakan untuk orang.” “Baru semalam dikosongkan.”

“Jadi Ju datang ni nak bantu Rikni bersihkan apartmen dan pastikan jika ada yang perlu dibaiki.” “Bertuahnya si jantan yang dapat miliki Mak Datin ni. Beutique ada, banglo ada, apartmen ada.” Aku bersuara perlahan separuh dengar. “You cakap apa tadi Yus?” Datin Julia bertanya, apabila melihat aku bercakap sendirian. “Tak ada apa, cuma kalau i dapat sewa di sini tentu hebat sekali.” Aku mengalih tumpuan. Dalam lif, Datin Julia memeluk pinggangku dari belakang, buah dadanya menonjal lembut terhimpit di belakang ku. Batang ku sudah mekar, menegang. Aku berpusing dan memeluk Datin Julia secara berhadapan. Aku kucup bibirnya. Dia menolak lembut. ” Ayang jangan di sini, kita dalam lif ni, nanti nampak dek orang, baru padan muka.” Katanya sambil ketawa kecil. Aku cuma tersenyum. Sampai di tingkat sepuluh, Datin Julia mengetuk pintu, Rikni menyambut kedatangan kami. Cantik Rikni dengan maxi singkat dan baju sendat diparas pusat yang dipakainya. Seperti biasa Rikni menanggalkan tali leher yang aku pakai, sambil memeluk pinggang ku manja, tangan kanan aku memeluk pinggang Datin Julia beriringan melangkah masuk ke ruang tamu. Keadaan di dalam rumah telah siap dibersihkan, peralatan perabutnya tersusun rapi. Kebanyakan jenama import dari luar negeri. “Bang Yus dan Kak Ju duduk istirehat duluan iya, sebentar Rik bawakan minumnya.” Rikni berlalu pergi ke ruang dapur. Aku dan Datin duduk di sofa sambil menunggu minuman. Di sebelah rak sofa terdapat bakul sampah, di dalamnya ada surat khabar dan majalah yang telah dibuang. Rikni datang dengan dulang minuman. Kami bertiga minum bersama. “Siapa penyewa apartmen ini, Ju?” Aku memulakan perbualan. “Penyewa apartmen ni yang lepas ke?” “Yalah penyewa yang baru keluar dari rumah ni lah Ju” Aku sekadar nak tahu. “Ju rasa Yus pun kenal orangnya, recording artis.

penyanyi dangdut yang seksi tu, sewa bersama pelakun filem yang sedang top sekarang ni, pelakun heroian.” Datin Julia bangun dari sofa diringi Rikni bergerak masuk ke dalam bilik sebelah. Dari dalam bakul sampah aku capai satu majalah yang telah dibuang. Majalah untuk dewasa, majalah sex. Aku belik gambar yang dimuatkan di dalamnya. Tertera gambar aksi wanita sedang below job replika batang lelaki dan ganbar yang satu lagi aksi wanita sedang memasukan replika batang butuh ke dalam lubang pantatnya. Batang ku mulai mekar menegang. Sedang aku membelek helaian gambar dalam majalah, terkejut aku dengan panggilan Datin Julia. “Yus, meh tolong Ju sekejap.” Aku bangun dari sofa bersama majalah di tangan dan bergerak mendapatkan Datin Julia. “Tolong Rik suis on aircon bilik ni.” Pinta Datin Julia sebaik sahaja melihat aku melangkah masuk. “Butang suisnya ngak mahu di picik, keras. ngak mahu lolos.” Sambung Rikni, tangan kanannya diangkat ke atas menekan punat suis aircon. Aku merenung bahagian pusat Rikni yang terdedah pada pandangan. Putih mulus. pusatnya melengkuk ke dalam. “Bang Yus, matanya melerek ke mana sih?” “Tolongi Rik.” Rayu Rikni apabila menyedari tumpuan mata ku arah pusatnya yang terdedah. Datin Julia duduk menyilang kaki sambil membersih plastik penutup lampu tidur, memandang ku dengan senyuman yang menggoda. Pahanya yang putih gebu terserlah apabila kain ketat yang dipakainya terbelah di belakang. Aku sekadar menelan air lior. Majalah yang aku bawa tadi aku letakan di atas meja lampu tidur. Terus membetulkan switch aircon. “Siap. Aircon sudah berfungsi dengan baik. Rik, mana upahnya?” Aku memacing suasana. Rikni dengan spotan memeluk dan mencium bibir ku.

Aku membalas ciuman dengan mengucup bibir Rikni. Tangan ku menjalar ke belakang di belakang Rikni terus ke bawah hingga ke punggung Rikni. Tangan kanan aku usap punggung Rikni dan yang kiri aku gosok lembut di celah kelakangnya. “Kot di sini, bang Yus?” Pelukkan kami terlerai, apabila Datin Julia bergerak menghampiri kami bersama majalah yang aku bawa masuk tadi. “Rik. kamu lihat ni.” Sambil menunjuk gambar wanita dengan aksi yang aku lihat tadi. “Kot yang tiruan, kenapa ngak dipanggil bang Yus, bang Yus kan bisa membantu.” Komen Rikni, apabila terpandang aksi tersebut. Aku tersenyum bungkam. Rikni memandang ku penuh bermakna, dipegangnya tangan ku mengajak duduk di tepi birai katil. “Kak Ju, bagaimana sih? Mahu jadi penuntun?” Begitulah akrabnya hubungan kedua wanita ini. Datin Julia masih tercegat membelek majalah yang ada di tangannya. Rikni bangun semula mendapatkan Datin Julia. Rikni dan Datin Julia sudah berada di sisi ku. Kami bertiga berdiri di tepi katil. Rikni di sebelah kiri ku dan Datin Julia di kanan ku. Dengan spotan Rikni menanggalkan pakaian Datin Julia . Datin Julia tidak membantah, malah turut membantu. Kini Datin Julia hanya dibalut pakaian dalam. Montok buah dada mak datin ni. Disebalik seluar dalam Datin yang nipis itu kelihatan warna kehitaman bulu pantatnya. Batang ku terus menegang. Aku rapatkan badan aku dengan Datin Julia. Datin pula menanggalkan pakaian ku. Aku turut membantu.

Kami masih lagi berdiri di tepi katil. Bibir Datin Julia aku kucup mesera. Matanya kuyu dan layu keghairahan. Datin Julia memberi respon balas. Lidah ku dikulum dan dihisap ke dalam mulutnya. Rikni membongkok dan melurut seluar dalam ku ke bawah. Dipegangnya batang ku, dibawa ke mulutnya, dijilat dengan hujung lidah, seperti menjilat ice cream. keseluruhan kepanjangan batang ku kini berada di dalam mulut Rikni. “Mmmmh mmmmm.” Nada yang keluar dari mulut Rikni serentak keluar masuk batang ku ke dalam mulutnya. Nyonyotan dan isapan berterusan. Batang butuh ku menjadi sasaran mulutnya. Terasa enak yang tidak terhingga apabila setuhan bibirnya mengulum batang butuh ku . Sekali sekala hujung lidahnya mencuit-cuit lubang kecil tengah di kepala takuk ku. Aku bertahan daripada muntah terlalu awal. Rikni dengan aktiviti below jobnya. Datin Julia sekarang ini berkeadaan baring terlentang di atas katil dengan kedua kakinya berjuntai ke bawah. Aku melurut seluar dalamnya dan Datin Julia mengangkat punggungnya memberi laluan seluar dalamnya di tanggalkan. Terserlah pantatnya yang menonjol tembam. Kedua bibirnya agak tebal sedikit melindungi hujung kelentiknya yang berwarna pink. Aku merapatkan muka ku betul-betul di celah kelangkangnya. Bibir pantatnya aku jilat dari bawah ke atas. Datin Julia merengek “Ahaaaaaa, aaaaaaaa, aaaaaa. nikmatnya Yus…teruskan yus.” Aku sentuh lidah ku kiri dan kanan rongka pantatnya. Pantat Datin sudah banyak air, aroma dari bau air pantatnya aku tak pedulikan lagi.

Rengekannya berterusan “Aaaaaaaaaa, aaaaaaaa. ” Setiap kali aku lidah ku menyentuh biji kelentiknya, terangkat punggung Datin Julia. Rengekan suaranya semakin kuat apabila aku menghisap biji kelentiknya. “Aaaaaaaaaaaa. aaaaaaaaa. aaaaaaa ummhhhhhhh. ummmhhh. Yus.. Ju dah tak tahan ni..” Hampir 15 minit adegan oral sex, jilat menjilat pantat Datin Julia ini. Datin sudah tak tahan lagi, sudah sampai klimaknya. Rambut ku di pegang dan di tarik. “ohhh… oohh Yus, teruskan Yus.. Aaaaaaaaa ummmhhhhh aaahhhhhh.”Datin Julia meregek semakin kuat. Aku pelbagaikan sentuhan lidah dan jilatan diperhebatkan. Punggung Datin Julia terangkat-rangkat beberapa kali. Posisi bertukar, Kami bertiga sudah berada di atas katil. Aku baring terlentang di atas tilam. Rikni duduk bertinggung di hujung kepala ku. Pantatnya dapat ku lihat dengan jelas. Dengan posisi yang sebegitu bibir pantat Rikni ternganga, betul-betul didepan mata ku. Bibir pantatnya beralun nipis tetapi bersih. Kelentiknya runcing di hujung. Lubang pantatnya hitam merah-kemerahan. Sudah pun kelihatan basah. Aku mendongak menjilat pantatnya. Apabila saja lidah ku menerjah masuk kelubang pantatnya, Rikni merengek-rengek kecil. “Aaaaa. aaaa aaaa. Enaknya bang Yusri …. ngak usah berhenti bang …. Bang Yus, Rik ngak tahan sih…” Rengekan semakin kuat lagi bila lidah ku mencuit dan menjilat biji kelentiknya. “Bang bang Aaaaauuuuuuuu. aaaaaaaaau.” Datin Julia juga sepertimana Rikni, posisi mencangkung di atas badan ku. Batang ku yang keras menegak berukuran 6 1/2 inci ini, betul-betul berada antara rekahan bibir pantat Datin Julia.

Diperangkap Sepupu dan Dua Orang temanku

Tunggu untuk menerjah masuk ke dalam lubang pantat Datin Julia yang sudah ternganga. Datin memegang batang ku dan membawanya ke permukaan lubang pantatnya. Menekan dari atas, lubang pantatnya menelan batang ku hingga ke pangkal. “Ohh… Yus… sedapnya….” Sehingga bibir pantatnya bertemu dengan pangkal batang ku. Nikmatnya lubang pantat mak datin ni tak terkata, terasa ketat di dalamnya. Punggung Datin Julia ke atas ke bawah menghenjut batang butuh ku. “Yus…. sedapnya Yus, ohh… sedapnya yus…. ohhh yus.. aaaaaaa.aaaa. aaaaaaa,” mengiringi setiap kali lubang pantatnya menelan kepanjangan batang ku. Rengekan “aaaaaaaaaa. uuuuhhhhhh aaaaaaaaa. aaaaaaaa.”berselang seli antara Datin Julia dan Rikni. Pantat Datin menelan batang butuh ku, pantat Rikni pula menerima jilatan ku. Kedua-duanya merasa kenikmatan bersama dan serentak. Adegan ini berterusan agak lama juga. Aku dah tak tahan lagi, merasai kenikmatan lubang pantat mak datin ini. Melihat reaksi ku yang hampir klimak, Datin Julia meminta Rikni pula berada di posisinya. Kali ini giliran lubang pantat Rikni pula menelan batang butuh ku. Batang ku menerjah masuk ke lubang pantat minah indon ini. Bolos dan lincin dengan air pantat Rikni yang semakin banyak. Bulu ku sudah basah keseluruhannya. “Enak nya bang Yus…bang banggg aaaaaaaa.. aaaa.. aaaaa.” rengekan Rikni mengikut irama sorong tarik dari atas ke bawah. “Bang Yus.. airnya lepaskan di dalam iya, bangggg……. aaaa… aaaa… aaaaaa….” Datin Julia bergerak ke arah posisi 69, buntutnya menghala ke muka ku dalam keadaan menonggeng. Punggungnya di angkat ke atas, tetek dan mukanya di sembam atas perut dan pinggang ku. Pantat dan lubang duburnya nampak jelas daripada belakang. Dengan menggunakan dua jari, aku sorong tarik masukan jari ke dalam lubang pantat Datin Julia. “Yus … teruskan Yus….. kuat lagi Yus… aaa.. aaa.. aaaaaaa..” Kedua-duanya merengek serentak, aaaaaaa…. aaa… aaaaaaaa… aaaaaaaa.. Henjutan Rikni semakin kuat turun naik.

Lubang pantat Rikni menelan batang butuh ku, dalam masa yang sama lubang pantat Datin Julia mnerima sorong tarik dua jari ku. Aku dah tak nak tahan lagi. Kini giliran aku pula, “aaaaaahhhh……. uuhhhh……. kedua tangan ku menekan tilam, menolak naik punggung ke atas memberi ruang kepada batang butuh ku rapat serapatnya ke dalam lubang pantat Rikni, air putih pekat aku terpancut ke dalam lubang pantat Rikni, Rikni sambut dengan rengekan yang cukup hebat “aaaaaaa. aaaaaa.. bang Yusss..ohhh ooohhh..banggg Yus..” Batang ku masih lagi berada di dalam pantat Rikni menghabiskan saki baki pancutan. Beberapa ketika kemudian Rikni bangun dari posisinya berkongsi dengan Datin Julia menjilat dan mengulum batang butuh ku. Terasa ngilu bila bersentuhan dengan lidah mereka berdua. Aku, Rikni dan Datin Julia masing-masing terlentang kepenatan di atas katil. Kami bertiga masih dalam keadaan berbogel. “Rik. sudah puas kamu.” Aku bersuara meminta kepastian “Iya bang Yus ” Balas Rikni tersenyum. “Bang Yus bagaimana sih?” ” Waduh enak sekali. Rik.” “Yus, ” Datin Julia bersuara manja. “Ayang tinggal aje di sini ye. Ju harap Yus tak keberatan. Ju dah mulai menyayangi diri you, Yus. Tapi tak tahulah pula perasaan Yus bagaimana.”

Luahan perasaan Datin membuatkan aku serba salah. “Rik kamu bagaimana sih?” Aku meminta pandangan Rikni. “Iya, Rik juga sama dengan Kak Ju. Sudah pasti Rik sayangkan Abang Yus. Terima aja deh.” Ujar Rikni kepada ku. “Ok, bisa di atur, tapi dengan syarat besok Rik dan Ju misti ikut Yus ke Penang.” Aku memberi persetujuan. Datin Julia mengukir senyum, bangun dan meninggalkan aku dan Rikni yang masih di atas katil. Dicapainya tuala untuk membalut tubuhnya yang masih belum berpakaian. Melalui handphone Datin Julia menekan punat nombor untuk membuat call. Dari perbualannya dia minta di hantar kereta mercedes putihnya ke workshop untuk di service. ” I minta you pastikan kereta i 100 persent baik. Besok petang i nak ke Penang. Thank you bye.”

Categories
Random

Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Teman Kecilku

Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Teman Kecilku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saya bertemu dengan sahabat saya Naralita sekarang setelah dia berkeluarga dan tinggal di Palembang, suatu hari saya bertemu lagi dengannya ketika dia bermain Yogya dengan seorang anak kecil dan suaminya, rona merah menghiasi rambut panjang dan tubuhnya yang terawat.

Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Naralita.

Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai.

Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Naralita) serta Naralita dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

Hari-hari berikutnya, Naralita masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Naralita. filmbokepjepang.net Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Naralita menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Naralita.

Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Naralita selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama-lama Naralita sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Naralita. Tampaknya Naralita tulus dan ikhlas membantu kami.

Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Naralita mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Naralita tiba-tiba muncul.

“Ada apa Na, malam-malam begini.”

“Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?”

“Ya, Dari mana kamu?”

“Sengaja kemari.”

Naralita mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Naralita terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

“Ada apa, Naralita?”

“Mas.. aku pengin seperti Mbak Tari.”

“Pengin? Pengin apanya?” Naralita tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.

“Naralita, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menungguku selesai bicara, Naralita sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras.

Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku.

Naralita merenggangkan pagutannya dan katanya, “Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yang pas.”

Kuangkat tubuh Naralita dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.

“Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari.”

“Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Naralita sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.

Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut.

Naralita merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Naralita kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Naralita. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

“Kamu amat bergairah, Naralita..” bisikku lirih di telinganya.

“Hmm.. iya.. Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.

“Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh..” serunya sembari menelan ludahnya.

“Ayo, Mas.. teruskan..”

“Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?”

“Semuanya,” kata Naralita sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya.

Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Naralita telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Naralita lekat ke dadaku.

Baca juga : Cerita Dewasa Tergodah Dengan Mamah Baruku

Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku.

Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Naralita, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

Tangan Naralita mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya.

“Sedot kuat-kuat Mas, sedoott..” bisiknya. Aku memenuhi permintaannya dan Naralita tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber-AC itu terasa makin hangat.

“Mas lepas..” katanya sambil telentang di lantai. Naralita meminta aku melepas pakaian. Naralita sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Naralita melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu.

Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Naralita melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.

“Mas sedot Mas.. teruskan, enak sekali Mas.. enak..” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Naralita. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Naralita tampak sedikit tersentak.

“Ukh.. khmem.. hss.. terus.. terus,” lenguhnya tak jelas. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya.

Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Naralita dengan teknik petik melodi.

Naralita menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas.. Mas.. ampun.. terus, ampun.. terus ukhh..” Sebentar kemudian Naralita lemas. Namun itu tidak berlangsung lama karena Naralita kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif.

Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Naralita menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Naralita.

“Uh.. Mas.. apaan ini,” kata Naralita kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Naralita langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku.

“Mas.. ini asli?”

“Asli, 100 persen,” jawabku.

Naralita geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras.

Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.

“Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini.”

“Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.”

“Alangkah bahagianya MBak Tari.”

“Makanya kamu pengin seperti dia, kan?”

Naralita langsung menarik penisku. “Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.”

Naralita menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Naralita memandangiku penuh harap.

“Cepat Mas, cepat..”

“Sabar Naralita. Kamu harus benar-benar terangsang, Sayang..”

Namun tampaknya Naralita tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Naralita. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya. filmbokepjepang.net “Cepat Mas..” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Naralita justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas.

Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Naralita tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Naralita tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.

“Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.

“Terus. Paksa, siksa aku. Siksa.. tusuk aku. Keras.. keras jangan takut Mas, terus..” Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Naralita menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi..” Dan aku menekannya kuat-kuat.

Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Naralita, meleleh keluar. Aku melirik, darah.. darah segar. Naralita diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap.

Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Naralita dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Naralita sedikit berkurang ketegangannya.

Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Naralita mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam. Naralita pasrah dan tidak sebuas tadi.

Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin. Naralita mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih, “Uuuhh.. Mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Terus.. aduh.. ya ampun enaknya..” Naralita melemas dan terkulai. Kucabut penisku yang masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Naralita yang terkulai.

“Naralita, kenapa kamu?”

“Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.”

“Kamu juga liar.”

Naralita memang sering berhubungan dengan laki-laki. Namun belum ada yang berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal. Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Naralita mengajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.

Sejak kejadian itu, Naralita selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari. Naralita waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Naralita mengaku puas.

Setelah lulus, Naralita menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tidak ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.

“Mas Danu, mau nyoba lagi?” bisiknya lirih.

Aku hanya mengangguk.

“Masih gede juga?” tanyanya menggoda.

“Ya, tambah gede dong.”

Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi sama-sama telah matang.

“Mas Danu, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum?” tanyanya.

“Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.

Dan, Naralita pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami sama-sama terpuaskan.

Categories
Random

Cerita Dewasa Tergodah Dengan Mamah Baruku

Cerita Dewasa Tergodah Dengan Mamah Baruku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saat usia 10 tahun, Papa dan Mama bercerai karena alasan tidak cocok. Aku sebagai anak-anak sih nerima aja tanpa bisa protes. Saat aku berusia 15 tahun, Papa kawin lagi. Papa yang saat itu berusia 37 tahun kawin dengan Tante Nuna yang berusia 35 tahun. Tante Nuna orangnya cantik, setidaknya pikiranku sebagai lelaki disuia ke 15 tahun yang sudah mulai merasakan getaran terhadap wanita. Tubuhnya tinggi, putih, pantatnya berisi dan buah dadanya padat. Saat menikah dengan Papa, Tante Nuna juga seorang janda tapi nggak punya anak.

Sejak kawin, Papa jadi semangat hidup berimbas ke kerjanya yang gila-gilaan. Sebagai pengusaha, Papa sering keluar kota. Tinggallah aku dan ibu tiriku dirumah. Lama-lama aku jadi deket dengan Tante Nuna yang sejak bersama Papa aku panggil Mama Nuna. Aku jadi akrab dengan Mama Nuna karena kemana-mana Mama minta tolong aku temenin. Dirumahpun kalo Papa nggak ada aku yang nemenin nonton TV atau nonton film VCD. Aku senang sekali dimanja sama Mama baruku ini.

Setahun sudah Papa kawin dengan Mama Nuna tapi belom ada tanda -tanda kalo aku bakalan punya adik baru. Bahkan Papa semakin getol cari duit dan sering banget keluar kota. Aku dan Mama Nuna semakin akrab aja. Sampai-sampai kami seperti tidak ada batasan sebagai anak tiri dan ibu tiri. Kami mulai sering tidur disatu tempat tidur bersama. Mama Nuna mulai nggak risih untuk mengganti pakaian didepanku walaupun tidak bener-bener telanjang. Tapi terkadang aku suka menangkap basah Mama Nuna lagi berpolos ria mematut didepan kaca sehabis mandi. Beberapa kali kejadian aku jadi apal kalo setiap habis mandi Mama pasti masuk kamarnya dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai dikamar handuk pasti ditanggalkan.

Beberapa kali kejadian aku membuka kamar Mama yang nggak dikunci aku kepergok Mama Nuna masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong didepan cermin. Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Mama mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar dimata mudaku. Sampai suatu ketika, mungkin karena terdorong nafsu laki-laki yang mulai menggeliat diusia 16 tahun, aku menjadi bernafsu besar ketika melihat Mama sedang tiduran dikasur tanpa pakaian. Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit merintih. Aku terpana didepan pintu yang sedikit terbuka dan menikmati pemandangan itu. Lama aku menikmati pemandangan itu. Kemaluanku berdiri tegak dibalik celana pendekku. Ah, inikah pertanda kalo anak laki-laki sedang birahi? Batinku. Aku terlena dengan pemandangan Mama Nuna yang semakin hot menggeliat-geliat dan melolong. Tanpa sadar tanganku memegang dan memijit-mijit si otong kecil yang sedari tadi tegang. Tiba-tiba aku seperti pengen pipis dan ahh koq pipisnya enak ya. Akupun bergegas kekamar mandi seiring Mama Nuna yang lemas tertidur.

Kejadian seperti jadi pemandanganku setiap hari. Lama -lama aku jadi bertanya-tanya. Mungkinkah ini disengaja sama Mama? Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya terekam diotakku kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa. Wanita berumur yang cantik dimataku terlihat sangat sexy dan sangat menggairahkan.

Suatu siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku. Seperti biasa aku melongok ke kamar Mama. Kulihat Mama Nuna dalam keadaan telanjang bulat sedang tertidur pulas. Kuberanikan untuk mendekat Mumpum perempuan cantik ini lagi tidur, batinku. Kalau selama ini aku hanya berani melihat Mama dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada didepanku. Kupelototi semua lekuk liku tubuh Mama. Ahh, si otong bereaksi keras, menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari, mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung, kuberanikan tanganku mengusap paha Mama Nuna, pelan, pelan. Mama diam aja, aku semakin berani. Kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh cantik Mama tiriku. Kuremas-remas buah dada ranum dan dengan naluri plus pengetahuan dari film BF aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap putting susu Mama. Mama masih diam, aku makin berani. Terispirasi film blue yang kutonton bersama temen -temen, aku tanggalkan seluruh pakaianku dan si otong dengan marahnya menunjuk-nujuk. Aku tiduran disamping Mama sambil memeluk erat.

Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Mama tiba -tiba bergerak dan membuka mata. Mama Nuna menatapku tajam.

“Ngapain Ndy? Koq kamu telanjang juga?” tanya Mama.

“Maaf ma, Andy khilaf, abis nafsu liat Mama telanjang gitu” jawabku takut-takut.

“Kamu mulai nakal ya” kata Mama sambil tangannya memelukku erat.

“Ya udah Mama juga pengen peluk kamu, udah lama Mama nggak dipeluk papamu. Mama tadi kegerahan makanya Mama telanjang, e nggak taunya kamu masuk” jelas Mama.

Yang nggak kusangka-sangka tiba-tiba Mama mencium bibirku. Dia mengisap ujung lidahku, lama dan dalam, semakin dalam. Aku bereaksi. Naluri laki-laki muda terpacu. Aku mebalas ciuman Mama tiriku yang cantik.

Semuanya berjalan begitu saja tanpa direncanakan. Lidah Mama kemuidan berpindah menelusuri tubuhku.

“Kamu sudah dewasa ya Ndy, gak apa-apa kan kamu Mama perlakukan seperti papamu” gumam Mama disela telusuran lidahnya.

“Punya kamu juga sudah besar, belom sebesar punya papamu tapi lebih keras dan tegang”, cerocos Mama lagi.

Aku hanya diam menahan geli dan nikmat. Mama lebih banyak aktif menuntun (atau mengajariku). Si otong kemudian dijilatin Mama . Ini membuat aku nggak tahan karena kegelian. Lalu, punyaku dikulum Mama. Oh indah sekali rasanya. Lama aku dikerjain Mama cantik ini seperti ini.

Mama kemudian tidur telentang, mengangkangkan kaki dan menarik tubuhku agar tiduran diatas tubuh indahnya. Mama kemudian memegang punyaku, mengocoknya sebentar dan mengarahkan keselangkangan Mama. Aku hanya diam saja. Terasa punyaku sepertinya masuk ke vagina Mama tapi aku tetep diam aja sampai kemudian Mama menarik pantatku dan menekan. Berasa banget punyaku masuk ke dalam punya Mama. Pergesekan itu membuat merinding. Secara naluri aku kemudian melakukan gerakan maju mundur biar terjadi lagi gesekan. Mama juga mengoyangkan pinggulnya. Mama yang kulihat sangat menikmati bahkan mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya sehingga aku seperti sedang naik kuda diatas pinggul Mama.

Tiba-tiba Mama berteriak kencang sambil memelukku erat-erat, “Andyy, Mama enak Ndy” teriak Mama.

“Ma, Andy juga enak nih mau muncrat” dan aku ngerasain sensasi yang lebih gila dari sekedar menonton Mama kemarin-kemarin.

baca Juga : Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Ibu Yena

Aku lemes banget, dan tersandar layu ditubuh mulus Mama tiriku. Aku nggak tau berapa lama, rupanya aku tertidur, Mama juga. Aku tersadar ketika Mama mengecup bibirku dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya. Mama kemudian keluar kamar dengan melilitkan handuk, mungkin mau mandi. Akupun menyusul Mama dalam keadaan telanjang. Kuraba punyaku, lengket sekali, aku pengen mencucinya. Aku melihat Mama lagi mandi, pintu kamar mandi terbuka lebar. Uhh, tubuh Mama tiriku itu memang indah sekali. Nggak terasa punyaku bergerak bangkit lagi. Dengan posisi punyaku menunjuk aku berjalan ke kamar mandi menghampiri Mama.

“Ma, mau lagi dong kayak tadi, enak” kini aku yang meminta.

Mama memnandangku dan tersenyum manis, manis sekali. Kamipun melanjutkan kejadian seperti dikamar.

Kali ini Mama berjongkok di kloset lalu punyaku yang sedari tadi mengacung aku masukkan ke vagina Mama yang memerah. Kudorong keluar masuk seperti tadi. Mama membantu dengan menarik pantatku dalam -dalam. Nggak berapa lama Mama mengajak berdiri dan dalam posisi berdiri kami saling memeluk dan punyaku menancap erat di vagina Mama. Aku menikmati ini, karena punyaku seperti dijepit. Mama menciumku erat. Baru kusadari kalau badanku ternyata sama tinggi dengan mamaku. Dlama posisi berdiri aku kemudian merasakan kenikmatan ketika cairan kental kembali muncrat dari punyaku sementara Mama mengerang dan mengejang sambil memelukku erat. Kami sama–sama lunglai.

Setelah kejadian hari itu, kami selalu melakukan persetubuhan dengan Mama tiriku. Hampir setiap hari sepluang sekolah, bahkan sebelum berangkat sekolah. Lebih gila lagi kadang kami melakukan walaupun Papa ada dirumah. Sudah tentu dengan curi-curi kesempatan kalo Papa lagi tidur. Kehadiran Papa dirumah seperti siksaan buatku karena aku nggak bisa melampiaskan nafsu terhadap Mama. Aku sangat menikmati. Aku senang kalo Papa keluar kota untuk waktu lama, Mama juga seneng. Mama terus melatih aku dalam beradegan sex. Banyak pelajaran yang dikasi Mama, mulai dari cara menjilat vagina yang bener, cara menghisap buah dada, cara mengenjot yang baik. Pokoknya aku diajarkan bagaimana memperlakukan wanita dengan enak. Aku sadar kalo aku menjadi hebat karena Mama tiriku.

Sekitar setahun lebih aku menjadi pemuas Mama tiriku menggantikan posisi ayah. Aku bahkan jatuh cinta dengan Mama tiriku ini. Nggak sedetikpun aku mau berpisah dengan mamaku, kecuali sekolah. Dikelaspun aku selalu memikirkan Mama dirumah, pengen cepet pulang. Aku jadi nggak pernah bergaul lagi sama temen -temen. Sebagai cowok yang ganteng, banyak temen cewek yang suka mengajak aku jalan tapi aku nggak tertarik. Aku selalu teringat Mama. Justru aku akan tertarik kalo melihat bu guru Ratna yang umurnya setua Mama tiriku atau aku tertarik melihat bu Henny tetanggaku dan temen Mama.

Tapi percintaan dengan Mama hanya bertahan setahun lebih karena kejadian tragis menimpa Mama. Mama meninggal dalam kecelakaan. Ketika itu seorang diri Mama tiriku mengajak aku nemenin tapi aku nggak bisa karena aku ada les. Mama akhirnya pergi sendiri ke mal. Dijalan mobil Mama tabrakan hebat dan Mama meminggal ditempat. Aku merasa sangat berdosa nggak bisa nemenin Mama tiriku tercinta. Aku shock. Aku ditenangkan Papa.

“Papa tau kamu deket sekali dengan Mama Nuna, tapi nggak usah sedih ya Ndy, Papa juga sedih tapi mau bilang apa” kata papaku.

Selama ini papaku tau kalo aku sangat deket dengan Mama. Papa senang karena Papa mengira

aku senang dengan Mama Nuna dan menganggapnya sebagai Mama kandung. Padahal kalau Papa tau apa yang terjadi selama ini. Aku merasa berdosa terhadap Papa yang dibohongi selama ini.

Tapi semua apa yang diberikan Mama Nuna, kasih sayang, cinta dan pelajaran sex sangat membekas dipikiranku. Sampai saat ini, aku terobsesi dengan apa semua yang dimiliki Mama Nuna dulu. Aku mendambakan wanita seumur Mama, secantik Mama, sebaik Mama dan hebat di ranjang seperti Mama tiriku itu. Kusadari sekarang kalo aku sangat senang bercinta dengan wanita STW semuanya berawal dari sana.

Categories
Random

Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Ibu Yena

Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Ibu Yena – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Aku benar-benar lemas mendengar keputusan pihak manajemen perusahaan hari ini, Bulan lalu perusahaan sudah menyampaikan rencananya untuk mengurangi sejumlah karyawan, termasuk pengemudi. Hari ini aku tahu aku termasuk yang kena PHK.

Istriku tak banyak bicara ketika kutunjukkan surat pemutusan hubungan kerja itu. Ia hanya memandangi bayi kami yang baru berusia 3 bulan. Terbayang di benak kami bagaimana cara menghidupi bayi ini tanpa pekerjaan. Pesangon yang tak seberapa jumlahnya pasti tak akan bertahan lama.

Selama seminggu penuh aku menyibukkan diri dengan iklan lowongan pekerjaan di koran dan mendatangi berbagai macam perusahaan untuk mencari kerja. Hasilnya nihil. Untungnya sorenya istriku membawa kabar gembira.

Pak Sulaiman, lelaki tua yang tinggal tak jauh dari rumah kami kena stroke. Ia harus istirahat total dan berhenti menyupir untuk majikan nya. Kata istriku, majikan pak Sulaiman butuh supir baru segera. Istriku mengangsurkan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat majikan Pak Sulaiman.

Esok paginya aku langsung meluncur ke rumah Pak Tan, mantan majikan Pak Sulaiman. Rumah Pak Tan luar biasa besar dan mewah. Pembantu Pak Tan membukakan pintu gerbang dan mempersilakan aku menunggu di beranda. Sejenak kemudian Pak Tan menemuiku. Ia seorang lelaki Cina tua, bos sebuah perusahaan peralatan masak di Surabaya.

“Kamu tetangga Pak Sulaiman?” Tanya Pak Tan.

“Benar, Pak. Nama saya Andi”

“Kamu kelihatan muda sekali. Berapa umurmu?” Tanya Pak Tan.

“24tahun, Pak”

“Sudah lama jadi supir?”

“3 tahun, Pak”

“Oke, Andi. Langsung saja. Kamu akan menjadi supir pribadi istri saya. Istri saya adalah Area Manager perusahaan. Ia harus banyak berkeliling ke cabang-cabang perusahaan di kota-kota lain di Jawa Timur dan di Indonesia,” jelas Pak Tan. “Gaji tiga bulan pertama Rp 1,2 juta. Setuju?”

“Setuju, Pak”

“Kamu mulai kerja hari ini!” kata Pak Tan.

Seminggu sudah aku menjadi supir Nyonya Tan. Dari karyawan kantor, aku tahu nama Nyonya Tan adalah Yena, sebuah nama yang elok. Di kantor, para karyawan demikian segan dan hormat padanya, dan tak pernah ada yang bicara buruk tentang perempuan luar biasa ini.

Di mobil, ketika tak sedang menelepon, Bu Yena tak banyak bicara. Seperti pagi ini dalam perjalanan ke Malang, menuju ke kantor cabang. Ia hanya bicara beberapa patah kata bilamana aku terlalu cepat atau terlalu pelan mengemudi.

Kami sampai di Malang sebelum tengah hari. Bu Yena majikan ku langsung memimpin rapat para karyawan. Aku sendiri langsung menuju warung makan di depan kantor. Setelah 3 jam menunggu, perutku mulas. Pasti itu karena sambal pecel lele yang kumakan di warung tadi. Aku mencari WC. Kata karyawan kantor, WC supir ada di bagian belakang. Aku segera menyelinap ke belakang mencari WC yang dimaksud, melewati lorong-lorong sempit tumpukan stok barang perusahaan.

Setelah selesai dengan urusanku di kamar kecil, aku bermaksud kembali ke depan melewati lorong-lorong sempit itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Tirai dinding kaca itu terbuka sedikit, dan tak sengaja dari celah kecil itu aku melihat sebuah adegan seru, yang sudah pasti bukan kegiatan kantoran pada umumnya.

Seorang lelaki muda sedang asyik memeluk, mencium dan dengan lidahnya menelusuri dada perempuan yang aku kenal betul, yakni Bu Yena. di atas sebuah sofa di ruang kantor kepala pemasaran cabang Malang.

Bagian atas blus Bu Yena majikan ku terbuka lebar, menampakkan dadanya yang penuh di balik BH yang terurai sebelah. Bu Yena tampak begitu menikmati itu. Kepalanya terdongak dengan mata terpejam bibirnya terbuka. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Aku terpaku menikmati adegan kecil di celah sempit itu.

Tak sengaja lututku menyentuh tumpukan stok barang pecah belah. Setumpuk piring jatuh berhamburan, menimbulkan suara yang pasti terdengar dari dalam ruangan. Kulihat aksi Bu Yena dan lelaki itu terhenti seketika. Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan.

Satu jam kemudian Bu Yena keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bu Yena juga tidak, tapi ia kelihatan santai sekali. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia tahu aku mengintipnya tadi. Dua puluh menit kemudian, masih dalam perjalaan balik ke Surabaya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

“Andi, berapa umurmu?” Tanya Bu Yena tiba-tiba.

“24 tahun, bu”

“Sudah menikah?”

“Sudah, Bu. Saya punya bayi usia 3 bulan”

Tiba-tiba Bu Yena melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Sejumlah lembaran seratus ribuan tampak dari ujung amplop yang terbuka.

“Itu untuk kamu dan anakmu. 5 juta rupiah!” kata Bu Yena.

“Untuk saya?” tanyaku heran.

“Ya, untuk kamu,” tegas Bu Yena.

“Wah, untuk apa ini, ya, bu?” tanyaku tak mengerti. Aku melihatnya dari kaca spion. Bisa kulihat Bu Yena majikan ku tersenyum dari kaca itu.

“Ini uang tutup mulut. Aku tahu kamu mengintip aku sedang bermesraan dengan Alex tadi. Tidak boleh ada yang tahu ini. Kalau Pak Tan tahu, itu berarti dari kamu. Dan kau pasti akan kehilangan pekerjaan. Kunci mulutmu dengan uang 5 juta itu, dan kau tetap bisa bekerja. Faham?” ujar Bu Yena tegas.

Aku terdiam sejenak. Kuberanikan bicara, “Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Saya akan tutup mulut. Ibu bisa pegang kata-kata saya” “Tidak! Ambil saja! Dan jangan bicara lagi!” itulah kalimat terakhir bu Yena. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Besoknya aku menyetorkan uang ke tabunganku tanpabilang-bilang istriku. Dan selanjutnya, aku menutup mulut rapat-rapat. Hari-hari berjalan seperti biasa, tak banyak yang berubah.

Yang sedikit berubah adalah suasana di dalam mobil. Belakangan ini Bu Yena kerap kali bergeser tempat duduk. Kalau biasanya ia duduk tepat di belakangku, kali ini ia lebih sering bergeser ke kiri. Ia acap kali mencuri pandang ke arahku dari duduknya di mobil. Entah kenapa ia begitu. Yang jelas aku tak pernah berani menatapnya dari balik spion.

Pagi ini aku mengantar Bu Yena ke bandara Juanda. Ia akan bertugas memeriksa cabang Bali selama seminggu. Jadi, selama seminggu ini aku akan stand-by di kantor Pak Tan sebagai sopir cadangan. Tapi selepas siang sebuah sms masuk ke HP-ku. Itu dari Bu Yena. Bunyinya, : Sopir cabang Bali sakit. Kamu ke Bali siang ini. Sudah saya kirim uang buat beli tiket pesawat. Kamu langsung ke kantor Cabang Denpasar”.

Segera aku mendapatkan uang tiket dan alamat kantor Cabang Denpasar dari kantor Surabaya. Senang juga rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya. 4 jam kemudian aku sudah berada di Kantor Cabang Denpasar. “Saya lebih nyaman kalau kamu yang nyupir,” kata Bu Yena begitu duduk di kursi belakang di mobil Cabang Denpasar. “Kamu banyak tahu jalan-jalan di Denpasar, kan?” tanya Bu Yena.

“Ya, Bu. Saya menempuh SMA saya di sini,” kataku.

“Baiklah, langsung ke Hotel Santika Kuta Beach,” perintah Bu Yena.

Setelah check-in di hotel, aku sempat membawakan barang ke kamar Bu Yena, sebuah kamar cottage tepat di pinggir pantai Kuta. “Ini uang buat cari hotel kecil di sekitar sini. Mobil kamu bawa. HP-kamu mesti stand-by. Kalau saya perlu keluar, saya akan telepon,” kata bu Yena.

“Baik, bu!”

Aku mendapatkan hotel kecil tak jauh dari Santika Kuta Beach. Jam tujuh malam kurang sedikit, sehabis mandi, dan mengenakan t-shirt, teleponku bergetar. Bu Yena kirim SMS. “Charger saya ketinggalan di mobil. Bisa kau antar ke hotel?” demikian bunyi SMS itu. Aku segera beranjak. Ketika sampai di hotel, SMS Bu Yena datang lagi, “Kamu sudah sampai hotel? Bisa langsung antar charger ke kamar saya?”

Dengan charger di tangan, aku bergerak ke bagian belakang hotel dan mencari cottage bu Yena. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Aku mengetuk pintu cottage.

“Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Yena. Aku tak berani langsung masuk. Ragu aku berdiri di depan pintu.

“Masuk, Andi!” suara Bu Yena agak meninggi, setengah memerintah.

Aku mendorong pintu. Bu Yena berdiri di dekat jendela yang menghadap ke pantai dengan segelas soft-drink dengan rambut terurai dan senyum manis. Berdebar aku melihatnya. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Belahan dada yang indah itupun tidak tersembunyikan. Aku menatap kakinya yang jenjang. Shorts putih yang teramat pendek itu menyajikan sepasang paha mulus yang kencang.

“Ini chargernya, Bu Yena. Saya taruh sini, ya!” kataku gugup. Bu Yena berjalan menghampiriku. Ya ampun! Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Seksi nian orang satu ini. “Kamu kelihatan gugup,” ujar Bu Yena tenang, menatapku dengan pandangan penuh. Tak pernah ia memandangku sedemikian rupa sebelumnya.

“Lihat sekeliling. Sebuah kamar yang nyaman dengan lampu redup, dan suara debur ombak. Sempurna sekali, bukan?” kata Bu Yena dalam kerlingnya. Aroma farfum mahal itu menyergap hidungku. Aku tak tahu Bu Yena bicara apa, tapi aku menjawabnya.

“Ya, benar. Sempurna,” kataku. Aku mundur beberapa langkah. Bu Yena makin dekat ke arahku.

“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Bu Yena. Wajahnya tak jauh dari wajahku,

“Saya….eh…saya, harus segera balik. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.

“Begitu?” kata Bu Yena pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya. “Kalau begitu, balikkan badan dan tutup pintu itu,” katanya kemudian. Aku menuruti perintahnya. Aku membalikkan badan, dan menutup pintu.

“Tidak, begitu, Andi. Tutup dari dalam, bukan dari luar!” ujar Bu Yena.

Aku terkejut. “Dari dalam? Maksud Ibu?””

“Ya, dari dalam. Dan kau tetap di sini. Kita cuma berdua di kamar yang romantis ini. Tidak bisakah kau lihat ranjang itu? Tidak kah kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini? Tidak bisakah kau lihat betapa aku menginginkanmu?”

Aku diam terpaku. Tapi ada benda yang mulai terasa mekar di selangkanganku. Bu Yena mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. “Pangil aku Yena saja. Bawa aku ke ranjang itu. Aku ingin kamu cumbui aku. Bercintalah denganku. Aku pingin sekali!” Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata.

Bibir Yena telah mendarat di bibirku. Dilumatnya aku dengan rakus dan beringas. Entah kenapa aku tak lagi ragu. Kubalas lumatan bibir itu dengan tak kalah beringas. Sungguh manis dan segar bibir itu. Yena segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang.

Aku segera menyergap dada indah itu. Kukulum dan kuhisap habis-habisan puting susu Yena. Aku yakin itu yang ia suka dan ia mau sekarang. Dan aku benar. Ia mengerang dan mendesah dan membiarku aku mengeksplorasi dada dan lehernya dengan bibir dan lidahku.

Baca juga : Cerita Dewasa Pembantu Rasa Istri

Kukulum lembut puting merah jambu itu dan kurema-remas dengan ritme yang embut pula. Tubuh Yena bergetar hebat. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas.

“Susuku. Aku mau kau hisap putingku lagi. Telusuri sekujur dadaku. Buat aku nikmat. Buat aku melayang, Andi!”

“Kau akan dapatkan yang kau mau, Yena” kataku tersengal.

Kuberi Yena jilatan-jilatan rakus di puting dan seputaran susunya. Ia membalasanya dengan gerakan yang sangat terlatih dan terampil. Dibalasnya aku dengan menghisap dan menggigit kecil putingku. Dan debur ombak pantai Kuta seperti mendadak membimbing Yena untuk memintaku melepaskan celana pendek yang dikenakan itu, dan ia tak sabar membantu aku melepaskan celana jeansku.

“Lepas celanaku, Andi. Lepas dan beri aku kejantananmu,” Yena mendesah ketika mulai kuraih celana itu untuk kulorotkan. Tempik indah dan manis perempuan Cina itu menyembul dengan kerumunan rambut halus yang menyemut di sekitarnya.

“Kamu mau aku menggerayangi ini dengan lidahku?” tanyaku.

“Itu yang aku mau. Do it!” kata Yena.

Ia membantu dirinya sendiri terlentang dan meraih kepalaku. Kubenamkan wajahku di tempik Yena dan kumainkan lidahku, merangsek sedalam mungkin ke seantero vagina yang basah dan lapar itu. Yeni merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. “Ohhhh! ooouhhhh! Ouuuhhhh, Andiiiii! That’s good. Terussss. Terusss. Ouuuh!” Yena terus mengerang di antara debur ombak pantai.

Sejenak kemudian, ia mengangkat kepala dan meraih penisku. “Sekarang kau harus merasakan balasanku,” seloroh Yena. Ia menelan bulat-bulan penisku dan mengulumnya penuh nikmat. Iapun menarik penisku maju mundur mulai dari kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi dengan jepitan mulutnya. Aku terengah-engah dibuatnya. Sungguh ahli perempuan ini memberikan kenikmatan pada penisku. Benar-benar mabuk aku dibuatnya.

Tak sabar lagi aku. Libidoku sudah naik ke ubun-ubun. Aku menindihnya, menyerang susunya sekali lagi dan membuat Yena menggelinjang liar di tempat tidur itu. Yena lebih tak sabar lagi. Ia membetot penisku dan membantuku mencari tempik basahnya.

“Senangkan aku, bahagiakan aku, Andi. Aku mau kamu sejak pertama aku melihat kamu!

“Kamu terlalu banyak meminta, Yena,” kataku.

Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya yang basah menantang. Kupompa dengan penuh kelembutan dengan gerakan yang kusesuaikan dengan debar nafas Yena. Kubiarkan penisku mencari titik-titik nikmat di vagina Cina seksi ini. Kuberi ia bonus gigitan-gigitan kecil di puting dan sekujur susunya. Ini membuat Yena senang bukan main. Tak bisa kujelaskan rintihan, desahan dan erangan Yena.

Aku dan Yena bercinta semalam suntuk. Yena hanya memberiku istirahat sejenak sebelum ia mulai menyerang aku lagi. Ia punya banyak teknik permainan yang membuatku terperangah. Dan ia selalu meminta, meminta dan meminta. Ini membuat aku harus mengimbanginya terus, berapa kalipun ia memintanya.

Kami berada di Bali seminggu penuh. Yena pintar bikin alasan untuk tidak perlu datang ke kantor cabang. Ia hanya mau aku mencumbunya terus dan terus tiada habis. Pada malam terakhir sebelum balik ke Surabaya, aku dan Yena bercinta di dalam sleeping-bag selepas tengah malam di pantai yang sunyi.

Begitu balik ke Surabaya, Yena terus minta aku memuaskannya : di kamar rumahnya ketika Pak Tan dan seisi rumah sedang keluar, dan di mana saja. Kami pergi ke hotel di Malang, Jogja, Madiun, Jakarta bahkan Singapura. Sering pula Yena minta aku mencumbunya di dalam mobil dan dimana saja ia menjadi horny.

Categories
Random

Cerita Dewasa Pembantu Rasa Istri

Cerita Dewasa Pembantu Rasa Istri – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Sebelum kulanjutkan ceritaku ini, perkenalkan namaku Menik, umurku menginjak 18 tahun dan aku anak bungsu dari lima bersaudara yang kesemuanya wanita. Kakak-kakakku juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ibuku sudah tiada sejak aku berusia dua tahun, sehingga ayahku menikah lagi tetapi tidak mempunyai keturunan. Ketika kakak-kakakku pergi merantau, tinggal aku bersama ayah dan ibu tiriku di desa terpencil pantai utara Jawa Tengah.

Sebelum kulanjutkan ceritaku ini, perkenalkan namaku Menik, umurku menginjak 18 tahun dan aku anak bungsu dari lima bersaudara yang kesemuanya wanita. Kakak-kakakku juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ibuku sudah tiada sejak aku berusia dua tahun, sehingga ayahku menikah lagi tetapi tidak mempunyai keturunan. Ketika kakak-kakakku pergi merantau, tinggal aku bersama ayah dan ibu tiriku di desa terpencil pantai utara Jawa Tengah.

Sejak setahun lalu aku bekerja pada sebuah keluarga muda dengan satu orang putri yang baru berusia dua tahun. Majikan perempuanku yang kupanggil ibu adalah seorang karyawati, sedang majikan laki-lakiku seorang pegawai negeri sebuah instansi pemerintah. Kehidupan di dalam rumah tangga majikanku dapat dikatakan harmonis, itu yang membuatku kerasan tinggal bersama mereka. Ibu majikan seorang wanita yang baik, begitu pula dengan suaminya.

Hari Sabtu dimana ibu bekerja, sedang bapak setiap Sabtu dan Minggu libur. Di rumah tinggal bapak, aku dan anaknya. Aku merasa tidak enak badan sejak hujan-hujanan kemarin waktu aku pergi ke pasar. Padahal malam harinya aku sudah minum obat, tetapi hingga pagi hari ini aku merasa sakit disekujur tubuh. Walau begitu tetap kupaksakan diri untuk bekerja, karena sudah kewajibanku sehari-hari dalam keluarga ini.

Setelah anaknya tidur, kurebahkan diriku di kamar. Cuaca mendung bulan November, setengah terpejam sayup-sayup kudengar bapak memanggil namaku, tetapi karena badan ini terasa berat, aku tak sanggup untuk bangkit, sampai bapak datang ke kamarku. Bapak terkejut melihat kondisiku, dihampirinya aku dan duduk ditepi ranjang. Aku berusaha untuk bangkit walau kepala ini seperti dibebani ribuan batu, tiba-tiba tangan bapak menyentuh dahiku kemudian merengkuh bahuku untuk memintaku tiduran kembali. Bapak bilang kalau tubuhku demam, kemudian dia memijit keningku, mataku terpejam menikmati pijitan itu, terasa sakit di kepala dan lemas sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat bapak menyuruhku untuk telungkup, akupun menurutinya. Kuraskana kain bajuku disingkap ke atas oleh bapak, kemudian tali pengait behaku dicopotnyanya. Aku terkejut, tetapi karena lemas aku pasrah saja, kurasakan pijitan bapak dipunggungku.

Disinlah awal keanehan itu terjadi. Walaupun kondisi demam, tetapi perasaan itu tetap saja kurasakan, begitu hangat, begitu damai, begitu takut dan akhirnya begitu nikmat, mata kupejamkan sambil menikmati pijatan bapak.

Umur bapak sudah tigapuluhan dan kuakui kalau bapak mempunyai wajah yang awet muda. Disaat aku merasakan pijitan bapak, tiba-tiba kurasakan resluiting celana pendekku di belakang diturunkan oleh bapak. Aku ingin berontak dan membalikkan badan, tetapi ditolak oleh bapak dengan mengatakan bahwa bagian bawahpun harus dipijat, akhirnya aku mengalah walau disertai rasa malu saat bapak melihat pantatku. Jujur, yang ada di dalam benakku tidak ada prasangka lain selain aku dipijit bapak. Setelah agak lama, bapak menyudahi pijitannya dan aku diberi lagi obat demam yang segera kuminum, bapak kemudian meninggalkan kamarku. Sebelum tidur kuputuskan ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti yang telah aku ceritakan di atas, bahwa celana dalamku basah, dan ternyata bukan pipis. Aku raba dan rasakan ternyata berlendir dan agak lengket, aku tidak tahu hubungan basah ini dengan pijatan bapak tadi. Aku tak mampu berpikir jauh, setelah dari kamar mandi, kuputuskan untuk tidur di kamar.

Sore hari gerimis turun, ketika aku tidur, siang tadi ibu majikan dan anaknya pergi kerumah famili serta menginap di sana karena ada hajatan, sementara bapak tinggal di rumah sebab besok Minggu ada acara di komplek. Setelah sesiang tadi aku tidur, kurasakan tubuhku agak mendingan, mungkin karena pengaruh obat turun demam yang aku minum tadi, sehingga aku berani untuk mandi walau dengan air hangat. Selesai mandi terdengar suara bapak dari ruang TV memanggil namaku, aku bergegas kesana. Bapak menanyakan keadaanku yang kujawab sudah baikan. kemudian bapak menyuruhku membuatkan teh hangat untuknya. Teh kubuat dan kuhidangkan di meja depan bapak, kemudian bapak menyuruhku duduk di bawah depan tempat duduk bapak, kuturuti perintahnya. Ternyata bapak sedang menikmati TV, kemudian bapak memegang pundaku serta memijit perlahan-lahan dan bertanya apakah pijitannya enak, kujawab enak sekali sembari tersenyum, sembari tetap memijat pundakku kami berdua membisu sambil menonton TV.

Lama-kelamaan perasaan aneh itu menjalar lagi, aku merasakan sesuatu yang lain, yang ku tak paham perasaan apa ini, kurasakan sekujur bulu tubuhku mermang. Tiba-tiba kurasakan hembusan nafas di samping leherku, aku melirik, ternyata wajah bapak telah sampai di leherku, aku merasakan getaran-getaran aneh yang menjalar kesemua tubuhku, aku tidak berontak, aku takut, tetapi getaran-getaran aneh itu kurasakan begitu nikmat hingga tanpa kusadari kumirngkan kepalaku seakan memberi keleluasaan bapak untuk mencmbunyanya.

Tak terasa aku memejamkan mata dan menikmati setiap usapan bibir serta lidah bapak di leherku. Getaran itu kini menjalar dari leher terus turun ke bawah, yang kurasakan tubuhku melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali seolah terbang. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Tangan bapak masih memijat pundakku sementara dia masih mencumbui leherku, tak lama kemudian kurasakan tangan itu meraih kancing baju depanku dan membukanya satu persatu dari atas ke bawah. Setelah semua kancing bajuku terlepas, kembali tangan bapak memijat bahuku, semua itu aku rasakan dengan melayang-layang, perlahan tapi pasti kedua tangan bapak menyentuh ke dua payudaraku, aku kaget. Kedua tanganku lalu memegang tangan bapak, bapak membisikkan supaya aku menikmati saja pijitannya, tanganku akhirnya terlepas dari tangan bapak.

Lagi-lagi kurasakan sesuatu getaran aneh, hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, payu daraku diremas tepatnya daripada dipijit, walau masih memakai bh. Kemudian tangan bapak kembali kepundakku, ternyata diturunkannya tali bhku, perlahan-lahan diturunkan sebatas lengan, sementara ciuman bapak masih di leher, kadang leher kiri, kadang leher kanan. Aku melayang hebat, dimana kedua tangan bapak meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan. Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya kedua putingku, tak sadar ku keluarkan desahan pelan.

Secara tidak kusengaja, tangan kiriku meraba celana dalamku sendiri, kurasakan gatal disekitar kemaluaku, ternyata kemaluanku basah, aku tersentak dan memberontak. Bapak kaget, kemudian menanyakan ada apa, aku tertunduk malu. Setelah didesak aku menjawab malu, kalau aku ngompol. Bapak tersenyum dan berkata bahwa itu bukan ompol, lalu bapak berdiri dan membimbingku duduk di sofa.

Bapak menanyakan padaku, yang kujawab bahwa ini pengalamanku yang pertama, kemudian bapak mengatakan ingin memberi pengalaman selanjutnya dengan catatan supaya aku tidak menceritakan pengalaman ini pada siapa saja. Aku hanya mengangguk dan menunduk, tak berani kutatap mata bapak karena malu.

Di luar hari sudah berganti malam, gerimis pun berubah menjadi hujan, tetapi aneh, hawa di ruang TV berubah menjadi hangat, apakah ini hanya perasaanku saja? Sementara aku duduk di sofa, bapak malah jongkok dihadapanku. Aku rikuh dan menundukkan kepalaku. Tiba-tiba bapak maju menuju payu daraku dan menciuminya, seperti bayi menetek ibunya. Aku berkata malu, tetapi di jawab bapak untuk menikmati saja. Sengatan itu kembali menyerangku ketika ciuman bapak berubah menjadi jilatan dan kuluman di putingku, aku kembali terpejam dan mengerang, tak kusadari tanganku berada di kepala bapak, mengelus dan sedikit menjambak rambut bapak. Aku tidak kuat menyangga tubuhku, perlahan dan pasti tubuhku terjatuh di sofa, bapak membetulkan posisiku sehingga tiduran disofa. Kemudian jilatan bapak berlanjut diperutku, sementara tangan kiri bapak di payudaraku, tangan kanan meraba dari betis naik ke paha serta menyingkap rok yang kukenakan.

Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap jilatan dan elusan bapak. Aku terkejut pada saat jilatan bapak sampai ke celana dalamku, aku mengatakan bahwa itu kotor dan pesing, tetapi dengan sabarnya bapak menenangkanku untuk tetap saja menikmatinya. Aku hanya terdiam dan pasrah, di antara takut dan malu serta rasa nikmat yang tak kuduga sebelumnya. Perlahan bapak membuka rok serta mencopot celana dalamku dan menciumi rambut kemaluanku. Takut bercampur geli berkecamuk di dalam dadaku, kurapatkan kedua pahaku menahan geli, tetapi keanehan terjadi lagi, lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar. Posisi ini memudahkan bapak untuk mencumbu lebih dalam. Tiba pada bagian tengah atas kemaluanku, kurasakan ujung lidah bapak menyengat yang lebih dahsyat lagi, tanpa kusadari kunaikkan pantatku ke atas ke bawah, aku meracau tidak karuan, sukar kulukiskan dengan kata-kata perasaan ini. Kurasakan dunia gelap dan berputar, sayup-sayup kudengar suara kecipakan di sekitar selangkanganku, hingga ada suatu desakan dari dalam kemaluanku, desakan itu tak dapat kutahan, sesuatu yang akan meledak keluar, seperti bila ingin pipis, tetapi ini lebih dari itu. Tanganku tak dapat kukendalikan, kujambak rambut bapak sambil menekan kepalanya pada kemaluanku. Aku melonjak, mengjan. menahan, meracau, tiba-tiba sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku, kemaluanku basah… bahkan banjir… kurasakan aku ngompol…

Setelah itu tubuhku lemas, keringat membanjiri tubuhku, tulang-tulangku terasa lepas dari tempatnya… perasaan apa ini? antara nikmat… kebelet pipis… dan lemas… Kulihat bapak tersenyum dan mengelus rambutku, bapak menanyakan apa yang aku rasakan. Kubalas dengan tatapan yang bertanya-tanya, tetapi aku tidak dapat berkata-kata, diantara nafasku yang masih memburu, aku hanya tersenyum dan memandangnya sayu.

Baca juga : Cerita Dewasa Nikmatnya Mama Tiri dan Kakak Tiriku

Bapak berlutut di sampingku, melepas sarungnya, meraih tanganku dan membimbingnya untuk memegang tengah celana dalamnya, kuturuti, kuraba dari luar celana dalam bapak, ini pun pengalaman pertamaku memegang kemaluan laki-laki. Kurasakan sesuatu menonjol keras ke atas di tengahnya, bapak menikmati elusanku dan kuliirik mata bapak setengah terpejam. Tak lama, dia menurunkan celana dalamnya, sesaat kuterpekik melihat benda yang baru kali ini kulihat.

Bapak mengajariku untuk mengurut benda itu dari atas ke bawah, aku geli memegang benda itu, empuk tapi keras… keras tapi lentur… Bapak membangkitkanku dari rebahan, kemudian menyuruhku untuk menjilat benda itu, karena tadi bapak sudah menjiltati kemaluanku, apa salahnya kalo sekarang aku menjilati kemaluannya, pikirku.

Pertama memang kujilati benda itu, lama-kelamaan kumasukkan benda itu ke dalam mulutku, aku ingat masa kecilku ketika menjilati es krim. Benda itu berdenyut-denyut di dalam rongga mulutku, aku merasa aneh tetapi senang, seperti anak keci mendapat makanan kesukaannya. Tiba-tiba bapak mengerang sambil menarik kepalaku, benda itu berkeduk hebat, aku heran ada apa ini, tetapi benda itu tak dapat kulepaskan, karena kepalaku ditahan tangan bapak, kemudian kurasakan suatu cairan terasa di mulutku yang akhirnya daripada tersedak, cairan itu kutelan habis, terasa amis… gurih… sedikit asin. Kulihat bapak mendengus, seperti habis lari jauh, nafasnya tersengal-sengal. Dia tersenyum dan memelukku, aku merasa damai dalam pelukannya.

Bapak mengajakku ke kamar mandi, sebelum kami masuk, bapak melucuti sisa pakaianku dan juga pakaiannya. Aku merasa heran, aku menurut tanpa ada perlawanan, mungkin karena nikmat yang baru saja pertama kali aku dapat. Di dalam kamar mandi, bapak memandikanku, bapak mengagumi bulu-bulu yang tumbuh di ketiak dan selangkanganku dan berpesan agar aku tetap memelihara dan melarang memotongnya. Pada saat bapak menyabuniku, getaran-getaran aneh menyerangku lagi. Geli bercampur nikmat menyelimuti seluruh tubuhku, sehingga tak terasa aku mulai mendesis lagi, bapak bilang bila aku tidak tahan keluarkan saja erangan itu, tapi aku malu.

Setelah aku selesai disabuni, bapak menyuruhku menyabuninya, dengan rasa takut-takut kusabuni punggung sampai kakinya, pada giliran tubuh bagian depan, kulihat kemaluan bapak yang tadinya lemas tampak kokoh berdiri. Bapak mengatakan enak disabuni olehku, dia meraih wajahku dan mencium mulutku, aku merasakan getaran semakin hebat ketika lidah bapak bermain di dalam rongga mulutku, aku hanya terdiam dan menikmati permainan lidah bapak, perlahan kuimbangi permainan lidah bapak dengan lidahku sendiri, kami saling berpagutan.

Bapak membimbing tanganku untuk menyentuh kemaluannya yang masih terbalut sabun, aku merasakan licin serta mengocoknya. Payudaraku pun menyentuh dada bapak yang licin oleh sabun, terasa mengeras di kedua putingku, kami berpelukan… berciuman dan saling bergesekan… aktivitas ini menimbulkan gelinjang kenikmatan yang tiada tara bagiku. Setelah tubuh kami berdua tersiram air dan bersih dari sabun, bapak menyuruhku untuk menghadap wastafel setengah menunduk sembari kakiku direnggangkannya, bapak jongkok membelakangiku dan mulai menjilati pantatku, aku menengok ke belakang dan bapak hanya tersenyum. Pada saat lidah bapak menyentuh dan mempermainkan duburku, aku tersentak dan sedikit mengangkat kakiku, kurasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan, aku mendesis, kemaluanku basah dan lengket, sehingga tangan kiriku tak sadar meraba daging bulat kecil yang mengeras di tengah kemaluanku sembari mengosok-gosok dan menekannya, secara naluri bagian itu yang kurasakan dapat memberi kenikmatan yang tiada terkira. Tak lama berselang aku berasa ingin pipis lagi. Tangan kananku mencengkeram erat bibir wastafel, mengerang hebat, tangan kiriku kutekan kuat pada benjolan kenikmatanku, aku meladak lagi, nafasku memburu tidak karuan, sesaat aku merasa lemas dan seakan hilang pijakan tempatku berdiri. Bapak menangkapku kemudian membopongku menuju kamarku.

Direbahkannya diriku di tempat tidur, bapak duduk di tepi tempat tidurku sembari mengelus rambutku, tersenyum dan mengecup keningku, hatiku tentram, nafasku mulai teratur kembali. Setelah semuanya kembali normal bapak merebahkan dirinya di sisiku, tanpa bicara, bapak meraba payudaraku, serta menjilatinya. Getaran-getaran itu datang kembali menyerangku, aku menggelinjang serta mengeluarkan suara-suara desisan, kuremas kepala bapak sembaru kutekan ke arah dalam payudaraku.

Bapak naik ke atas tubuhku, menyodorkan kemaluannya untuk kujilat lagi, kuraih dan kukulum kemaluan bapak seperti layaknya menjilati es krim, bapak memaju mundurkan pantatnya sehingga kemaluan bapak keluar masuk dalam mulutku. Aku menikmati keluar masuknya kemaluan bapak di dalam mulutku. Setelah beberapa saat, bapak melepaskan kemaluannya dari mulutku. Bapak menggeser tubuhnya, kedua pahaku di kesampingkannya, perlahan-lahan kemaluan bapak didekatkan pada kemaluanku sambil berkata bila terasa sakit aku harus bilang.

Pertama menyentuh kulit luar kemaluanku, aku agak tersentak kaget, mulailah rasa sakit itu timbul setelah kemaluan bapak mulai sedikit demi sedikit memasuki vaginaku. Aku menjerit kesakitan yang kemudian diikuti dengan dicabutnya kemaluan bapak, bapak mencium bibirku sembari membisikkan kata supaya aku menahan rasa sakit tersebut sembari mempermainkan lidahnya di dalam mulutku.

Kemudian bapak mulai menusuk lagi, walau kemaluanku sudah basah total, tapi rasa sakit itu tak terkira, aku tak sanggup mengaduh karena mulutku tersumbat mulut bapak. Tak terasa air mataku meleleh menahan sakit yang tak terkira, kedua tanganku mencengkeram erat pinggang bapak. Akhirnya kemaluan bapak menembus lubangku… diusapnya air mataku, kemaluan bapak masih tetap tertancap dalam lubangku. Bapak berhenti menggoyang, setelah dilihatnya aku agak tenang, mulailah bapak memaju-mundur kemaluannya lagi secara perlahan, aku sempat heran, rasa sakit itu berangsur hilang digantikan dengan nikmat. Aku merasa kemaluanku berkedut-kedut dengan sesuatu benda asing di dalamnya, sementara itu air lendirku juga sudah membasahi liang kemaluanku, sehingga rasa sakit itu hilang tergantikan oleh kenikmatan yang sukar dikatakan.

Tidak begitu lama kemudian aku merasa ingin pipis kembali, aku peluk bapak, aku naikkan pantatku seolah ingin menelan semua kemaluan bapak. Aku kejang, aku melenguh panjang, aku menggigit pundak bapak, sesuatu yang nikmat aku rasakan lagi, dunia berputar-putar, semua terlihat berputar, sungguh kejadian ini nikmat sekali. Aku terhempas lemas setelah aku mengalami apa yang baru aku alami, rasa sakit sudah hilang. Bapak menghentikan aktifitas seakan memberi kesempatan diriku untuk menikmati puncak kenikmatan yang baru saja kualami.

Setelah beberapa saat, dengan kemaluan yang masih mengacung ke atas, bapak mencabut kemaluannya dan menyerahkannya kedalam mulutku lagi, aku kulum kemaluan bapak, tak lama kemudian bapak melenguh… dan cairan itu kembali mendera mulutku, karena pengalaman tadi, semua cairan itu aku telan tanpa tersisa sedikitpun. Bapak merebahkan tubuhya disampingku, dan mengucapkan terima kasih, dia mengatakan bahwa perawanku telah hilang.

Aku tercenung kulihat ke bawah, sprei tempat tidurku ternoda merah darah perawanku, tetapi aku tidak menyesal, karena hilang oleh orang yang aku kagumi sekaligus aku sayangi, Aku tidur di dalam pelukan bapak, kami kelelahan setelah mengarungi perjalanan puncak kenikmatan bersama, dalam tidurku, aku tersenyum bahagia, kulirik bapak, dia terpejam sembari tersenyum juga.

Seperti kebiasaanku sehari-hari dalam rumah tangga majikanku ini, aku bangun pada pukul 5, kulihat bapak masih tertidur lelap, kami masih dalam keadaan bugil, karena semalam tidak sempat berpakaian karena kelelahan. Aku turun dari tempat tidur, selangkanganku masih berasa perih seakan benda tumpul panjang itu masih mengganjal di dalam lubangku. Dengan agak tertatih aku menuju kamar mandi, kubersihkan seluruh tubuhku beserta lendir-lendir yang mengering bercampur bercak darah di sekitar kemaluan dan bulu-buluku, sembari mandi aku bersiul gembira. Kuraba lubang kemaluanku, masih terasa sisa-sisa keperihan di dalamnya, aku mengerti sekarang, dimana perbedaan antara air seni dengan lendir hormon yang keluar dari kemaluanku bila dirangsang, Aku tersenyum geli memikirkan kebodohanku selama ini.

Selesai mandi, aku membereskan rumah seperti kewajibanku sehari-hari, setelah itu aku buatkan segelas kopi panas dan kubawa ke kamarku, dimana bapak masih terlelap di sana. Perlahan kuletakkan kopi di atas meja, aku melangkah ke arah tempat tidur, kuperhatikan wajah bapak yang tertidur.

Betapa tenang, betapa damai, betapa gantengnya, perlahan kuusap pipi bapak serta kubelai rambutnya, dengan sedikit takut… kucium sudut bibir bapak. Pandanganku menyapu dada bapak, kemudian turun ke salangkangannya yang tertutup selimut. Kulirik benda asing yang semalam telah memaksa masuk ke dalam lobangku. Aku tersentak kaget, walau tertutup selimut kulihat jelas benda itu tegak berdiri mengeras, ku usap perlahan sembari tertawa geli dalam hati. Perlahan kusingkap selimut itu, sekarang terpampang jelas benda itu dimana pantulan cahaya lampu menerpa ujung kepala kemaluan bapak yang seperti helm itu. Kudekatkan wajahku ke benda itu agar terlihat lebih jelas lagi, perlahan kugenggam, kukocok, kujilati dan kumasukkan ke dalam mulutku. Bapak bergerak perlahan, aku terkejut dan berhenti mengulumnya, tetapi bapak melihat padaku dan menyuruh untuk meneruskan aktivitasku, kembali kuulangi kuluman kemaluan bapak sembari tersenyum, dielusnya rambutku sembari kudengar erangan bapak.

Bapak bergeser sedikit, tangannya meraih pantatku serta menyingkapkan dasterku ke atas, perlahan diusapnya belahan dalam pantatku, dengan tangan kanan kuraih tangan bapak di selangkanganku, ternyata kemaluanku sudah basah kembali. Aku pun kembali terangsang dengan usapan tangan bapak di kemaluanku, sedikit kugoyang pantatku kekiri dan kekanan tanpa melepaskan kulumanku pada kemaluan bapak.

Beberapa saat kemudian, bapak meminta untuk menghentikan aktifitasku, bapak bangkit dari tempat tidur, dan menyuruhku untuk menunggi di tepi tempat tidur. Dari arah belakang, perlahan bapak memasukkan kemaluannya ke dalam lubangku, aku heran, gaya apa lagi yang bapak berikan untukku, kuraih bantal untuk mengganjal kepalaku, sementara dari belakang, bapak memaju-mundurkan pantatnya. Sensasi baru kurasakan, dengan posisi yang belakangan kuketahui bernama doogy style itu, seakan dapat kuatur jepitanku pada kemaluan bapak.

Aku merasa ingin pipis lagi, kugigit bantal sembari mengerang dahsyat, otot-ototku kakiku mengejang sampai ke arah pantat, sedikit kujinjitkan kakiku, kucoba bertahan semampuku, kujambak speri di sampingku. Aku tak tahan lagi, dengan kedutan-kedutan hebat, jebolah pertahananku, aku teriak dan mendesis kugigit bantal sekeras-kerasnya, pantatku berkedut kedut ke atas bawah, aku lemas, aku jatuhkan tubuhku ke atas kasur sembari nafasku haru memburu. Kulihat bapak tersenyum ke arahku, kemaluannya semakin berkilat akibat lendirku tertimpa cahaya dari luar kamar. Kuraih kemaluan bapak, kukocok-kocok sembari aku mengatur nafasku, tangan bapak merengkuh rambutku, diusap-usapnya kepalaku, diciumnya keningku. Setelah nafasku teratur, kuraih kemaluan bapak dan kukulum lagi, tidak berapa lama, bapak mengejang dan mengeluarkan cairan dari kemaluan bapak yang kutelan habis tanpa bersisa.

Bapak kemudian pergi mandi, sementara aku kembali kekesibukanku hari ini yaitu memasak. Pukul delapan pagi, kulihat bapak selesai mandi dan bersiap untuk menghadiri acara komplek. Setelah berpamitan padaku, aku meneruskan memasak, hari ini kubuatkan masakan spesial untuk bapak, semua bahan telah tersedia di dalam kulkas yang kubeli hari Jumat kemarin di pasar.

Pukul 12 siang, bapak kembali dari acara di komplek, aku sedang menonton acara TV setelah selesai masak, kemudian bapak menyuruh membuatkan es teh manis untuknya, aku bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan bapak. Di saat aku sibuk mengaduk gula, tiba-tiba dari arah belakang bapak memelukku, aku tersentak karena melihat bapak tidak mengenakan pakaian selembar pun. Tanpa bicara, dicumbuinya diriku dari belakang,

aku menggelinjang kegelian, diusapnya leherku dengan lidah bapak sampai ke telingaku dan digigit-gigitnya daun kupingku. Aku tersentak kegelian, tanganku menyenggol teh yang sedang kubuat, gelas jatuh dan air di dalamnya tumpah membasahi dasterku. Tanpa memeperhatikan peristiwa itu, bapak melahap mulutku dengan ciuman-ciuman ganasnya, aku terpengarah tidak siap, sedikit kehabisan nafas melayani ciuman bapak. Dengan tidak melepas ciumannya, tangan bapak mencopot dasterku, kemudian dengan terburu-buru, dilepasnya beha dan celana dalamku, aku hanya pasrah menghadapi kelakuan bapak.

Sedikit membopong, didudukannya aku di atas meja makan, kemudian bapak melebarkan selangkanganku serta menjilati kemaluanku. Dengan berpegang pada tepi meja, aku menggelinjang keenakan, kurasakan sapuan-sapuan lidah bapak dikemaluanku sebagai sensasi yang tiada duanya. Mungkin karena sebentar lagi aku merasa akan datang bulan, sehingga nafsu yang ada dalam diriku sedang dalam puncak-puncaknya. Aku pipis lagi, kujambak rambut bapak dengan tidak sungkan lagi, kutekan kepala bapak ke dalam kemaluanku, kurasakan lidah bapak menembus di dalam lobangku, aku menjerit tertahan, meledaklah kenikmatanku, bapak menyedot habis semua lendir nikmatku sampai tuntas serta menjilati rambut lebatku.

Dengan menahan posisiku, bapak berdiri dan memasukkan kemaluannya ke dalam lobangku, perlahan tapi pasti kemaluan bapak masuk. Aku membisikkan sesuatu ke bapak, aku mengatakan bila ingin merasakan semprotan cairan bapak di dalam rongga kemaluanku, bapak menanyakan apakah aku subur atau tidak, aku jawab bila dalam dua atau tiga hari ke depan akan datang bulan. Setelah bapak mendengar pengakuanku, dia tersenyum dan semakin bersemangat untuk menusukan kemaluannya di lobangku.

Ternyata bapak lama juga mengalami puncak, kebalikannya dalam diriku, aku merasakan suatu kedutan nikmat lagi dan berasa ingin pipis kembali. Aku peluk bapak, kucium bibirnya, sementara kedua kakiku menjepit pinggang bapak. Dengan berpangku pada tepi meja makan, bapak bertambah kencang volume memaju — mundurkan kemaluannya di dalam lobangku. Aku terpekik, aku menjerit, aku mendekap erat-erat tubuh bapak, kurasakan ledakan kembali menyerang dalam lubang kenikmatanku.

Sementara bapak kulihat semakin cepat dan berkata bila kita berdua akan mencapai puncak secara bersama-sama. Tapi aku sudah tidak tahan lagi, aku mengerang… mengejang… kugigit bibir bapak, ternyata demikian pula dengan bapak. Kami berdua mencapai puncak tinggi bersamaan, kurasakan cairan hangat bapak dan cairanku menyatu di dalam lubang kemaluanku. Aku berkedut, bapak berkedut, kami semakin erat berpelukan, peluh membanjiri seluruh tubuh, jepitan kakiku di pinggang bapak, diimbangi pelukan tangan bapak di tubuhku, kami berdua sesak, kami berdua klimaks, kami berdua memejamkan mata sesaat tidak peduli dengan sekitar.

Sampai pada suatu ketika, ibu mengunjungi orang tuanya di lain propinsi, ibu berangkat dengan anaknya menggunakan kereta Api sementara bapak tidak ikut karena tidak dapat cuti. Ibu pergi sekitar lima hari.

Pagi hari sesuai dengan tugasku sehari-hari, aku mengepel ruangan, sengaja kulepas bh dan celana dalamku, aku hanya mengenakan daster saja tanpa dalaman. Kulihat kamar majikanku masih tertutup pintunya, kuketuk pintu dengan maksud ingin mengepel kamar majikanku, kemudian bapak membukakan pintu, aku masuk dan langsung mengepel, sementara bapak masuk kekamar mandi yang terletak juga di lama kamar majikanku. Sengaja agak berlama-lama mengepel dengan maksud memancing reaksi bapak, kutarik dasterku lebih agak ke atas, sehingga kedua pahaku terlihat jelas.

Pancinganku mengena, bapak keluar dari dalam kamar mandi dan mengomentariku bahwa pahaku tampak putih mulus, kubalikkan badan sengaja menghadap ke arah bapak, dengan posisiku mengepel akan terlihat jelas kedua payudaraku yang tak tertutup beha. Bapak tersenyum menghampiriku dan berkata bila aku sengaja memancing dirinya, kubalas senyuman bapak dengan berkata memang aku sengaja, karena aku ingin disetubuhi bapak lagi. Kulihat bapak menurunkan sarungnya, yang ternyata juga tidak mengenakan celana dalam, terlihat kemaluan bapak sudah berdiri tegang. Setelah pamit untuk mencuci tanganku, kuhampiri bapak, aku elus kemaluan itu, bapak duduk ditepi tempat tidur, sementara aku jongok di antara kedua paha bapak, perlahan tapi pasti, kemaluan bapak aku cium dan kumasukkan kedalam mulutku. Terdengar desisan bapak, sementara tangan kiriku menyentuh kemaluanku, ternyata sudah basah, terus kuelus perlahan kemaluanku.

Bapak merengkuh bahuku, menarik supaya aku berdiri, dan memposisikan aku jongkok di atas kemaluan bapak. Dengan perlahan kuturunkan pantatku dan dibantu dengan tangan bapak untuk mengarahkan kemaluannya menuju lobang kemaluanku, pertama agak susah untuk masukkan kemaluan bapak, kucoba memasukkannya sedikit demi sedikit. Setelah posisi dan kedalaman kemaluan bapak sudah pas, mulailah kuturun-naikan pantatku, tangan bapak tidak tinggal diam, diarihnya dasterku untuk dilepas, kemudian diremas remaslah kedua payudaraku.

Lama-kelamaan aku merasakan sengatan yang luar biasa, kupercepat goyanganku, kugesek-gesek kemaluanku, dan tak lama kemudian aku tak sanggup lagi menahan kebelet pipisku, kupeluk bapak dengan posisi masih tertancap kemaluan bapak, jebolah pertahananku, aku kebanjiran lagi. Kami bertukar posisi, aku sekarang di bawah, ditepi ranjang, sedang bapak berdiri di sisi ranjang, Sebelum bapak memasukkan kemaluannya dia bertanya kapan aku mens, kujawab kira-kira lima hari lagi aku mens. Setelah tahu jawabanku, bapak segera mengangkat kedua kakiku dan perlahan memasukkan kemaluannya kedalam kemaluanku, digoyangkannya pantat bapak maju-mundur, sensasi kemasukan kemaluan bapak di dalam kemaluanku terulang lagi, aku merasa terangsang lagi, kubantu dengan menggoyangkan pantatku. Aku klimaks lagi, tetapi bapak mengajak untuk bersama-sama karena beliau juga sudah hampir. setelah beberapa saat kutahan, akhirnya jebol lagi pertahananku. Kulihat hampir bersamaan pertahanan bapak juga jebol, akhirnya kami dapat mencapai klimaks secara bersamaan. Lama posisi kemaluan bapak tertancap dalam kemaluanku, akupun tidak dapat berbuat apa-apa karena nikmat, setelah beberapa saat kami terdiam, baru dicabutlah kemaluan bapak.

Kami berdua mandi bersama layaknya suami istri, aku bilang kepada bapak bila aku sayang kepadanya, dijawab dengan senyuman bapak. Setiap hari semenjak kepergian ibu, kami selalu memadu kasih, tetapi jelas setelah bapak kembali dari kantor. Kadang di kamarku, di kamar bapak, di dapur, di ruang belakang, bahkan pernah di garasi dan di dalam mobil. Hatiku senang, tentram, hingga ibu pulang dari luar kota.

Hingga suatu malam aku tidak dapat tidur, udara sangat panas sehingga membuatku kegerahan, kucopot beha dan celana dalamku, hingga hanya memakai daster saja, kondisi seperti ini membuat aku menjadi terangsang. Kugosok-gosok kemaluanku dan kuraba-raba payudaraku sambil membayangkan kejadian-kejadian yang kulalui bersama majikan laki-lakiku.

Tiba-tiba aku mendengar suara desahan dari kamar tidur majikanku, aku keluar dan jongkok di bawah jendela mendengarkan desahan-desahan nikmat kedua majikanku, letak kamar majikanku tidak jauh dar kamarku, hanya dibatasi oleh gudang. Aku terdiam mendengarkan kegiatan di dalam kamar majikanku, kutaksir posisi ibu di atas tubuh bapak. Suara-suara itu membuat tegang seluruh tubuhku, kuraba selangkanganku dengan tangan kanan, sementara tangan kiriku meremas payudaraku. Aku terhanyut, mataku terpejam membayangkan kenikmatan itu, tanpa terasa gosokan tangan kanan di kemaluanku semakin cepat, dan jari tengahku sudah masuk kedalam kehangatan kemaluanku, terasa melayang diriku. Tak lama datanglah klimaks, posisiku sudah selonjor kenikmatan, sementara suara-suara di dalam kamar juga tambah seru, tak lama kudengar bapak dan ibu telah mencapai klimaks, kemudian hening.

Aku terhuyung kembali ke kamarku dan berbaring di tempat tidurku, nafasku masih tersenggal, sisa-sisa kenikmatan masih terasa, aku melap kemaluanku dengan celana dalamku. Setelah nafasku teratur, kurasakan hatiku sakit, cemburukah aku. Dadaku bergejolak, seakan tidak rela bila kedua majikanku bersetubuh. Perasaan ini tidak boleh jawab hati kecilku, tetapi perasaanku tidak dapat dibohongi. Aku telah jatuh cinta kepada bapak majikanku. Pikiranku bergejolak, antara logika dengan perasaan, yang aku rasa tidak akan mencapai titik temu, bagaimanakah ini?

Akhirnya kuputuskan untuk keluar dari pekerjaanku, semula ibu menahan dengan menjanjikan gajiku dinaikkan, tetapi aku menolak, kukatakan bahwa aku akan mencari pengalaman di tempat lain. Malamnya bapak mengintrogasiku, menanyakan kenapa aku pindah dari keluarga itu. Aku bilang bila aku mulai menyukai dan mencintai bapak serta tidak rela bila bapak berdua sama ibu. Bapak sendiri tidak dapat berbuat apa-apa. Kemudian ia mencium pipiku lama sekali, tak terasa menetes air mataku.

Besoknya aku pergi dari rumah itu, bapak memberiku uang tujuh kali gajiku, untuk modal katanya yang pasti tanpa sepengetahuan ibu. Sebetulnya berat hatiku meninggalkan keluarga ini, tetapi hati kecilku memberontak, terhadap orang yang aku sayangi. Keputusanku sudah bulat, mungkin nanti suatu saat aku mendapatkan jodoh yang juga menyayangiku seperti bapak.

Categories
Random

Cerita Dewasa Nikmatnya Mama Tiri dan Kakak Tiriku

Cerita Dewasa Nikmatnya Mama Tiri dan Kakak Tiriku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Perkenalkan Namaku Riz, Aku tinggal di kota Pekanbaru berbasis disumatera, kisah hidupku ini sangat hancur dimana pada saat aku umur 5 tahun Mama Dan Papaku sudah bercerai, aku tak tahu apa yang mereka pikirkan untuk mengakhiri hubungan mereka yang jelas mereka tidak saling mencitai lagi. Mungkin Karena Papa Sering Mengutamakan Bisnisnya yang dimana Bisnis itu Mempunyai keuntungan besar. Kebetulan aku ikut papaku, aku ke tempat mama pada waktu libur sekolah saja dikarenakan aku sekolah di lingkungan sekitar.

Dua tahun kemudian pada saat umurku 7 tahun papa menikah dengan seorang Janda muda yang terpaut lima tahun dari papaku, papa usia 36 tahun. Namanya Dwi Dia cukup cantik Kulitnya Putih mulus, Langsing, payudaranya 36B kenceng, dan suka Sex, Wajahnya seperti artis fitri karlina, Dan tak hanya itu dia pun membawa anak Yang umurnya beda 5 denganku Sebut saja Mbak Karin. Dia gak kalah cantik dengan Ibunya Kulitnya sawo matang (mirip ayahnya terdahulu), Cantik, Buah dadanya Masih kecil seumuran anak SMP kelas 3. Mirip sama Binca Riiza manisnya.

Papa Memang Sudah lama Memperkenalkan Mereka kepadaku Namun Baru umur 7 tahun inilah aku merestuinya, bagaimana tidak, diusia seperti itu aku memang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu, walaupun aku takut jika suatu saat nasibku sama seperti bawang putih. dua tahun setelah menikah Mama Dwi memang sangat baik orangnya, dia suka anak kecil dia tidak membanding-bandingkan ku dengan Mbak Karin, Begitupun Mbak karin Juga sangat menyayangiku..

Pada Saat Ulang Tahunku Yang Ke 10th ayah memberiku sebuah Sepeda Untuk belajar mandiri, pada saat itu juga ayah Berpamitan pada aku mama dwi dan mbak kari, kalau dia akan pergi ke Bandar seri begawan untuk menemui rekan bisnisnya.

Singkat cerita. Dua hari setelah papa pergi, Mama sedang mberbaring di sofa depan sambil membaca koran Lypstik. aku bilang dengan mama Dwi

“mah, adik kan ultah, mama gak ngasih kado apa ?”,

“adik mau kado apa” jawabnya dengan lembut.

“yang jelas aku mau yang enak dan gak pernah bisa dilupan” pada saat itu aku berharap mama mengajakku makan.

“jadi kamu mau yg enak-enak ya ? ikut mama yuk sayang ?” aku pun girang

“kemana mah ? restoran ya”, tanpa menjawab mama mengajakku kekamarnya,

“kamu tunggu disini dulu ya, jangan lupa Kamu harus Buka semua pakaian mu Sekarang Riz, mama mau manggil mbak karin Dikamarnya” sungguh aku tidak mengerti apa yg dimaksudkan mama.

Lima menit dia balik lagi membawa kak karin yg saat itu baru habis mandi,rambutnya masih basah setengah kering, dia hanya memakai miniset Hitam dan perutnya dibalut handuk,

“Nih mbak, adikmu Mau yang enak” nih kamu kasih dia sesuatu”.

“baik ma…”.kemudian mama pergi mandi.Pada saat posisiku duduk dipinggir kursi dan teanjang Dia langsung menyuruhku rebahah, Mbak karin langsung menciumi bibirku dgn lembut kemudian ke Dadaku Dan Perutku, aku kegelian dan hanya bisa pasrah menahan Nikmat yg terdalam,

“Dik, kontolmu Masih Kecil, Mau mbak besarin ?” kemudian aku mulai mengerti

“mmaau mbaak.” Lalu Dengan Cepat dia Menjilat, mengulum Kontolku, 5 menitan dia melakukan itu aku merasakan ada yang ingin keluar,

”mbak aku mau kencing udahan dulu”..

“kencing dimulut mbak aja dik Gak papa kok”, Dannn Crooott Ccrooot Ccccrooot.

Cairan putih kental menyembur ke mulut mbak tiriku, dia tertawa melihatku kejang” dan lemas !.

“Udah enak belum”..

“enak mbak,”..

“mau yang lebih enak?”..

“iya” jabwabku singkatt,

Kemudian dia berbaring dan Menanggalkan Semua yg ada dibadanya, dia suruh aku menindihnya kemudian Kontolku Dituntunnya Masuk Ke Vaginanya. Dengan 1kali hentakan, kontolku langsung tenggelam ke vaginanya,

“dia menyuruhku Memaju mundurkan pantatku. Yang keluar dari mulutnya

“ahhh,…. Ahh.. ahhhhhhhh… terus riz… teruuuuuusss… ahhhh….. Nikmat… bangettt…. Adik pintar..” dengan sangat bangga mendengarkata” itu lalu ku percepat gerakaya…

“ahhhhh ahhhhhh dikkkkkkk Riiiiiiiiiizzzzzzzzzzzzzzz Nikmaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattt Goyanggggggggg….” Lalu Dia Kejang” dan Lemas tak berdaya bisa dikatakan Orgasme.

Tak lama kemudian aku pun mau kencing kembali

” mbakkkk aku mau kencinngggg….”

“cabuttt dik,,… Cabuttttttt. Ahhhhhhhhhh.” Aku tidak menhirukannya karena pada saat itu sedang nikmat”nya kemudian

“Croooooootttt. Croooottt.” Aku menghentikan gerakanku,.

“kok didalem dek ??? dia terkejut”,

“ini enak kak”..

“yah Sudahlah” jawabnya sangat lemas.. aku berbaring disampingnya Kemudian Mama Dwi pun Datang,

“adikmu sudah puas?”..

”sudah ma, Adik Ngecrot didalem”jawabnya.. “ mama lalu tertwa.

Kemudian mama Menanggalkan Daster orangenya dan lansunng Tenkurap, Wajahnya didepan wajahku, dadanya menindih perutku.

“Kamu Sudah Dapat yang enak Riz,”..

“Iya ma, itu tadi apa ya”,

“Itu namanya Ngentot Sayang. Mau gak Riz yang lebih enak”..

”mau mah” kemudian Mama menyuruhku Menjilati Payudaranya yang besar itu.

Aku menjilat putingya, kemudian ku kenyot layaknya seorang bayi yang menetek, mamaku merem melek, tak lama kemudian mama menghentikan Aksiku, dia Duduk Di Kepala Ranjang Dengan Paha yang mengangkang, Jembutnya sangat tipis Dan vagina yang Merah Jambu kecoklahatan, Aku disuruhnya Menjilat memeknya

“Sanyang, Puasin Mama juga yahh,,”. Awalnya aku Sedikit Jijik. Tapi setelah aku Cium Perlahan ternyata baunya wangi, Lalu aku jilat, kenyot, dan aku memencet Klitoris mama.

Sekirtar 7 menitan mama mengejang dan

“ahhhhhh….. Rizzzzz……… Mama Orgasme Sayaaaaaaaaaaanggg”. Ada Cairan Putih Bening yang keluar cukup banyak, tanpa aku Sadari aku menjilatnya dan menelanya sampai habis.

Rasanya asin sedikit gurih.. mama lemas dan bilang

“mama udah puas nak, Kamu Masukin Kontolmu ke Sini ya” sambil menunjuk vaginanya.

Tanpa pikir panjang aku langsung memasukkannya dan Sleebb. Kemudian aku melakukan apa yang aku lakukan pada mbak karin tadi. Dari mulai perlahan hingga ku percepat genjotannku. Mama mendesah saat aku mengulang genjotanku

Baca Juga : Cerita Dewasa Nafsu yang Sudah Lama Terpendam Terhadap Tante Dewi

“ ahhhh ahhhhh ahhhhhaaahhhh, kamu pintar nak… Mama milik mau sayanggg… Ahkkkkkkkkkkkk” .. Kemudian Tanpa diduga kak karin Tertidur sdisamping kami, dan tak mengiraukan permainan kami.

10 menitan Aku kembali ingin kencing…

“ mama aku pingin kencinggggggg… geli maaaaaa ahhhhhh.”

“ kencing aja sayanggggggggg.. kita barengan yahhhh akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Kemudian Crootttttttt crottttt crottttt< banyak sekali cairan yang keluar membanjiri Vagina mama. “ mama tersenyum Dan menundukkan kepalaku,

“ Enak kan, Mulai sekarang kalo kamu mau seperti ini Langsung bilang ya, Tapi jangan kasih tau sama papa, kalo kamu kasih tau mama gak akan ngasih yang enak” lagi, mengerti Sayang “.

“iya ma, mama hebat,mama bisa ngasih yang enak”. aku janji gak akan ngasih tau papa.

Mama tersenyum Lalu tertidur, aku pun sangat lemas dan tertidur ditengah” merekan sambil memegang Payudara kakak dan mama… semenjak ayah sering pergi” kami sering melakukannya bertiga, mabk karin sekarang telah menikah dan dikarunia 3 orang anak 1nya dari sperma ku, kemudian mamapun hamil Itupun dari spermaku, papa sama sekali tidak curiga karena dia memang setiap pulang tujuan utama nya melepas sperma…

Categories
Random

Cerita Dewasa Diajarin Seks Sama Istri Kakak

Cerita Dewasa Diajarin Seks Sama Istri Kakak – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

berawal ketika kakakku yang paling besar yang biasanya di panggil Mas Heri. Semenjak memasuki SMP, dia memang dikenal sebagai playboy. Banyak wanita yang mudah Mas Heri pikat. Kelakuannya bahkan sering memusingkan kedua orang tuaku. Dulunya, Bapakku bekerja di sebuah pabrik tekstil. Tapi karena faktor kesehatan, Bapakku memilik untuk pensiun dini lalu membuka warung kecil-kecilan di depan rumah. Sedangkan Ibuku seorang PNS. Usiaku dengan Mas Heri terpaut sekitar 13 tahun. Kata Ibu, kehamilanku justru tidak disengaja, tapi beliau menerimanya dengan gembira.

Saat lulus SMA, Mas Heri mengambil program kuliah D3. Tapi kuliahnya baru berjalan kira-kira tiga bulan, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena telah menghamili anak gadis orang. Padahal waktu itu usia Mas Heri baru sekitar 18 tahun. Orangtuaku saat itu sangat terpukul, apalagi diketahui kehamilan wanita itu telah memasuki bulan keenam. Akhirnya mereka dinikahkan secara diam-diam. Pernikahan mereka tidak berjalan lama, saat bayinya lahir dan baru berusia sekitar lima bulan, mereka berpisah.

Sejak berpisah dengan istrinya yang pertama, Mas Heri sering sekali membawa wanita ke rumah. Kira-kira dua tahun kemudian, Mas Heri kembali memutuskan menikahi seorang wanita yang usianya terpaut dua tahun lebih tua darinya. Waktu itu Mas Heri baru diterima bekerja di pabrik bekas Bapakku dulu bekerja. Orang tuaku tidak bisa berbuat apa-apa, karena wanita yang dinikahi Mas Heri pun bekerja di sebuah bank. Pernikahan baru berjalan enam bulan, tetapi istri Mas Heri sudah melahirkan.

Awalnya kakakku yang kedua perempuan bernama Mbak Dewi itu kadang suka mengasuh anak Mas Heri. Tapi semenjak dia menikah dan diboyong suaminya, akhirnya mereka menyuruh tetangga untuk mengasuh. Belum setahun usia bayi, istri Mas Heri yang kedua itu sudah hamil lagi dan akhirnya dikaruniai anak kembali.

Tapi kembali, pernikahan Mas Heri dilanda masalah. Kebiasaan buruk Mas Heri yang suka main perempuan dan seringnya dia bekerja keluar kota membuat istrinya tidak tahan dan akhirnya mereka memutuskan berpisah. Belum setahun perceraian, kuketahui mantan istri Mas Heri sudah menikah lagi dengan teman sekantornya. Anak-anaknya yang masih kecil itu dibawah oleh mantan istri Mas Heri.

Setelah itu Mas Heri kembali suka membawa wanita ke rumah. Warung Bapakku yang sudah tutup semenjak Mbak Dewi menikah dan seringnya dia hanya bisa berbaring di kamar serta Ibuku yang bekerja membuat Mas Heri leluasa membawa wanita, apalagi di siang hari. Sesekali aku suka memergoki Mas Heri berduaan di kamar belakang dengan wanita, tapi sepertinya Mas Heri suka tidak acuh. Malahan dia suka memberiku uang tutup mulut dan aku pun menerimanya dengan senang hati.

Ya, aku memang termasuk anak yang polos dulunya. Pergaulanku sendiri hanya sebatas teman-teman sekolah. Di rumah, aku jarang sekali main karena Ibuku selalu menyuruhku menjaga Bapak. Kadang aku merasa iri dengan Mas Heri yang sepertinya bebas kemanapun dia mau. Akhirnya saat usiaku 13 tahun, waktu itu aku baru masuk SMP, kembali Mas Heri menikahi seorang wanita, tapi kali ini wanita itu berjilbab.

Pernikahan siri dilakukan Mas Heri, berdasarkan kesepakatan keluarga. Wanita yang sebaya dengan Mas Heri itu bernama Mbak Nuri, bekerja sebagai pelayan di sebuah toko baju. Kesehariannya sangat ramah, cara berpakaiannya pun sangat rapi dan sopan dengan terusan baju panjang dan jilbab lebar selalu membingkai tubuhnya yang menurutku agak sedikit berisi. Tapi menurut teman-teman Ibuku, bahkan sebagaian teman sekolahku yang kadang datang mengatakan bahwa kakak iparku itu seksi.

Meski rumah kami agak jauh dari tetangga lain, tetapi Mbak Nuri yang dinikahi Mas Heri itu sesekali suka mendapat pujian dari tetanggaku, terutama dari para lelaki muda. Malah ada teman sekampungku yang bilang, andai dia jadi adik iparnya, pasti tiap hari akan mencoba mengintip kalau dia mandi, begitu candanya kepadaku. Aku sendiri sama sekali tidak menggubrisnya, tapi memang setahun pertama pernikahan, Mas Heri sepertinya betah di rumah. Pulang kerja pun tidak pernah telat.

Ibuku sendiri merasa senang, meski Mbak Nuri bekerja, tapi dia selalu membantu menyiapkan makanan, bahkan membersihkan rumah. Jika Mbak Nuri masuk pagi, biasanya baru sore harinya dia mencuci baju suaminya, bahkan kadang bajuku pun dia cuci. Jika dia kerja siang, paginya selain mencuci, dia juga membantu menyiapkan makanan. Hal itu membuat Ibuku senang, kehadiran Mbak Nuri sungguh memperingan kerja rumah tangga Ibuku.

Aku sendiri biasanya membantunya menimbakan air jika dia hendak mencuci, Ibuku yang menyuruhku agar Mbak Nuri ngak kecapekan. Lama-lama aku dan Mbak Nuri jadi semakin akrab. artikelbokep.com Dia malah sring menyuruhku makan jika dia membuatkan sesuatu. Katanya supaya tubuhku gagah seperti Mas Heri, tidak kurus seperti sekarang. Ya, tubuhku memang agak kurus, apalagi tinggi badanku yang lumayan membuat aku kelihatan agak ringkih. Tapi aku sendiri tidak begitu peduli, lagian aku tidak kurus-kurus amat. Selain itu, tidak jarang Mbak Nuri memberiku uang jajan.

Awalnya kami berpikir Mas Heri sudah berubah dengan kehadiran Mbak Nuri yang membuat dia betah dirumah dan menyenangkan hati Ibuku. Bahkan jika kebetulan Mbak Nuri libur, Mas Heri sering datang siang hari, dan bercanda gurau di kamar dengan Mbak Nuri. Tingkah Mbak Nuri pun suka aneh, biasanya jika mereka berdua kulihat cara bicara Mbak Nuri suka berbeda atau menjadi sedikit genit. Berbeda jika ada Ibuku.

Tapi ternyata waktu berkata lain, setahun lebih pernikahan mereka kesibukan Mas Heri menjadikan dia kadang jarang ada di rumah. Semenjak mendapat tugas pengawas pemasaran, Mas Heri jadi makin sering keluar kota. Meski tidak menganggu keharmonisan mereka, tapi kadang hal itu membuat Mbak Nuri jadi sering melamun sendiri.

Awalnya tidak begitu kelihatan, maklum jika di depan semua orang sepertinya tidak ada apa-apa. Tapi jika dia sendirian, tidak jarang aku memergokinya sedang melamun. Bahkan sesekali sering aku mendengar keluhannya, walau awalnya aku tidak mengerti saat dia sedang berdua dengan Mas Heri. “Mas, jangan capek terus dong,” katanya. Dan ditanggapi Mas Heri dengan lenguhan lesu. Semenjak itu, Mbak Nuri seperti mencari kesibukan juga. Dia kadang mengambil kerja lembur.

Dan kemudian, siang itu, awal dari makin dekatnya hubunganku dengan Mbak Nuri. Siang itu hari begitu panas, aku sebenarnya baru pulang dari sekolah dan sedang makan. Tapi karena udara panas, aku memutuskan untuk mandi. Aku lihat bak mandi kosong, akhirnya aku yang sudah tidak berpakaian itu langsung menimba air. Sedang asyik menimba, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Aku sendiri tidak begitu kaget saat kemudian Mbak Nuri nongol dan tersenyum.

“Maaf, kirain ngak ada orang,” katanya.

Aku tidak merasa malu dan biasa saja, bahkan saat Mbak Nuri terus memandang batang kontolku.

“Mbak mau apa?” kataku sambil kemudian aku perlahan mengambil handuk yang mengantung tidak jauh dariku dan melilitkannya ke pinggang.

“Mbak mau pipis!” katanya.

“Ya sudah Mbak duluan aja,” kataku. Aku kemudian keluar.

Setelah itu, tidak ada hal yang luar biasa, hanya kulihat Mbak Nuri selalu tersenyum ke arahku, “Mbak kok pulang cepat?” kataku.

“Iya, minta ijin, ngak enak badan,” katanya.

Setelah itu aku langsung masuk kamar, mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bahkan ketika Ibu pulang, aku masih asyik di kamar. Besoknya saat pulang kerja, Mbak Nuri mengetuk pintu kamarku, “Mbak bawah martabak nih,” katanya.

Aku langsung keluar, dan kulihat jam tiga sore Mbak Nuri membawa martabak ke kamar depan, “Biasa Bapak lagi baca di kasurnya,” kata Mbak Nuri tanpa ditanya. “Dari kemarin panas aja ya?” tambahnya lagi.

“Iya Mbak, padahal tadi aku sudah mandi, tapi tetap keringatan,” kataku.

“Jadi tadi nimbanya bugil lagi?” kata Mbak Nuri. Aku hanya nyengir, “Kamu ngak malu ya kepergok Mbak?” tanyanya lagi.

“Ngak sadar Mbak. Tapi ngak apa-apa, Mbak kan bukan orang lain,” katkau polos.

Tiba-tiba tangan Mbak Nuri mengusap-usap pundakku. “Mbak juga mau mandi, baknya penuh ngak?” katanya.

“Tadi sih masih setengah. Ngak apa-apa nanti aku isi,” jawabku sambil makan martabak.

“Ya sudah, makan dulu aja,” katanya kemudian dia masuk ke kamarnya. Tidak lama dia keluar, saat itu kulihat dia berpakaian daster dengan belahan sangat rendah. Bisa kulihat tonjolan payudaranya yang besar dan montok. Di tangannya ada handuk, BH, jilbab dan celana dalam. Dia kemudian duduk di sampingku.

“Duh, panas ya?” katanya sambil mengipas-ngipaskan tangan.

Ini baru pertama kalinya aku melihat dia berpakaian seperti itu. Biasanya dia memakai baju panjang dan jilbab yang sangat sopan, tapi semua itu sama sekali tidak mempengaruhiku.

Dasar aku masih sangat polos. Bahkan saat kemudian dia mengajakku bicara dengan sedikit lain dari biasa, agak genit dan banyak usapan mesra di pahaku, aku tetap tidak bereaksi.

Baca juga : Cerita Dewasa Hilangnya Perjakaku di Tempat Pijit

Sejak itu tingkah Mbak Nuri menjadi agak berbeda, terutama jika kami sedang berdua. Tidak jarang dia mengelus kepalaku, bahkan pahaku saat bercanda. Awalnya aku agak risih, tapi kemudian aku acuhkan. Saat itu, aku sama sekali tidak mengerti bahkan ketika dia menanyakan sesuatu yang berbau dewasa, aku menjawabnya dengan polos.

“Kamu punya pacar belum?” katanya.

“Belum Mbak,” jawabku.

“Tapi sudah mimpi kan?” tanyanya lagi.

Aku mengangguk.

“Pertama kali kapan mimpinya?”

“Awal kelas dua kemarin Mbak,” aku menjawab.

“Mimpinya sama siapa hayo, pasti cewek ya?” tanyanya.

“Ngak tahu Mbak. Sudah lupa,” kataku.

“Enak ngak mimpinya?” tanyanya terus.

“Ngak tahu Mbak, lupa. Tahu-tahu sudah basah saja,” kataku.

Ya kadang Mbak Nuri menanyakan hal-hal sensitif, tapi aku merasa biasa saja walau kadang kulihat dia cekikikan sendiri mendengar jawaban polosku. Lama-lama, kulihat Mbak Nuri pun makin tidak malu dihadapanku. Aku jadi sering melihatnya keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk sedada, membiarkan paha mulusnya kemana-mana. Bahkan sepertinya dia sengaja melakukan itu, walau seringnya aku sendiri tidak begitu memperhatikannya.

Dan siang itu, saat dia terus memperhatikanku, aku menganggapnya biasa. “Mbak lihat kamu garuk-garuk kontolmu terus, kenapa, gatal?” tanyanya saat aku hendak ke kamar mandi.

“Iya Mbak, numbuhnya makin banyak,” kataku tanpa sungkan karena dia pernah menyinggungnya. Dan saat itu aku bilang, “Kata temanku cukur saja supaya ngak gatal,” tapi Mbak Nuri bilang, “Jangan, bisa makin gatal.”

“Cuku aja kali ya Mbak?” kataku.

“Ya sudah, tapi biasanya makin gatal. Nanti Mbak beliin bedak,” katanya.

Aku kemudian kencing. Selesai kencing kulihat Mbak Nuri keluar dari kamarnya, “Nih, kalau mau cukuran, pakai ini aja. Tapi jangan bilang-bilang Mas Heri kamu kalau alat cukurnya dipakai buat nyukur bulu kontolmu,” katanya cekikikan.

“Iya Mbak,” aku ikut tersenyum.

“Nanti alatnya bersihin lagi ya, supaya ngak ketahuan kalau habis dipakai,” katanya. Aku hanya mengangguk, “Hati-hati luka, atau mau Mbak yang cukurin?” katanya senyum-senyum.

“Ngak Mbak malu. Biar aku aja nanti,” katkau menolak.

“Ya sudah, cepat sekarang aja, mumpung Mas Heri belum pulang,” kata Mbak Nuri.

Aku kemudian ke kamarku sambil membawa handuk. Duduk di ranjang, mulai kucukur bulu kontolku. Setelah selesai aku kemudian mandi, tapi benar, kurasakan gatalnya tidak hilang, malah semakin terasa.

Dan kulihat, aku tidak bisa mencukur bersih. Saat keluar kamar mandi, kulihat Mbak Nuri sudah ada di dekat pintu. Baju gamisnya sudah berganti dengan daster berbelahan rendah. Jilbabnya juga sudah dia lepas, memperlihatkan rambut lurusnya yang panjang sepunggung.

“Sudah?” tanyanya. Aku hanya mengangguk. “Kok cepat? Masih gatal ngak?” katanya.

“Iya Mbak. Gimana ya Mbak?” kataku.

Tangannya kemudian mengusap pundakku, “Apa kata Mbak, mending didiemin saja,” katanya. “Mau dikurangi ngak supaya ngak gatal amat?” tawarnya. Aku hanya mengangguk, “Tapi janji jangan bilang siapa-siapa, termasuk ibu dan kakakmu,” bisiknya. Aku mengangguk lagi.

“Sini,” dia menarik tanganku, kemudian kami berdiri di balik pintu kamar mandi. “Kamu merem, awas jangan ngelihat!” katanya.

Aku yang waktu itu masih handukan menuruti apa katanya. Tiba-tiba kurasakan tubuhnya merapat ke tubuhku. Satu tangannya kurasakan mulai meraba kontolku dan aku hanya diam saat kemudian kurasakan tanganya masuk ke dalam handukku. Sesaat kemudian kurasakan kontolku menempel pada benda berbulu, “Mbak” kataku mulai tidak tenang.

“Ngak apa-apa, diam saja. Nanti ngak gatel lagi, kamu pasti suka,” katanya.

Perlahan kurasakan ujung kontolku digosok-gosokkan ke benda berbulu itu. Ada rasa geli kurasakan, selain rasa hangat yang mulai menjalar cepat di batang kontolku yang akhirnya membuatnya bangun dan menegang.

“Mbak, geli ah!” kataku parau. Mataku masih tetap merem.

“Ngak apa-apa, bentar lagi juga ngak,” katanya.

Aku tidak berani melihat, walau saat itu sebenarnya aku tidak begitu memejamkan mata. Wajahku ada di pundak Mbak Nuri. Bisa kucium wangi keringat di lehernya dan membuat kontolku makin mengeras serta menegang. Dan saat sudah benar-benar terbangun, kurasakan Mbak Nuri makin menekan kontolku, melewati ruang hangat yang sempit dan lembab.

“Mbak, sudah ah, jangan!” kataku gugup. Dalam hati aku ingin mencegah, tapi kenikmatan yang kurasakan di ujung kontolku membuatku membatalkannya.

“Ngak apa-apa, tenang aja. Nanti gatalnya hilang sendiri,” katanya membujuk.

Sebenarnya rasa gatal sudah tidak kuingat lagi, aku hanya merasakan nikat yang menjalar di sekujur tubuhku, apalagi saat kontolku makin dalam masuk ke lubang hangat itu. Aku makin melayang dan saat itulah tiba-tiba kurasakan pantat Mbak Nuri bergerak pelan, memompa maju-mundur membuat kontolku menggesek lubang sempit itu. Nikmat… Nikmat sekali kurasakan.

“Mbak ngapain?” tanyaku tidak mengerti.

“Ngak apa-apa, tenang aja. Kamu agak turun,” katanya sambil menekan pundakku dan aku sedikit menurunkan kakiku.

Kini posisi kami benar-benar pas. Kontolku masuk sempurna di lubang sempit itu. Rasa geli makin menjalar di sekujur tubuhku saat kontolku menggesek dinding-dinding basah yang melingkupinya. Nikmat yang baru pertama kali kurasakan setelah 13 tahun lahir di dunia ini. Sampai akhirnya aku merasa tidak kuasa.

“Mbak, rasanya aku ada yang mau keluar,” kataku berbisik.

“Keluarin aja,” katanya sambil terus menggerakkan pinggulnya menyetubuhiku.

Dan, “Crooottt….. croooott….. croooottt….” kudekap tubuh montok Mbak Nuri erat-erat saat cairanku membanjir keluar. Rasa nikmat seperti mimpi basah, tapi yang ini lebih enak karena benar-benar nyata.

“Kamu merem terus ya tadi?” tanya Mbak Nuri dan kurasakan kontolku dia lepas dan dilap dengan ujung dasternya. Aku mengangguk, “Sudah,” katanya. Dia meraih handyukku dan menglingkarkannya lagi ke pinggangku. “Gimana, hilang ngak gatalnya?” dia bertanya. Aku hanya mengangguk, “Ingat, jangan bilang siapa-siapa ya?” bisiknya. Aku hanya mengangguk lagi. Entah kenapa, aku kesulitan untuk menanggapi pertanyaannya.

Aku kemudian kembali ke kamarku, saat selesai berpakaian, kulihat Mbak Nuri masih ada di kamar mandi. Aku kemudian makan, saat makan Mbak Nuri yang baru selesai mandi, tersenyum ke arahku. Seperti biasa, dia cuma menutupi tubuh moleknya dengan handuk. Sambil mengunyah, kupandangi pahanya yang putih mulus saat dia berlalu ke kamar. Selesai makan, Mbak Nuri sudah berpakaian rapi dengan baju panjang dan jilbab besar. Dia lalu menghampiriku.

“Masih gatal?” tanyanya ramah.

“Sedikit Mbak,” kataku. “Mbak tadi ngapain sih?” aku bertanya. Entah, saat itu aku tidak tahu mau bicara apa.

“Enak ngak?” bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.

Aku mengangguk, “Mbak masukin kontolku ke anunya Mbak ya?” tebakku tidak percaya.

“Iya, jangan bilang siapa-siapa ya?” dia tersenyum dan aku mengangguk mengiyakan. Siapa juga yang bakal bilang-bilang? Kemudian tangannya meraba boxerku, “Coba lihat,” katanya. Entah kenapa, aku hanya diam saja tidak protes. Mungkin karena teringat rasa nikmat tadi. vidio bokep

“Pantes, kamu nyukurnya ngak rapi,” katanya.

“Iya Mbak. Tapi ngak apa-apa. Nanti bisa dirapiin,” kututup lagi celanaku.

“Mbak mau loh bantu ngerapiin,” dia tertawa genit sebelum berlalu dari ruang makan. Aku hanya diam saja dan segera membawa piring kotorku ke belakang untuk dicuci.

Peristiwa itu terus aku ingat, bahkan sampai Ibu pulang pun aku masih melamunkan kejadian tadi. Dan esoknya aku bahkan ingin cepat-cepat pulang, walau aku tahu Mbak Nuri masih bekerja. Jantungku berdegup kencang ketika jam menunjukkan sekitar pukul dua siang. Aku terus melihat ke jendela, bahkan ketika sosok Mbak Nuri terlihat dari jauh, jantungku makin berdegup tidak karuan. Ketika kudengar pintu depan dibuka, aku malah masuk ke kamarku.

“Kamu sudah makan?” tanyanya saat melintas di depan kamarku. Aku mengangguk pura-pura membaca buku. Dia kemudian berjalan ke belakang entah apa yang ada dipikiranku saat itu, aku akhirnya keluar dan menunggunya di meja makan. Tidak lama kemudian dia muncul.

“Mbak ngak makan?” kataku saat kulihat dia minum dan hendak masuk kamar lagi.

“Tadi sudah makan bakso, masih kenyang.” katanya.

Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, jadi kubiarkan Mbak Nuri masuk ke kamarnya. Aku terus duduk menunggunya keluar, saat itu entah kenapa kurasakan kontolku bergerak dan perlahan-lahan mulai menegang dan mengeras. Saat sudah nganceng maksimal, pintu kamar Mbak Nuri terbuka. Aku melihat ke arahnya dan tersenyum.

“Lagi apa, kok masih di sana?” kata Mbak Nuri curiga. Dia sudah berganti pakaian, tapi masih tetap baju terusan panjang dan jilbab lebar.

“Ngak Mbak.. Ini…” jawabku bingung. “Kenapa kontolku gatal terus ya Mbak?”

Mbak Nuri tersenyum, kemudian menghampiriku. Dia melotot melihat celanaku yang sedikit nimbul. Perlahan dia meraba dan senyumannya menjadi makin lebar. “Mau kayak kemarin ngak?” katanya menggoda dan aku langsung megangguk cepat.

“Di kamar Mbak aja yuk,” dia mengajak. Aku mengangguk lagi, segera kuikuti langkahnya. Sampai dikamar Mbak Nuri menyuruhku berbaring, aku menurut. Perlahan dia menarik celanaku dan tersenyum, “Iihh.. kok sudah bangun sih?” katanya gemas.

“Ngak tahu Mbak,” jawabku malu.

Aku sempat kaget saat kemudian tanpa malu, Mbak Nuri membuka satu persatu pakaiannya, termasuk juga jilbab putih yang dia kenakan. Kulihat payudaranya yang besar dan bulat menggantung indah di depan dadanya. Warnanya putih dan mulus sekali serta ada banyak urat-urat halus kehijauan di sekujur permukaannya. Tapi yang membuatku tidak berkedip adalah tonjolan puting di puncaknya yang berwarna merah kecoklatan. Benda itu tampak mungil dan menggemaskan sekali.

Kemudian kualihkan pandanganku ke kumpulan rambut hitam di bawah pusarnya terlihat cukup lebat dan panjang. Sepasang pahanya juga tampak mulus menggiurkan, ditambah bulatan bokong yang pada dan mengkal Jadilah dia sangat sempurna sekali dimataku. Mbak Nuri kemudian berbaring disampingku.

“Ayo naik, tempelin kontolu di anunya Mbak,” bisiknya di telingaku.

Aku pun naik ke atas tubuhnya lalu kutindih dia dan kupeluk erat. Mbak Nuri membalas dengan merangkul tubuh kurusku tidak kalah eratnya. jantungku bergejolak saat kontolku perlahan menempel di depan lubang memeknya. Mbak Nuri lalu membuka kakinya sekarang sehingga aku bisa melakukannya dengan mudah. Kudiamkan sebentar, kubiarkan alat kelamin kami saling menempel dan menyapa. Saat itu Mbak Nuri menekan-nekan payudaranya di dadaku dan memintaku untuk memegang seta meremasnya.

“Kontolmu besar ya?” bisiknya saat tanganku mulai meraba dan mengelusnya pelan. Kurasakan betapa empuk dan halus permukaannya. Putingnya yang terasa mengganjal di sela-sela jariku, kujepit dan kupilin-pilin ringan. Mbak Nuri tersenyum melihatnya.

“Mbak masukin ya?” kataku sambil mengecup pipinya. Dia mengangguk dan kemudian meraba kontolku. Dengan bantuan tangannya, perlahan kontolku mulai masuk ke ruang hangat dan sempit yang sejak tadi aku inginkan.

“Nah gerakin naik turun,” katanya saat batang kontolku sudah terbenam total di dalam lubang memeknya.

Aku menurut sambil terus meremas-remas bulatan payudaranya, perlahan aku mulai menggerakan pantatku, mengikuti arahan tangannya yang ada di pinggangku. Rasa nikmat menjalar di seluruh tubuhku saat alat kelamin kami saling bertemu dan bergesekan. Ironisnya, nikmat itu kudapatkan dari wanita yang seharusnya menjadi milik kakakku Mas Heri.

Di atas ranjangnya, kudapati kenikmatan yang luar biasa saat kontolku mulai bergerak cepat di atas memek tembem Mbak Nuri. Nikmat yang selalu terbayang di kepalaku ketika aku melihat tubuh mulusnya, sehabis mandi. Mbak Nuri pun seakan tidak mau hanya pasrah menerima sodok-sodokanku, perlahan mulutnya mulai menghisap tetekku, memberi kenikmatan lain yang menjadikanku semakin tidak peduli bahwa aku telah merasakan kenikmatan terlarang dari seorang wanita yang bukan milikku.

“Mbak….. enak Mbak…” kataku lirih.

“Masukin yang dalem!” sahutnya parau. Dan saat aku melakukannya, “Ohh… ya begitu… terus…. oooohhh… terus!” desah Mbak Nuri keenakan.

“Begini ya Mbak?” kataku sambil mencium bibirnya dan melumatnya pelan.

“Iya, kontolmu enak! Terus…. Ooohhh…. ” kata Mbak Nuri gelagapan.

“Mbak… Oohh…. Mbak…. Aaaahh… aaahhh….” akhirnya aku tidak kuasa menahan desakan air maniku.

Sambil menekan batang kontolku dalam-dalam, kubiarkan cairan putih lengket itu keluar di lubang memek kakak iparku. Setelah satu menit, perlahan aku terkulai di atas tubuh mulus Mbak Nuri.

“Mbak… enak mbak,” bisikku pelan.

“Mau lagi?” tanyanya pelan.

“Istirahat dulu Mbak,” kataku sambil mencabut kontolku.

Kuperhatikan lelehan spermaku yang merembes keluar dari celah memek Mbak Nuri. Dia mengelapnya dengan tisu yang ada di atas meja.

“Ambilkan Mbak minum ya? Haus nih,” dia meminta.

Setelah meremas-remas payudaranya sebentar, aku pun keluar menuju dapur. Tubuhku tetap telanjang lalu kubawakan Mbak Nuri segelas air dingin. Dia hanya tersenyum saat menerimanya. Setelah menghabiskan isi gelasnya, dia menghampiriku di tepi ranjang.

“Bentar lagi Ibu pulang,” bisiknya penuh arti.

“Iya Mbak, gimana nih?” kataku. “Aku kan masih pengen,”

Begitulah kisah pengalamanku diajari ngentot oleh kakak iparku. Sampai saat ini aku masih melakukan hubungan badan dengan Mbak Nuri sampai dia mempunyai 2 orang anak dari Mas Heri. Tapi anak keduanya sangat mirip dengan mukaku, apa mungkin itu anakku hasil hubunganku dengan Mbak Nuri? Cuma Mbak Nuri yang tahu.

Categories
Random

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Cewek Mabok

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Cewek Mabok – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

aku sedang Dugem dan bertemu Cewek Mabuk di sebelahku tak berlangsung lama langsung aku sikat. Mari kita simak Cerita ini..Perkenalkan namaku adalah Bruno, umur 29 tahun, tubuhku kekar dan besar serta atletis dan juga hitam, maklum bekas kuli bangunan.

Tetapi beberapa saat lalu temanku menawariku kerja di sebuah diskotik “C” sebagai sekuriti, diskotik “C” sangatlah terkenal dgn cewek-cewek cantik dan tajir di karenakan tempatnya sangat bonafit dan high class jadi pengunjungnya juga ikut-ikut bonafit, harga minumannya pun aku ga sanggup untuk membelinya dgn gaji sebulanku.Tapi aku sangat menikmati kerja di diskotik ini karena kerjanya nyantai, malam hari dan aku juga bisa jelalatan pada cewek-cewek.

Banyak cewek-cewek cantik yang berkeliaran (rasanya ingin menyetubuhi semua cewek-cewek disini).Diskotik ini terdapat 2 pintu masuk, pintu masuk atas dan pintu masuk bawah. Bila pengunjung lewat pintu atas berarti mobil mereka di vallet dan bila pengunjung lewat bawah, mobil mereka diparkir sendiri di basement.

Kita mulai ceritanya…berawal di hari Rabu (Ladies Free)Banyak cewek-cewek pastinya, aku kebetulan bertugas di pintu bawah bersama temanku Rendi. Saat pintu dibuka aku dan Rendi harus memeriksa satu-satu tamu yang masuk, tidak kusia-siakan mataku untuk mencari mangsa, cewek-cewek yang datang sangat cantik-cantik dan berpakaian sexy dan wangi sehingga membangunkan adikku si “Ujang” (ga’ kuat lagi rasanya). Dan acara pun dimulai, tamu-tamu berangsur-angsur habis yang datang.Kami berdua pun bisa bersantai sejenak.Rendi pun membuka perbincangan.“Sob…ghini nich enaknya ngapaian ya?”.

Bruno : “G tau nich, BT jg lama-lama”. JawabkuRendi : “aaaa….Aku ada ide, gimana klu aku minta minuman ke Andri?”.(Andri adalah temanku yang menawari pekerjaan kepadaku sebagai sekuriti, dia bekerja sebagai bartender, terkadang aku mendapatkan minuman gratis dari dia). Bruno : “Ide bagus tuh”.Akhirnya Rendi naik ke atas untuk mengambil minuman.Ga’ lama kemudian Rendi pun datang.Rendi : “Nich sob… kita adakan pesta kecil-kecilan, kebetulan Andri ngasih kita camilan”.Bruno : “Tuch anak baik banget”.Akhirnya kita menikmati pesta kecil kita sambil ketawa-ketawa.Bruno : “Kurang ceweknya nich” Rendi : “Terus…”Bruno : “Y ga’ terus-terus… kurang lengkap aja”Kami pun tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba telpon kantor berdering dan Rendi mengangkatnya, kulihat dia serius menjawab telponnya dan dari situ bisa kutebak pasti telpon dari bos.“Aku ke atas dulu ya, dipanggil sama bos nich” ucap Rendi.Bruno : “OK”Lama juga Rendi pergi, ga’ heran sih…biasanya juga ghitu.

Lama-lama pun aku merasa bosan di dalam kantor sekuriti, aku keluar dan celingukan kearah parkiran mobil, sepi dan gelap. Merinding juga rasanya kalau sendirian, akhirnya aku masuk lagi dan duduk sambil meminum bir ku tadi.Tiba-tiba aku di kagetkan dgn suara lift tamu, keluarlah seorang cewek yang cantik berambut hitam panjang tergerai, kulit berwarna putih memakai baju putih sexy terusan hingga ke paha dan belahan dada yang rendah dan agak sempit di karenakan toket si perempuan sangatlah besar serta pantat dan celana dalam yang tercetak.Dapat kulihat kalau daleman wanita itu berwarna hitam karena baju putihnya sangatlah sedikit menerawang, potur tubuhnya proporsional kaya’ model kelas atas. Jalannya agak sempoyongan, kelihatannya habis dugem nich cewek dan sedikit mabuk dan aku pun berinisiatif untuk membantunya.“Malam mba’, bisa saya bantu?” tanyaku dgn sopan.“Biar saya bantu” tambahku lagi, akupun menolongnya berjalan (wangi banget tubuhnya,seger rasanya)Akupun menuntunnya karena sedang mabuk dan bertanya lagi.

“Mobilnya dmn?”Dia hanya menunjukkan jari telunjuk ke suatu arah dan aku pun bertanya kembali.“Bisa pinjam kunci mobilnya?”Dia pun mencari dan memberikannya kepadaku (maksudku daripada jalan ga’ jelas kan mending menyalakan remote mobilnya), dan akupun melihat lampu mobilnya. Ditengah jalan akupun sedikit kemasukkan setan (ini disebabkan aku dari tadi dapat melihat toketnya).Dan akhirnya akupun mengubah arah menuju gudang penyimpanan barang yang sudah ga’ pernah di pakai lagi, aku membuka pintunya… terdapat sebuah matras besar, sofa besar, meja dll. Barang-barang disini sangat masih bisa dipakai hanya karena bentuknya sudah kurang up to date makanya diskotik ini membuangnya dan menggantinya dgn yang model baru.Aku menggiring cewek ini yang lagi mabuk menuju sofa, setelah dia duduk ku pandangi sekali lagi…(cantik banget, sexy, putih mulus lagi,makin ga’ kuat nich si “Ujang”), aku menggeledah isi tasnya, ada hp, dompet dan alat-alat kecantikan.Akupun membuka isi dompetnya, terdapat banyak uang 100 rb an di dalamnya, kartu ATM dll, akupun melihat KTP-nya, tinggal di daerah elite memang…pantes tajir, kunci mobilnya aja kunci mobil Eropa dan akhirnya aku mengetahui namanya adalah Brenda. Setelah itu kumasukkan semua barang-barangnya kembali.

Aku kembali ke kantor sekuriti untuk mengambil minuman dan kembali ke gudang lagi. Aku duduk di sebelah cewek mabuk itu dan menyodorkan minuman ke dia, awalnya dia si ga’ mau tapi terus ku paksa akhirnya dia terpaksa meminumnya, sambil dia minum langsung dari botol, ku coba untuk mencium lehernya dari samping aku duduk… lehernya wangi banget, wanginya tuch dapat merangsang gairah cowok, sambil ku cium-cium lehernya aku berusaha untuk mulai meraba-raba toketnya.Ternyata lebih besar dari perkiraanku, tanganku sampai ga’ cukup untuk menampung toketnya…aku raba-raba dan kuremas-remas hingga Brenda yg lagi mabuk meringis kesakitan, akupun mencoba mencari puting toketnya, yang bikin ga’ nahan nich belahan baju bagian dadanya yang rendah sehingga toketnya rasanya mau menyembul keluar…kucium-cium belahannya dan ku jilat-jilat (empuk rasanya).

Akupun mempunyai ide, kuambil botol bir dan menuangnya kebelahan dadanya hingga basah semua toketnya dan kujilat-jilat lagi. Kucium kembali lehernya dan aku mulai meraba-raba daerah memeknya, kuraba-raba dan kugesek-gesekan memakai jari tengah, sedikit kutekan kedalam sehingga Brenda yg lagi mabuk bergerak ga’ karuan, akhirnya aku ga’ kuat lagi…aku membuka celana dan celana dalamku si “Ujang” sudah berdiri tegak.Akupun menindihi tubuh Brenda yg lagi mabuk dan melebarkan kedua kakinya, aku mencium kembali leher dan mulutnya dan ku gesek-gesekan si “Ujang” ke celana dalamnya (baru celana dalamnya aja sudah cenut-cenut apalagi klu nanti sudah ke dalamnya), kamipun akhirnya perang lidah dan ga’ ketinggalan akupun meremas-remas toketnya…Brenda yg lagi mabuk pun akhirnya malah bergerak tambah ga’ karuan, aku merasakan daerah celana dalamnya sudah basah, kelihatannya nich cewek sudah horny.Akupun berdiri dari sofa dan memegang kepala Brenda, aku memajukan si “Ujang” untuk dikulumnya…Brenda sempat ga’ mau dan lagi-lagi aku memaksanya, penisku berukuran sangat besar (bisa dikatakan di atas ukuran normal orang Asia), Brenda pun mencoba untuk memasukkan penisku kedalam mulutnya, hanya masuk bagian kepalanya saja, mulut Brenda terlalu mungil, kucoba memaju mundurkan kepalanya (enak sekali rasanya) tidak lupa bagian buahnya penisku.Tanganku pun tidak tinggal diam, tangan kiriku tetap memegangi kepala Brenda dan tangan kananku mencoba menerobos kedalam belahan bajunya, halus dan besar toketnya…kuremas-remas kuat-kuat hingga dia kesakitan lagi, aku coba mencari putingnya…kuputar-putar sambil kutarik-tarik.

30 menitpun berlalu di posisi mengulum, akhirnya kutarik penisku. Aku akhirnya membuka baju Brenda hingga hanya tersisa BH dan celana dalam berwarna hitam, kulihat perutnya yang putih mulus dan rata. Aku pun memindahkan Brenda ke matras, dia berbaring diatasnya… Aku membuka BH-nya (toketnya memang benar-benar besar sekali), kuremas-remas kembali (memang gemas sekali melihatnya), akupun berada di atas perut Brenda dan mendudukinya, aku menaruh penisku diantara toketnya sambil kutarik kepalanya kedepan dan aku menyuruh menjilati ujung penisku, tangan kanan ku mencoba meraba-raba belakang ke celana dalamnya.

Brenda pun mengeluarkan suara-suara aneh dan bergerak ga’ karuan kembali. Setelah puas aku berganti posisi ke posisi 69, kumasukkan penisku kembali ke mulutnya dan aku membuka celana dalamnya dan mulai menjilati memeknya serta menyedotnya (harum banget memeknya orang tajir), aku mencoba menggelitiki memeknya dan itu berhasil membuat memeknya banjir kembali.Sudah ga’ tahan lagi nich… Aku pun mulai menyerang memeknya menggunakan penis ku, perlahan kumasukkan…terasa susah banget, memeknya kecil dan masih seret banget walau sudah ga’ perawan. Baru kumasukkan sedikit Brenda sudah menjerit “Aaaaaaaaargggggggggggggh…sakit”.

Baca juga : Cerita Dewasa Desahan Tante Ida yang Bergairah

Akupun tidak menghiraukan dan tetap berusaha dan akhirnya barangku masuk semua kedalam liang kenikmatannya dgn susah payah dan agak sedikit lama, aku pun memulai memompanya perlahan dan meraih kedua toketnya dan kuremas-remas, aku mendekatkan mukaku kelehernya dan menciumi serta menciumi bibirnya, aku berpindah ke toket…menjilat-jilati putingnya yang berwarna pink dan menggigitnya serta menariknya “Aaaaaaaaawwwww…” jerit Brenda.Aku pun mencepatkan tempo pompaanku, Brenda pun mengimbanginya (dasar pertamanya ga’ mau tapi keenakkan juga), pompaan yang cepat membuat toketnya bergoyang-goyang kemana-mana membuat tambah gemas saja, akupun meremas-remas kedua toketnya. Tiba-tiba aku merasakan cairan hangat, ternyata Brenda sudah mencapai puncak, “Koq sudah keluar?” tanyaku… akupun mempercepat pompaanku dan menyebabkan Brenda tambah berteriak ga’ karuan.

Bosen dgn Man on Top akupun berpindah posisi sekarang Woman on Top, toket Brenda terlihat besar bergelantungan dan bergoyang-goyang saat aku memompanya dgn cepat, aku pun merasa gemas lagi dan aku manarik Brenda kebawah sehingga mukaku sekarang berada diantara kedua toket Brenda, kuciumi,kujilati, kuremas, kupilin-pilin putingnya…Kurubah lagi posisi, sekarang Brenda ku gendong, aku menopang kedua pahanya dari bawah dan Brenda memelukku… enak nich posisi ini, Brenda pun tambah menjerit “aaah… aaah… aaah…sakit… aaah…”, ini di karenakan penisku terasa sekali menyodok memeknya…posisi ini berlangsung 15 menit dan aku merasakan aku sudah akan keluar juga, kutaruh Brenda diatas meja, kupercepat pompaanku dan tidak lupa untuk diam tanganku meremas-remas toketnya dan akhirnya aku pun sampai puncak,“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaarghhhh…” aku dan Brenda pun berteriak bersama, cairanku dan cairannya menyembur liang kenikmatannya sangat banyak sekali dan aku pun mecium bibirnya dan kedua toketnya (enak sekali pertempuran ini, hingga membuatku sangat lemas), aku menggendong Brenda kembali ke matras dan menyuruhnya untuk menjilati sisa spermaku yang ada di penisku hingga habis.Tidak lupa aku mencatat nomer HP-nya dan memfoto tubuhnya yang sedang bugil bersamaku memakai foto dari HP ku dan HP-nya Brenda, dgn tujuan mungkin suatu saat aku bisa memakai tubuhnya lagi dan kami pun tertidur bersama, berpelukkan dalam keadaan bugil hingga pagi.

Tak terasa pagi pun berlalu, aku sudah bangun mendahului Brenda karena aku ada apel pagi sebelum aku pulang kerumah dan Brenda masih di ruangan gudang, ku kunci agar Brenda tidak bisa keluar. Setelah apel pagi bubar aku dikagetkan dgn suara Rendi.“Oi kmn aja sob kemarin, aku cari-cari koq ga’ ada?” tanya Rendi.“Ga’ kemana-mana…keliling-keliling sekitar sini saja ” jawabku lemas gara-gara pertempuran kemarin.Kita pun berpisah, kulihat Rendi sudah pergi pulang mengendarai motornya dan aku kembali ke gudang. Aku masuk dan melihat Brenda belum bangun, aku pun memakaikan baju-bajunya kembali dan menggendongnya ke sofa… tiba-tiba dia terbangun dan berteriak “sapa km?”Akupun menjawab dgn enteng “Cowok kamu”Brenda pun kebingungan “Tempat apa ini? Kotor banget”, “Mau apa kamu?”…”Jangan-jangan kamu mau memperkosa aku?”Akupun memotong pertanyaannya yang super panjang itu “Ga usah di omongin juga kita semalam sudah jadi layaknya suami istri, kamu menikmati permainanku dan aku menikmati tubuhmu”Brenda pun kaget “huh…apa kamu bilang? Ihhh jijik amat dech sama kamu…klu ngomong tuch di atur!!!” (Brenda pun agak mulai marah).“Kalau ga’ percaya ya lihat aja foto-foto di HP mu” celetukku.

Brenda pun mencari Hpnya, belum lihat dari album fotonya dia pun kaget, foto wallpaper Hpnya ku ganti foto kita berdua lagi bugil dan dia pun sibuk mencari foto-foto di album Hpnya dan dia mulai menangis.“Sudah ga’ usah nangis, aku ga’ akan bilang siapa-siapa lagian kamu juga sudah ga’ perawan… jadi apa bedanya” aku pun berbicara seenaknya serasa sudah menang.Brenda pun berdiri dan menuju pintu keluar dan akupun mencegatnya.“Mau kemana?” tanyaku.“Pulang!!!” bentak Brenda.“Aku yang nyetir kamu nanti di sebelahku melayani aku lagi” akupun tertawa didepannya.

“Huh…mau apa lagi?” Brenda pun bingung.“Sudah turuti aja kemauanku atau foto-fotomu yang semalam mau ku sebarin ke orang-orang” ancamku.Akhirnya Brenda menurut kepadaku karena ancaman itu, aku menyetir dan Brenda duduk disebelahku, diperjalanan pulang aku dipuaskan kembali oleh Brenda, aku menyuruhnya mengulum penisku kembali dan tidak lupa aku meremas-remas toketnya yang menggemaskan, cukup lama mengulumnya hingga akhirnya aku keluarin didalam mulutnya. Pertama Brenda sempat berontak saat cairan penisku menyembur ke mulutnya tapi aku menahan kepalanya setelah selesai aku melihat Brenda sempat memuntahkan cairannya di mobilnya, bisa kulihat dia sangat jijik melihatnya. Akhirnya aku sampai di terminal karena aku harus naik bemo menuju kos-kosanku, aku parkirkan mobil di tempat sepi dan aku pamitan sambil menciumi Brenda.“Hati-hati ya sayaang kalau pulang,terima kasih atas kenikmatannya semalam,kapan-kapan lagi ya” akupun tersenyum ke Brenda.

Brenda pun pergi dgn cepatnya dan aku hanya bisa tersenyum puas karena bisa ngewe wanita montok karena dia tela mabuk.

Categories
Random

Cerita Dewasa Fantasi Bercinta Dengan Baby Sister Super Seksi

Cerita Dewasa Fantasi Bercinta Dengan Baby Sister Super Seksi – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Cerita ini melibatkan saya dan saudara saya, nama saya Andy, saya laki-laki berusia 26 tahun sekarang, dan saudara saya Manda, 23 tahun. Cerita ini dimulai ketika saya berusia 10 tahun dan saya mulai menyukai cerita tentang seks.

Pada usia tersebut aqu juga sudah terbiasa melakukan masturbasi. Pada suatu Waktu, aqu melihat berita di sebuah surat kabar tentang hubungan sex antara kakak-beradik. Aqu sudah sudah sering membaca tentang berbagai Kisah sex, tetapi baru kali ini antara sodara sendiri. Ini merupakan Kisah yg sangat menarik. Setiap mengingat Kisah tersebut, aqu menjadi semakin tertarik. Sebab Kisah tersebut, sepertinya dapat diwujudkan.

Pada waktu itu, aqu menempati ruangan tidur yg sama dgn adikku, Manda. Hanya saja menempati ranjang yg berbeda, tapi jaraknya hanya sekitar 2 meter. Suatu malam sekitar pukul 00.30, aqu terbangun sementara tampaknya semua orang di rumah ini sudah tertidur.

Aku lihat Manda juga tertidur pulas. Selimutnya tersingkap sebagian pada bagian paha. Sementara kedua kakinya membentang, sehingga celana dalamnya terlihat. Hal ini membuat aqu menjadi bergairah, apalagi jika mengingat Kisah tentang hubungan sex kakak-beradik.

Perlahan aqu turun dari tempat tidur, dan mendekati ranjang Manda. Aqu ingin memastikan bahwa ia tertidur pulas, dgn menggelitik telapak kakinya. Dan ternyata ia tertidur pulas. Tak tahan lagi, aqu sentuhkan jari-jari aqu ke celana dalam Manda yg menutupi kemaluannya. Semakin lama sentuhan yg aqu berikan semakin keras menekan, dan Manda tetap tertidur.

Merasa kurang puas, aqu mencoba menyentuh langsung kemaluan Manda dgn memasukkan tangan aqu ke dalam celana dalam-nya melalaui bagian perut. Tangan aqu bergetar cukup keras.Aqu tak perduli, dan akhirnya aqu dapat menggapai kemaluan Manda secara langsung. Aqu remas-remas. Dan jari-jari aqu merasakan celah. Sesudah beberapa waktu, merasa kurang puas, aqu keluarkan tangan aqu dan bermaksud membuka celana dalam yg dikenakan Manda. Dgn kedua tangan, perlahan aqu turunkan celana dalam-nya. Waktu sebagian kemaluan mulai terlihat, usaha untuk menurunkan lebih jauh agak sulit.Dgn usaha lebih tekun akhirnya, aqu berhasil menurunkan celana dalam Manda sampai seluruh bagian kemaluan terlihat.

Tak tahan lagi, aqu ciumi kemaluan Manda. Kemudian aqu mencoba mencari lubang yg sering aqu dengar, tempat

melakukan hubungan sex. Aqu pikir ada di bagian depan, ternyata pikiran aqu selama ini salah. ternyata posisi yg sebenarnya ada di bagian bawah. Kembali aqu ciumi dan jilati kemaluan Manda sampai pada bagian lubang. Aqu sudah benar-benar tak tahan lagi. Aqu lepaskan celana aqu, dan perlahan naik ke ranjang Manda. Sementara tangan kanan menahan badan, tangan kiri mengarahkan kemaluan ke lubang kemaluan. Tampaknya tak mungkin. Aqu mencoba memasukkan dari depan, padahal lubang ada di bawah.

Sementara aqu berusaha, tiba-tiba badan Manda bergerak. Sebab takut ketahuan, aqu cepat-cepat bangun dan merapihkan kembali celana dalam Manda. Mengenakan celana aqu dan kembali ke ranjang. Dan kembali tidur.

Pengalaman pada malam tersebut, terkenang selalu. Bahkan pada waktu belajar di sekolah. Membuat aqu selalu menunggu datangnya malam, waktu dimana semua orang tertidur. Selama beberapa malam aqu melakukan usaha serupa, tapi selalu gagal Waktu takut Manda terbangun.

Sampai suatu malam Waktu aqu benar-benar sangat bergairah. Aqu sudah melepaskan celana dalam Manda dan aqu sudah tak mengenakan celana dan baju. Benar-benar bugil. Aqu sudah bulatkan tekad untuk melakukannya malam ini. Perlahan aqu menaiki ranjang Manda. Kedua kaki Manda, aqu rentangkan lebar-lebar. Aqu ciumi kemaluan Manda sepuas hati. Waktu bosan, aqu mulai arahkan kemaluan aqu ke kemaluan Manda. Ternyata tak semudah yg dibaygkan. Sulit sekali mengarahkan kemaluan ke kemaluan.

Waktu kemaluan aqu mulai memasuki kemaluan, aqu semakin terangsang. Apapun yg terjadi aqu harus berhasil malam ini. Aqu dorong kemaluan aqu semakin memasuki kemaluan Manda. Pada suatu waktu terasa agak sulit, tapi aqu terus memaksa. Sampai seluruh kemaluan aqu masuk ke dalam kemaluan Manda.

Semua usaha aqu tersebut, membuat Manda terbangun. Mungkin aqu pikir membuat rasa sakit pada Manda. Ia

bingung dgn apa yg terjadi. Ia merintih dan mulai memprotes apa yg aqu lakukan. Tapi aqu berkata kepada Manda, ‘Sst…, jangan berisik dan dimarahin Bunda. Kalo malam-malam berisik nanti dijewer lho’. Mendengar komentar aqu tersebut, ternyata Manda langsung diam — hanya kadang-kadang merintih menahan sakit.

Aqu terus menggoyg pinggan aqu, mendorong kemaluan masuk dan keluar dari kemaluan Manda. Sebab baru pertama kali, permainan aqu hanya berlangsung tak sampai 2 menit. Aqu istirahat sebentar. Dan Manda pun sebab lelah, juga kembali tertidur. Sesudah beberapa waktu, kemaluan aqu mulai bangkit lagi. Kembali aku peluk Manda, dan aku arahkan kemaluan aqu ke kemaluan Manda. Kembali kemaluan Manda digesek oleh kemaluan aqu. Untuk permainan kedua, aqu bisa bertahan sampai 3 menit — sampai akhirnya aqu kelelahan lagi. Malam itu aqu melakukan sampai 3 kali.

Sesudah itu aqu rapihkan pakaian Manda dan juga pakaian aqu. Dan kembali tidur di ranjang masing-masing.

Sejak malam itu, hampir setiap malam aqu melakukan hubungan sex dgn Manda. Pada awalnya Manda hanya menerima apa yg aqu lakukan, tetapi sesudah setahun tampaknya Manda mulai menyukainya. Sebab Waktu aqu

tertidur, Manda datang ke ranjang aqu dan memegang kemaluan aqu. Selama 4 tahun, aqu menyebadani Manda dgn leluasa. Tapi Waktu ia menginjak 11 tahun, aqu tak bisa leluasa seperti dulu, sebab salah-salah bisa saja dapat mengakibatkan Manda hamil.

Waktu aqu berusia 12 tahun (Manda 9 tahun), kita sering mencari kesempatan selain pada malam hari. Waktu hari libur, dimana papi ke kantor dan Bunda ke pasar. Tapi yg paling kita sukai Waktu hari libur, papi dan Bunda pergi mengunjungi sodara atau ada undangan. Sebab bisa seharian kita memuaskan diri melakukan hubungan sex. Bahkan seharian itu, kita sama-sama tak mengenakan pakaian.

Waktu leluasa, kita melakukan sex di kamar kita (tapi sejak aqu usia 12 tahun, kamar kita terpisah), kamar Bunda-papi, di ruang tamu, ruang keluarga atau bahkan di kebun belakang yg tertutup. Mungkin yg paling menggairahkan adalah Waktu kita bercinta di kebun belakang. Di atas rumput jepang yg hijau rapih. Dgn atap langit, ditiup angin alami. Bahkan kita pernah melakukannya di waktu hujan deras.

Sampai waktu ini kita tetap melakukannya secara kontinyu. Walau kita masing-masing mempunyai pacar, tetapi hubungan kita tetap berlangsung. Jika di rumah tak ada kesempatan kita biasanya melakukannya di sebuah hotel. Rupanya hubungan antara aqu dan Manda, ada orang lain yg mengetahui, yaitu Miska, salah seorang adik aqu. Pada waktu itu aqu berusia 24 tahun, Manda 21 tahun dan Miska 19 tahun.

Kejadiannya Waktu waktu kedua orang tua kita mengunjungi sodara di luar kota selama 3 hari. Di rumah aqu dan kedua adik aqu. Seperti biasa setiap ada kesempatan aqu dan Manda mempunyai keinginan untuk bercinta. Waktu itu Miska hari Sabtu pukul 8.30 dan Miska masih tertidur. Aqu dan Manda saling berpelukan di ruang keluarga. Aqu ciumi buah dadanya, perut dan lehernya secara begantian. Sementara itu tangan aqu melakukan gerilya di balik celana dalam yg dikenakan Manda, menelusuri gunung dan lembah di balik celana dalam.

Baca juga : Cerita Dewasa Mempunyai Istri Pramugari Cantik

Sesudah beberapa lama melakukan pemanasan, aqu mulai melepas daster dan celana dalam yg dikenakan Manda. Ia terlentang dalam posisi tanpa busana. Sementara aqu membuka seluruh pakaian aqu, Manda merentangkan kakinya lebar-lebar dan menggosok-gosok kemaluannya dgn tangannya. Aqu segera peluk Manda dgn penuh gairah, kita saling berpeluk erat dan meraba. Kemaluan, aqu gesek-gesekan pada bagian luar kemaluan Manda. Dada aqu menekan keras pada buah dada. Bibir kita saling memagut, dan lidah kita saling merasakan.

Waktu cukup lelah kita bergulat, aqu mulai arahkan kemaluan aqu yg berukuran 15 cm dan diameter 1,25 inch. Perlahan memasuki liang kemaluan Manda. Tiba-tiba saja kaki Manda melingkar dan menekan di pinggang aqu. Dimulai dgn perlahan, aqu menggerakan kemaluan masuk dan keluar. Bunyi becek yg kita hasilkan membuat aqu menjadi lebih bergairah. Aqu lebih percepat lagi gerakan masuk dan keluar. Hal ini membuat Manda tambah bergairah juga, sehingga ia mendesah dgn suara yg tak bisa dibilang kecil. Kita saling berpelukan, kedua tangan kita masing-masing saling melingkar, menekan punggung. Kaki Manda melingkar di pinggang aqu. Sementara aqu mengambil posisi bertumpu pada lutut yg menekuk. Setiap hentakan pinggul aqu mendorong, selain menghasilkan bunyi becek juga menghasilnya bunyi hentakan sebab paha aqu dan bokong Manda beradu.

Tapi aqu berusaha menahan gairah, sebab aqu tak ingin klimaks lebih dulu sebelum Manda. Aqu coba konsentrasi. Sementara bunyi desahan dan erangan Manda sudah mulai bermacam dan semakin keras. Waktu aqu harus berkonsentrasi dan Manda sudah hampir mencapai klimaks, aqu menyadari ternyata dua meter dari posisi aqu dan Manda sudah berdiri Miska. Tentu ia tahu apa yg sedang kita lakukan.

Tentu saja, aqu kaget dan membuat konsentrasi aqu pecah. Kemaluan aqu melemah, dan membuat gerakan masuk dan keluar terganggu. Hal ini membuat tanda tanya bagi Manda yg sudah hampir mencapai klimaks. Manda memperhatikan pandangan aqu, dan ia baru menyadari bahwa ada yg memperhatikan aktifitas kita. Tapi sebab Manda sedang pada puncak gairahnya, ia hanya berkata, ‘Biarin aja, ayo dong terusin. Ngga tahan nih’, sambil berusaha membangunkan kembali kemaluan aqu.

Mendengar ucapan Manda, membuat aqu kembali konsentrasi dan membangunkan kembali kemaluan. Aktifitas kembali normal, aqu terus menggoyg Manda. Waktu Manda benar-benar hapir klimaks, tiba-tiba saja ia mendorong badan aqu sehingga aqu terduduk. Sementara kemaluan aqu tetap di dalam kemaluan Manda, ia juga mengambil posisi duduk dan tetap memeluk aqu. Seperti kegilaan, Manda mengangkat dan menjatuhkan badannya di atas kemaluan aqu. Sesudah beberapa detik, aqu merasakan sesuatu yg panas mengalir menyelimuti kemaluan aqu. Rupanya Manda sudah klimaks. Aqu baringkan kembali badan Manda, dan aqu guncang badannya lebih keras. Badannya bergetar hebat sebab hentakan yg aqu berikan. Sesudah satu menit, aqu mulai merasa akan keluar. Aqu benamkan kemaluan aqu dalam-dalam ke kemaluan Manda. ‘Mmmm …’, suara Manda bersamaan dgn waktu sperma aqu membanjiri kemaluannya. Aqu tak khawatir, sebab Manda sudah minum pil.

Kita berpelukan beberapa waktu.

Waktu permainan selesai, ternyata Miska masih tetap di tempat pada waktu aqu melihat dia. Ia masih memandangi kita. Waktu Manda melihat dan menyapanya, tiba-tiba saja Miska lari ke kamarnya.

Aku dan Manda membawa pakaian kita masing-masing dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Di kamar mandi pun, kita masih sempat saling memberi sentuhan. Selesai mandi, Manda masuk ke kamarnya dan aqu masuk ke kamar aqu.

Baru beberapa waktu tiduran di kamar, aqu merasa ada seseorang yg membangunkan aqu. Waktu aqu lihat ternyata Miska. Ia bertanya, ‘Kak Andy, kenapa sih koq dgn Kak Manda ?. Aqu sebenarnya tahu persis apa yg dimaksud. Untuk memastikan aqu bertanya, ‘Apa maksud Miska ?’. ‘Kenapa koq Kak Andy melakukan hubungan sex dgn Kak Manda. Dia kan adik kandung sendiri. Koq tega sih.’, Miska menjawab.

Aqu agak bingung untuk menjawab apa. ‘Mel, Kak Andy sayg ke Kak Manda dan begitu sebaliknya. Sebab itu Kak Andy dan Manda melakukan hal itu. Sebab sama-sama suka. Kalo Kak Manda ngga suka mana mungkin lah bakal terjadi kaya tadi. Iya kan.’.

‘Tapi kan … tapi kan …’, Miska terdiam.

‘Mel, Miska ngga mau kan ada keributan di rumah. Jangan bilang Bunda papi ya. Andy yakin, Miska mengerti apa yg dilakukan Andy dgn Kak Manda. Dan itu sudah berlangsung lebih dari 12 tahun.’, aqu mencoba menenangkan suasana.

‘Apa, 12 tahun ?’, Miska tampak kaget dgn penjelasan aqu. ‘Jadi Kak Andy sudah melakukannya sejak kecil. Dan papi-Bunda ngga tahu.’, enath mengapa hal ini membuat tampang Miska seperti orang bingung.

‘Kalo boleh Mel tahu, bercinta itu rasanya kaya apa sih ? Katanya kalo gituan yg untung cuma cowok. Tapi koq banyak cewek yg suka juga.’, tiba-tiba saja Miska menanyakan suatu yg membuat aqu cukup kaget.

Di sisi lain, tak tahu mengapa tiba-tiba saja pertanyaan tersebut membuat kemaluan aqu mengeras. Dari segi pisik, Miska memang lebih menggairahkan dibandingkan Manda. Miska pada usia 19 tahun memiliki tinggi 164 cm dgn buah dada yg menantang dan badan yg padat berisi. Ditambah pertanyaan ‘Bagaimana rasanya’, membuat aqu berkeinginan bercinta dgn Miska. ‘Susah untuk diKisahkan, bagaimana kalo langsung dicoba ?, aqu memberanikan diri untuk menyatakan langsung. Miska hanya terdiam dan hanya tersenyum.

Tak tahu apa yg terjadi dgn aqu, langsung Miska aqu peluk. Aqu berikan ciuman di leher dgn penuh gairah. Walaupun aqu agak canggung begitu pula dgn Miska, tapi sebab gairah membuat segalanya berjalan lancar. Aqu raba seluruh bagian badan yg sensitif. Waktu itu aqu tak ingin berlama-lama. Segera aqu buka seluruh pakaian yg dikenakan Miska. Ia malu-malu menutup buah dadanya dgn kedua tangan dan menyilangkan kakinya untuk menutup kemaluannya. Ternyata Miska benar-benar menggairahkan dalam posisi tanpa busana. Aqu pun melepas seluruh pakaian aqu.

Aqu dekati Miska, aqu usap keningnya, dan tangan aqu turun perlahan ke tangannya. Aqu genggam tanggannya, berusaha melepaskan tanggannya yg menutupi buah dadanya. Walau pada awalnya melawan, tapi akhirnya melepaskan juga. Aqu ciumi buah dadanya yg kanan, sementara yg kiri aqu remas-remas. Aqu nikmati buah dadanya dari dasar bukit sampai ke puncaknya. Aqu setengah duduk pada perut Miska. Dgn kedua tangan aqu meremas buah dada kanan dan kirinya.

‘Hmm, Kak Andy sakit ih.’, Miska berkomentar.

‘Kalo gitu berhenti ya ?’, aqu tahu walaupun merasakan sedikit sakit Miska jug abisa menikmatinya. ‘Jangan… jangan dong …’, tiba-tiba saja Miska setengah berteriak. Dan waktu ia sadar dgn teriakannya mukanya memerah.

Aqu teruskan menikmati badan Miska. Lidah aqu bergerak dari celah antara kedua buah dada turun menjelajah perut. Dan turun lagi mengarungi hutan yg menutupi kemaluan Miska. Aqu ciumi rambut yg menutupi kemaluannya, sambil sesekali aqu tarik dgn bibir dan lidah aqu. Tanpa sadar, Miska melemaskan kedua kakinya membuat aqu dgn mudah merentangkan kakinya lebar-lebar.

Aqu segera mengambil posisi di antara kedua kakinya. Kedua tangan aqu mencoba membuka celah kemaluan Miska sampai lubang kemaluannya terlihat. Segera aqu cium dan jilati kemaluan Miska dgn penuh gairah. Sesekali aqu menggigit bagian luar kemaluan Miska. Aqu tahu ini membuat Miska kegelian sehingga sesekali mendorong kepala aqu.

Sesudah lidah aqu pusa bermain, kemaluan aqu sudah tak sabar. Aqu ambil posisi duduk dgn kedua kaki aqu direntangkan. Dan kedua kaki Miska aqu letakkan di atas paha aqu. Kemaluan aqu sudah di mulut kemaluan Miska. Untuk menenangkan, aqu mengatakan, ‘Mel, untuk pertama mungkin sakit tetapi sesudahnya ngga koq. Tahan ya ?’, dan Miska hanya terdiam.

Kepala kemaluan aqu masukkan, perlahan tapi pasti kemaluan aqu bergerak masuk. Samapi waktu aqu merasa ada yg menahan untuk maju lebih jauh. Aqu tahu pasti itu selaput dara Miska. Tentu ia masih perawan. Waktu pertama dgn Manda mungkin aqu tak mengerti, tapi pengalaman dgn pacar aqu membuat aqu tahu. Aqu terus mendorong secara perlahan. Rasa sakit mulai mengganggu Miska, sesekali ia menggangkat badannya dgn punggungnya. Tapi suatu kali sebab sakit, ia menggerakan badannya cukup keras. Hal ini membuat pinggulnya mendorong ke arah kemaluan aqu. Dan … selaput dara Miska sudah aqu tembus. Ia merasakan sakit. Untuk sementara, aqu diamkan sampai Miska tenang.

Waktu ia sudah tenang, aqu masukan kemaluan aqu lebih jauh lagi. Sampai akhirnya seluruhnya masuk. Perlahan aqu tari keluar dan dorong lagi ke dalam. Kalau aqu perhatikan, setiap kemaluan aqu masuk dan keluar, ada bagian vagian Miska yg terdorong dan keluar. Itu sebab kemaluan Miska masih sangat sempit. Sungguh sangat erotis melihatnya. Aqu lihat Miska menyukainya, walaupun masih terlihat ekspresi rasa sakit di wajahnya.

Sambil menggerakan kemaluan aqu keluar masuk kemaluan Miska, aqu lumat buah dadanya. Gerakan aqu semakin bersemangat. Dorongan dan tarikan aqu semakin cepat, mungkin sebab sempitnya kemaluan Miska membuat aqu lebih cepat klimaks. Tapi aqu tak berani menyebarkan sperma aqu di dalam vagian Miska seperti aqu lakukan pada Manda. Waktu hampir waktunya, aqu segera cabut dan aqu gosok-gosokan pada bagian luar kemaluannya sampai akhirnya meluap dan membanjiri permukaan kemaluan dan rambut-rambutnya.

Aqu sadar bahwa Miska belum merasa puas, segera aqu masukan jari tengah aqu ke dalam kemaluannya. Aqu gosok-gosokan sambil kepala aqu rebahan di buah dadanya. Sesudah dua menit badan Miska seperti mengejang. Ia seperti meledak-ledak dan ia terdiam melepaskan kekejangan di ototnya.

Jari aqu benar-benar basah dibanjiri cairan dari dalam kemaluannya. Aqu oleskan ke kemaluan aqu, ke pangkalnya ke kepalanya dan lubang kemaluan aqu. Hal ini membangkitkan kembali kemaluan aqu. Aqu berniat memasukkan kembali kemaluan aqu ke kemaluan Miska.

Tiba-tiba aqu dengar suara Manda, ‘Ehh jangan, kamu kan ngga tahu jadwalnya Miska. Nanti bahaya’. Sesudah itu ia melepaskan seluruh pakaiannya dan menyiapkan badannya untuk aqu. Sekali lagi aqu bercinta dgn Manda. Kali ini pertempuran berlangsung benar-benar lama. Sesudah sama-sama sampai pada puncaknya aqu terjatuh dan terlelap di atas badan Manda, sementara kemaluan aqu masih di dalam kemaluannya.

Waktu aqu sadar, ternyata Miska juga tertidur di samping aqu dan Manda. Sore itu aktifitas kita hanya bercinta, mandi, makan dan bercinta. Hari itu aqu bercinta dgn Manda sebanyak 3 kali dan dgn Miska 4 kali. Sampai pukul 23.00, dan terbangun pada hari Minggu pukul 9.30.

Sejak waktu itu, selain dgn Manda aqu juga bercinta dgn Miska. Keduanya adik kandung aqu. Kita saling menyaygi. Kita masing-masing mempunyai kehidupan di luar rumah, seperti adanya yg lain. Tapi juga punya kehidupan di dalam rumah yg tersendiri.

Jadi pada waktu ini aqu, mempunyai aktifitas sex dgn tiga orang, yaitu Manda, Miska dan pacar aqu.

Miska mempunyai seorang teman akrab, teman sekolah. Namanya Lili, orangnya cantik, sexy dan menggairahkan. Mereka saling berKisah tentang rahasia mereka masing-masing. Hanya antara mereka. Suatu Waktu, waktu aqu sedang bercinta dgn Miska, ia menKisahkan bahwa ia sudah menKisahkan aktifitas sex antara say dan Miska atau Manda kepada Lili. Tapi ia menjamin bahwa, Lili akan menyimpan rahasia.

Selain itu pada waktu yg bersamaan, Miska juga mengatakan bahwa Lili punya rahasia. Yaitu Lili sering diminta ayahnya untuk melakukan hubugan sex. Kisah itu membuat aqu semakin bergairah menyebadani Miska. Dan Miska tampaknya tahu hal tersebut.

Categories
Random

Cerita Dewasa Mempunyai Istri Pramugari Cantik

Cerita Dewasa Mempunyai Istri Pramugari Cantik – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Nama saya Rico dan saya berusia 25 tahun. Saya terlihat normal, tetapi dari wanita yang saya kencani, mereka mengatakan bahwa wajah saya enak dipandang (tentu saja mereka mengatakan bahwa mereka selalu puas berhubungan seks dengan saya jika mereka merasakan kekuatan saya).

Kisah ini berawal dari perkenalan saya melalui telepon dengan seorang pramugari di salah satu maskapai terbesar di Jakarta.

Saat itu saya mencari nomor telepon teman lama Nina yang tinggal di Jalan Mawar II di halaman kuning.

Saya menemukan nama tetapi lokasi di Bandung. Entah kenapa aku tertarik untuk mencoba memanggilnya.

Saat saya telepon penerimanya, pembantunya bernama Vati. Dia mengatakan bahwa Nina terbang, setelah saya mengklarifikasi bahwa Varty menjelaskan bahwa Nina adalah seorang pramugari, menikah tetapi suaminya tidak lagi tinggal bersamanya meskipun dia tidak resmi bercerai (dari pernyataan Varty saya yakin ini Nina bukan teman saya saya mencari, tapi karena Wati tidak keberatan mengobrol, saya tetap mengobrol).

Saya juga memberi tahu Vardy bahwa saya mengenal seorang pramugari bernama Ernie dan sering berkencan dengannya.

Kami mulai mengobrol akrab, dan Varty malah berkata sebaiknya aku pergi berkencan dengan Nina.

Saya juga setuju dan mengatakan bahwa penampilan Nina yang hebat di ranjang membuat Wati semakin berani berhubungan seks.

Kami mengobrol selama 1 jam dan akhirnya Wati meminta saya untuk menelepon saya besok sore karena Nina akan pulang besok pagi.

Saya akan menelepon Nina besok, dia tidur karena dia lelah setelah terbang, tetapi dia akan menjawab panggilan saya.

Nina awalnya terkejut karena dia tidak mengenalku, lalu aku membuatnya tertawa dengan mengatakan bahwa aku adalah penggemarnya.

“Apakah saya artis terkenal? Punya penggemar?” Saya memperkenalkan diri dan berkata saya ingin tahu lebih banyak dan menjadi temannya.

“Tapi tidak tidur dengan teman, kan?” kata Nina serak karena baru bangun tidur. “Aku tidak ingin berteman dengan tidur, tapi aku tidak ingin berteman lagi, tidur.” Jawabku.

“Eh, nakal, aku baru tahu siapa yang mengatakan itu”

“Ya, maksudku aku tidak tidur lagi, berbicara di telepon, tidak di tempat tidur.” Nina tertawa lagi.

“Apakah kamu suka bercanda?” Kami mengobrol selama sekitar 10 menit, dan saya berkata bahwa saya tidak ingin mengganggunya lagi, dan berjanji untuk meneleponnya lagi.

Saya sering memanggilnya setelah itu dan kami menjadi dekat dan memiliki nama yang diejek. 1 bulan kemudian, kami baru saja berbicara di telepon dan saya berani mengatakan bahwa saya ingin bertemu dengannya. Nina setuju, tapi tidak mengizinkanku pergi ke rumahnya.

Ia hanya diminta untuk dijemput di area sekitar tempat tinggalnya. Kami masih saling menertawakan saat bertemu.

“Bagaimana kabarmu, Lahir?”

“Oke,” jawabku. “Aku tidak berpikir kamu lebih buruk dari Mini, maksudku Mini gemuk dan pendek, kamu sebenarnya sangat kurus”

“Hahaha, kupikir kamu mirip Donock,” dia tertawa menanggapi penghinaanku.

Harus saya akui, meski dengan pakaian sederhana dan tanpa riasan, Nina terlihat cantik, langsing, dengan payudara yang sangat padat, ukuran 34B. Kami pergi ke mal malam itu dan makan di kios sushi. Sejak itu, dia selalu memberi saya jadwal penerbangannya, dan dia selalu meminta saya untuk menelepon jika saya memiliki tugas domestik, atau mengirim faks saya jika dia berada di luar negeri.

Sebulan setelah pertemuan pertama, saya diizinkan untuk mencium bibirnya. Awalnya aku bilang aku ingin memeluknya.

Ketika kita bertemu lagi besok, saya juga mengatakan bahwa saya akan memeluknya. Kami berpelukan, lalu aku mencium tangannya dan memeluknya lagi, mencoba mencium bibirnya. Nina menolak, tapi kemudian tersentak saat bibirnya menyentuhnya, tapi Nina tidak menjawab.

Setelah setiap ciuman pertama kami bertemu, kami selalu berciuman sampai sebulan kemudian dia meminta untuk dibawa ke suatu tempat dan kami pulang jam 11 malam. Kemudian saya bertanya ke mana harus pergi.

“Terserah kamu,” jawab Nina.

“Bagaimana kalau pergi ke hotel?”

“Apakah kamu berani membawaku ke hotel?”

“Siapa takut!” jawabku cepat. “Apakah Nina berani?” jawabku.

“Berani, tapi kamu tidak melakukan hal seperti itu.” Segera, saya pergi ke sebuah hotel yang bagus di Bandung.

Sesampainya di kamar hotel, aku langsung memeluk dan mencium Nina. Nina menjawab dengan semangat yang sama.

Bibir dan lidah kami menghisap dan menjilat satu sama lain. Napas Nina menjadi lebih tidak teratur saat tanganku mulai menelusuri lekuk tubuhnya.

Ciumanku mulai berpindah ke telinga dan leherku. Ciuman kecil dan gigitan di lehernya membuat Nina bergerak.

“Oouhh..oouhh..aahhhhh …” Nina mengerang ketika tanganku mulai meremas payudaranya.

Jariku mulai membuka kancing kemejanya. Ciuman saya berpindah ke pundaknya yang mulus kemudian ke payudaranya saat saya membuka bra-nya. Bagian atas tubuh Nina tidak ditutupi oleh apapun. Aku menghisap puting payudaranya yang masih merah muda, sementara tanganku meremas payudara lainnya.

Tangan Nina bergerak liar menanggalkan pakaian dan celana saya. Pada saat yang sama, kami berdua telanjang dan ciuman saya jatuh, menjilati dan mencium perut, paha, betis, dan selangkangan saya.

Nina menarikku ke tempat tidur ketika aku mulai menjilat vaginanya.

“Aarrrgggghh … oouuuugggghh..sshh..shhh …” Nina mengerang kesakitan.

“Mmhhh..sshhh..sshhh” Aku mendapat lebih banyak nafsu menjilati vaginanya.

Aku membalikkan tubuhku ke posisi 69. Nina menolak tapi aku terus memposisikannya dan memintanya untuk mencium penisku yang telah membesar dan keras. Nina baru berciuman, ketika aku meminta untuk menghisap, dia menolak dan memintaku untuk berubah ke posisi yang berlawanan lagi. Aku mulai mencium bibirnya lagi, lidah kami saling menjilat dan bibir kami berkibar satu sama lain.

Tampaknya Nina tidak tahan, tangannya mencari penisku dan memasukkannya ke dalam vaginanya.

“Aaarrrggghhhh …” Nina tersentak ketika penisku menabrak vaginanya.

Tubuhku perlahan naik di atas tubuh Nina yang seksi dan halus. Perlahan tapi pasti aku melihat perubahan di wajah Nina menunjukkan dia menikmati hubungan kami. Ayam saya masuk dan keluar dengan kecepatan yang lebih cepat.

Nina meregang dan menghela nafas. Erangan dan desahan kenikmatan Nina yang semakin membuatku bersemangat untuk berlomba menyelesaikan nafsu Nina.

“Oouggghh … aghrhhh …” Nina mendesis dan menggelengkan pinggulnya mengikuti gerakanku.

“Mmhh … umhh …” Aku akan merasakan kenikmatan luar biasa dari goncangan Nina.

“Ayolah, sayang … Aku tidak tahan lagi …” Nina dengan cepat menggoyang pinggulnya dan memintaku untuk mempercepat masuk dan keluar dari penisku. Tidak lama kemudian, Nina memeluk bahuku. Sepertinya Nina segera mencapai puncak kesenangannya.

“Aarrrggghh … oougggghh … aku jatuh cinta … mmhh … aku di sini …” Nina menggigit pundakku ketika dia orgasme.

Tubuh Nina bergerak-gerak selama beberapa saat, kemudian lengannya perlahan-lahan melemah dan terpisah dari tubuhku. Saya melihat dari wajahnya yang puas. Nina mencium bibirku beberapa kali sambil berbisik

“Sayang … kamu hebat … ini pertama kalinya aku merasakan kepuasan dari pria”

“Memang, selama ini di rumah belum pernah puas, ya? Aku bertanya.

“Ya, suamiku tidak bisa memberiku kepuasan sepertimu. Dia selalu keluar duluan, kadang aku goyah untuk sementara waktu dia sudah tidak tahan lagi” Nina menjelaskan kondisi suaminya.

Saya membayangkan tubuh Nina sedang dinikmati oleh suaminya, membuat gairah saya meningkat dan perlahan-lahan saya mulai menggerakkan penis saya masuk dan keluar lagi. Nina mulai terangsang dan mengikuti gerakanku dengan memutar pinggulnya.

Saya membalikkan posisi sehingga Nina berada di atas saya. Nina semakin bebas untuk menggerakkan pinggulnya.

Babak kedua ini, Nina, menikmati hubungan kami semakin, begitu segera setelah dia mencapai orgasme keduanya dan terkulai di atasku.

Saya segera membalikkan tubuhnya ke posisi di bawah. Tubuhku naik dan turun di atas tubuh Nina tanpa memberinya kesempatan untuk beristirahat setelah mencapai orgasme keduanya. Saya ingin menyelesaikan game ini segera. Lahar di tubuh saya menuntut untuk dikeluarkan.

Baca juga : Cerita Dewasa Nikmatnya Mencicipi Perawan Pembantu Cantik

Meskipun 2 orgasme telah berubah, Nina masih bisa melayani gerakan saya, sebaliknya saya pikir Nina semakin panas untuk menggoyangkan pinggul dan pantatnya.

“Aarrrggghhh..oooouuuuggghhhhhh..oouuggghh” erang Nina.

“Sayang, aku tidak tahan lagi …” Aku mengundang Nina untuk menyelesaikan hubungan kami.

“Kami pergi bersama, kataku, aku ingin keluar. Aarrrgggghh … ummhhhhh …” Nina mencapai orgasme lagi.

“Aarrgghhhhhh … Mhhhh … Aarrrgghhhhh” Aku membuang airku ke dalam vagina Nina.

“Thank you ya beb.” Lalu aku mencium bibirnya dan melumatnya.

“Sama-sama sayang, aku sangat puas” jawab Nina ke ciumanku.

“Ternyata pramugari bermain panas juga, kan?”

“Ya, tolong … baru tahu kalau pramugari itu hebat?” Jawab Nina.

“Hehehe, mau lebih, tolong,” kataku.

“Apakah kamu masih kuat?”

“Mengapa Nina tidak khawatir?” Aku masih di Nina, “kataku.

“Idihh, kenapa masih sulit?”

“Ya, milikku adalah milikku jika itu baru dirilis setelah itu masih sulit” jawabku

“Berapa kali harus lambat?” Tanya Nina ingin tahu.

“Setidaknya 2 atau 3 kali,” kataku.

“Jadi, sekarang Nina harus bisa keluar lagi?”

“Orang yang membuatnya menjadi besar dan keras, bukan Nina?”

Nina mulai menggoyangkan pinggul dan pantatnya yang saya cocokkan dengan masuknya penisku di dalam vaginanya.

Di babak kedua ini Nina orgasme 2 kali dan saya keluar sekali. Setelah itu kami beristirahat sebentar dan karena penisku masih tegang Nina kemudian menghisap dan menghisap kemaluanku. Sepertinya Nina sangat menikmati kuluman dan menyedot penisku

“Naa … aku pergi … aku akan melakukannya” Aku menyemprotkan airku ke mulut Nina. Nina menelan semua airku keluar.

Setelah itu penis saya benar-benar menyusut dan kami tidur.

Hari itu kami melewati 2 kali hubungan seksual secara berturut-turut dengan Nina orgasme 2 dan 1 kali, sampai kami check out dari hotel pukul 11.30 pagi. Saya membawa Nina pulang dan untuk pertama kalinya saya diizinkan masuk ke rumahnya.

Setelah berbicara sebentar, saya mengucapkan selamat tinggal pulang setelah kami berciuman lagi.

Sejak itu saya selalu mengisi kesepian Nina setiap kali suaminya tidak ada di rumah. Kami bertemu setiap kali kami bertemu dengan permainan cinta panas, baik di hotel atau di rumah Nina, bahkan kemudian saya diizinkan untuk menikmati tubuh Nina di tempat tidur di kamarnya. Pada saat itu saya bahagia dan sangat puas karena dari pagi hingga malam kami terus bercumbu dan saya dimanjakan dan melayani seolah-olah saya adalah suaminya.

Suatu kali ketika kami bercinta di tempat tidurnya, suami Nina menelepon. Pada awalnya telepon tidak diangkat karena kami berciuman, tetapi ketika penisku berada di dalam vagina Nina, ada panggilan lagi dan ternyata suaminya. Nina menjawab telepon sambil bernapas dan suaranya tersendat karena aku tidak menghentikan gerakan masuk dan keluar dari penisku.

“Saya lagi olahraga sekarang” Saya mendengar Nina menjawab pertanyaan suaminya.

Setelah menyelesaikan telepon, saya bertanya kepada suaminya apa yang harus dikatakan.

“Biasa saja, jika kamu ingin bersamaku lagi, katakan rindu dan ingin bertemu. Dia curiga, napasku memburu. Dia bertanya padaku apa yang harus dilakukan, jadi aku mengatakan olahraga lagi. Hehehehe. Meskipun aku mengalami semangat denganmu, “jelas Nina, tertawa manja, membuatku semakin bersemangat tentang tubuhnya yang indah.

Tetapi juga ponsel saya tidak diambil oleh Nina. Saat itu suaminya sudah berada di rumah selama 2 hari. Saya berani menelepon ponsel Nina karena sebelumnya dia menelepon saya dari ponselnya.

Setelah 2 kali telepon saya tidak dijawab, saya tidak mencoba memanggilnya lagi. Setengah jam kemudian saya dipanggil oleh Nina.

“Halo — halo, maaf saya tidak menjawab telepon Anda,” kata Nina.

“Apa yang kamu lakukan? Apakah itu baik lagi?”

“Ya,” jawab Nina.

“Pantes, ponselku diabaikan, itu bagus lagi. Sudah berapa kali? Di mana sekarang?”

“Sekali saja. Kemudian lagi di kamar sebelah”

“Mulai sekarang hanya dipanggil, sudah lama memainkannya”

“Tidak, ahhh, biasanya dia hanya bisa sebentar. Aku juga diam, tidak goyang. Setelah main, dia berbaring dulu, baru meninggalkan ruangan.

“Tapi kamu orgasme kan?” Aku menggoda

“Di mana aku pernah orgasme,” jawab Nina.

“Aku cemburu dan cemburu di sini” memang pada waktu itu dadaku terasa panas karena cemburu membayangkan tubuh seksi Nina di tangan suaminya.

“Bersabarlah, sayang. Jika dia pergi, aku akan melayani dan memuaskanmu. Sebelum dia tiba, Nina juga memberikan cinta pertamamu untuk tubuh Nina. Pertama, Nina akan merindukanmu dan mencintai Nina untukmu. Daahh … mmuuaaccchh .. . “

Nina pernah terbang selama seminggu, begitu Nina pulang, aku menjemputnya di bandara. Masih dengan seragamnya, Nina memintaku untuk check-in ke hotel dan mengakhiri hasrat dan nafsu kami yang tersembunyi selama lebih dari seminggu.

“Na … aku merindukanmu. Aku ingin bercinta dengan pramugari cantik ini,” kataku bercanda.

“Ehhhh, aku tidak bisa, aku harus pulang dulu. Aku ingin berganti pakaian” jawabnya. Setelah Kurayu Nina akhirnya setuju untuk segera check-in tanpa mengganti seragamnya dulu. Saat itu saya merasa benar-benar berpacaran dengan pramugari karena Nina masih berseragam.

Setahun kemudian Nina menggugat cerai suaminya dan diberikan pengadilan. Sampai saat ini Nina masih seorang janda tetapi saya selalu memberikan kepuasan dan kenikmatan untuk kebutuhan seksual Nina. Ada keinginan saya untuk segera menikahinya tetapi saya sendiri masih menikmati bercinta dengan wanita lain, termasuk beberapa pramugari yang saya kenal setelah Nina.

Nina mengerti situasiku karena dia sendiri terkadang kewalahan melayani hasrat seksualku, terutama jika aku cemburu padanya.

Selain itu, Nina juga masih aktif terbang sehingga sering meninggalkan saya juga. Ketika Nina sedang bertugas dan saya ingin menyalurkan nafsuku, aku berkencan dengan wanita lain, mungkin inilah yang Nina pikirkan dan pahami situasiku.

Tiga bulan kemudian, saya akhirnya menikahi Nina dan kami menikmati seks ini semakin banyak.

Categories
Random

Cerita Dewasa Tergodah Dengan Pembantu Tanteku

Cerita Dewasa Tergodah Dengan Pembantu Tanteku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saya berumur 17 tahun dan cerita ini terjadi sekitar 2 bulan yang lalu ketika saya sedang berlibur di akhir semester. Waktu itu saya sedang liburan sekolah. Saya berencana untuk pergi ke vila bibi saya di Kota M. Nama bibi saya adalah Sofi. Dia adalah orang yang sangat cantik. Meskipun berusia 38 tahun, dia memiliki sosok yang sangat kokoh dan pakaian yang bagus. Saya ingat dengan sangat jelas, pagi itu, Sabtu, saya berangkat dari kota S ke kota M.

Sesampainya di sana, aku pun disambut dengan ramah. Setelah saling tanya-menanya kabar, aku pun diantarkan ke kamar oleh pembantu tanteku, sebut saja Bi Sum, orangnya mirip penyanyi keroncong Sundari Soekotjo, tubuhnya yang indah tak kalah dengan tanteku, Bi Sum ini orangnya sangat polos, dan usianya hampir sama dengan tante Sofi, yang membuatku tak berkedip saat mengikutinya dari belakang adalah bongkahan pantat nya yang nampak sangat seksi bergerak Kiri-kanan, kiri-kanan, kiri-kanan saat ia berjalan, seeakan menantangku untuk meremas nya.

Setelah sampai dikamar aku tertegun sejenak, mengamati apa yang kulihat, kamar yang luas dengan interior yang ber-kelas di dalamnya. sedang asyik-asyik nya melamun aku dikagetkan oleh suara Bi sum.

“Den, ini kamarnya.”

“Eh iya Bi.” jawabku setengah tergagap.

Aku segera menghempaskan ranselku begitu saja di tempat tidur.

“Den, nanti kalau ada perlu apa-apa panggil Bibi aja ya?” ucapnya sambil berlalu.

“Eh, tunggu Bi, Bibi bisa mijit kan? badanku pegel nih.” Kataku setengah memelas.

“Kalau sekedar mijit sih bisa den, tapi Bibi ambil balsem dulu ya den?”

“Cepetan ya Bi, jangan lama-lama lo?”

“Wah kesempatan nih, aku bisa merasakan tangan lembut Bi Sum memijit badanku.” ucapku dalam hati.

Tak lama kemudian Bi Sum datang dengan balsem di tangan.

“Den, coba Aden tiduran gih.” suruh Bi Sum.

“Eh, iya Bi.” lalu aku telungkup di kasur yang empuk itu, sambil mencopot bajuku. Bi Sum pun mulai memijit punggungku, sangat terasa olehku tangan lembut Bi Sum memijit-mijit.

“Eh, Bi, tangan Bibi kok lembut sih?” tanyaku memecah keheningan.

Bi Sum diam saja sambil meneruskan pijatannya, aku hanya bisa diam, sambil menikmati pijitan tangan Bi Sum, otak kotorku mulai berangan-angan yang tidak-tidak.

“Seandainya, tangan lembut ini mengocok-ngocok penisku, pasti enak sekali.” kataku dalam hati, diikuti oleh mulai bangunnya “Adik” kecilku.

Aku mencoba memecah keheningan di dalam kamar yang luas itu.

“Bi, dari tadi aku nggak melihat om susilo dan Dik rico sih.”

“Lho, apa aden belum dibilangin nyonya, Pak Susilo kan sekarang pindah ke kota B, sedang den Rico ikut neneknya di kota L.” tuturnya.

“Oo.., jadi tante sendirian dong Bi?” tanyaku

“Iya den, kadang Bibi juga kasihan melihat nyonya, nggak ada yang nemenin.” kata Bi Sum, sambil pijatannya diturunkan ke paha kiriku. Lalu spontan aku menggelinjang keenakan.

“Ada apa den?” tanyanya polos.

“Anu Bi, itu yang pegel.” jawabku sekenanya.

“Mm.. Bibi udah punya suami?” kataku lagi.

“Anu den, suami Bibi sudah meninggal 6bulan yang lalu.” jawabnya. Seolah berlagak prihatin aku berkata.

“Maaf Bi, aku tidak tahu, trus anak Bibi bagaimana?”

“Bibi titipkan pada adik Bibi” katanya, sambil pijitannya beralih ke paha kananku.

“Mm.. Bibi nggak pingin menikah lagi?” tanyaku lagi.

“Buat apa den, orang Bibi udah tua kok, lagian mana ada yang mau den?” ucapnya.

“Lho, itu kan kata Bibi, menurutku Bibi masih keliatan cantik kok.” pujiku, sambil mengamati wajahnya yang bersemu merah.

“Ah.., den andy ini bisa saja” katanya, sambil tersipu malu.

“Eh bener loh Bi, Bibi masih cantik, udah gitu seksi lagi, pasti Bibi rajin merawat tubuh.” Godaku lagi.

“Udah ah, den ini bikin Bibi malu aja, dari tadi dipuji terus.”

Lalu aku bangkit, dan duduk berhadapan dengan dia.

“Bi.., siapa sih yang nggak mau sama Bibi, sudah cantik, seksi lagi, tuh lihat tubuh Bibi indahkan?, apalagi ini masih indah loh..” kataku, sambil memberanikan menunjuk kearah gundukan yang sekal di dadanya itu. Secara reflek dia langsung menutupinya, dan menundukkan wajahnya.

“Aden ini bisa saja, orang ini sudah kendur kok dibilang bagus.” katanya polos.

Seperti mendapat angin aku mulai memancingnya lagi.

“Bibi ini aneh, orang payudara Bibi masih indah kok bilangnya kendur, tuh lihat aja sendiri” kataku, sambil menyingkapkan kedua tangannya yang menutupi payudaranya.

“Jangan ah den, Bibi malu.”

“Bi.. kalau nggak percaya, tuh ada cermin, coba Bibi buka baju Bibi, dan ngaca.” Lalu aku mulai membantu membuka baju kebaya yang dikenakannya, sepertinya ia pasrah saja. Setelah baju kebaya nya lepas, dan ia hanya memakai Bh yang nampak sangat kecil, seakan payudaranya hendak mencuat keluar. Aku pun mulai menuntunnya ke depan cermin besar yang ada di ujung ruangan.

Baca juga : Cerita Dewasa Main Kuda2an Dengan Tante Linda Sampai Hamil

“Jangan den, Bibi malu nanti nyonya tahu bagaimana?” tanyanya polos.

“Tenang aja Bi, tante Sofi nggak bakal tahu kok” Aku yang ada dibelakang nya mulai mencopot tali BH nya, dan wow.. tampak olehku didepan cermin, sepasang bukit kembar yang sangat sekal dan padat berisi, melihat itu “Adik” kecilku langsung mengacung keras sekali.

Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Aku langsung meremas nya dari belakang, sambil ciumanku kudaratkan ke lehernya yang jenjang tersebut. Bi Sum yang telah setengah telanjang itu, hanya bisa mendesah dan matanya “Merem-melek”.

“Oh.. den jangan den, uhh.. den, Bibi diapain, den”

Aku tak menggubris pertanyaannya malahan aku meningkatkan seranganku. Kini ia kubopong ke ranjang, sambil menciumi putingnya yang merah mencuat itu, ia pun kelihatan mulai menikmati permainanku, dan Bi Sum telah kurebahkan diranjang, lalu aku mulai lagi menciumi putingnya, sambil menarik jarik yang dipakainya.

“Uhh.. den shh.. Bibi enak den uh.. shh.. teruus den”

Aku pun mulai membuka seluruh pakaianku dan ciumanku terus turun keperutnya, dan dengan ganasnya ku pelorotkan CD yang dipakainya, aku terdiam sesaat seraya mengamati gundukan yang ada dibawah perutnya itu.

“Den, punya aden besar sekali” katanya sambil meremas penisku, lalu kusodorkan penisku kemulutnya.

“Bi, jilatin ya.. punya Andy.” Bibir mungil Bi Sum mulai menjilati penisku. uuhh.., sungguh nikmat sekali rasanya.

“Mmhh.. ohh.. Bi terus, kulum penisku Bi.., tak lama kemudian Bi Sum mulai menyedot-nyedot penisku, dan rasanya ada yang akan keluar di ujung penisku.

“Bi.. teruuss, Bi.. aku mmaauu keeluuar, oohh” jeritku panjang dan tiba-tiba, serr maniku muncrat dalam mulut Bi Sum, Bi Sum pun langsung menelannya.

Aku pun mulai pindah posisi, kini aku mulai menjilati memek Bi Sum, tampak didepan mataku, memek Bi Sum yang bersih, dengan seikit rambut. Rupanya Bi Sum sudah tidak sabar, ia menekan kepalaku agar mulai menjilati memeknya dan sluurpp.. memek Bi Sum kujilati sampai kutenukan sesuatu yang mencuat kecil, lalu kuhisap, dan gigit kecil, gerakan tubuh Bi Sum mulai tak karuan, tanganku pun tidak tinggal diam, ku pilin-pilin putingnya dengan tangan kiriku sedangkan, tangan kananku ku gunakan menusuk memeknya sambil lidahku kumasukkan sedalam-dalamnya.

“Ohh.. den.. teruuss den jilat teruss.. memek Bibi den.. mmhh” katanya sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.

“Ouhh den.. Bibi mau.. keluarr.. den ohh, ahh, den, Bibi keeluuaarr, akhh.” Bi Sum menggelinjang hebat dan serr cairan kewanitaannya kutelan tanpa sisa. Tampak Bi Sum masih menikmati sisa-sisa orgasme nya. Lalu aku mencium bibirnya lidahku kumasukkan kedalam mulutnya, ia pun sangat agresif lalu membalas ciumanku dengan hot.

Aku pun mulai menciumi telinganya, dan dadanya yang besar menempel ketat di dadaku, aku yang sudah sangat horny langsung berkata, “Bi aku masukkan sekarang ya..”. ia hanya bisa mengangguk pelan.

aku pun mengambil posisi, kukangkangkan pahanya lebar-lebar, kutusukkan penisku ke memek nya yang sudah sangat becek. Bless.. separuh penisku amblas kedalam memeknya, terasa olehku memeknya menyedo-nyedot kepala penisku. kusodokkan kembali penisku, bless.. peniskupun amblas kedalam memeknya, aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku, memeknya terasa sangat sempit.

“Den.. ouhh.. teruuss.. denn.. mmhh..sshh.” desahan erotis itu keluar dari mulut Bi Sum, aku pun tambah horny dan kupercepat sodokkanku di memeknya.

“Oh.. Bii memek kamu sempit banget, ohh enak Bii, goyang teruuss Bii.. ouhh..”

“Den.. cepatt.. den.. goyang yang cepat.. Bibi.. mauu.. keluar.. den..”

aku mulai mengocok penisku dengan kecepatan penuh, tampak Bi Sum menggelinjang hebat.

“Den.. Bibi.. mau keluuaarr.. ouhh.. shhshshshh..”

“Tahan Bii.. aku.. juga mau keluuarr..”

Lalu beberapa detik kemudian terasa penisku di guyur cairan yang sangat deras.. serr.. penisku pun berdenyut hebat dan, serr.. terasa sangat nikmat sekali, rasanya tulang-tulang ku copot semua. aku pun rubuh diatas wanita setengah baya yang tengah menikmati orgasmenya.

“Bi.. terima kasih ya.. memek Bibi enak” kataku sambil mencupang buah dadanya.

“Den kapan-kapan Bibi dikasih lagi yaa.”

akhirnya kami tertidur dengan penisku menancap di memek Bi Sum, tanpa aku sadari permainan ku tadi dilihat semua oleh tanteku, sambil dia mempermainkan memeknya dengan jarinya. sekian pengalaman saya dengan Bi Sum, pembantu tante saya yang sangat menggiurkan. lain kali akan saya ceritakan pengalaman saya dengan tante saya yang mengintip permainan saya dengan Bi Sum, yang tentunya lebih menghebohkan, karena tante saya ini orang yang hipersex, jadi nafsunya sangat besar, dan meledak-ledak.

Categories
Random

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Bibi Sendiri

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Bibi Sendiri – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saat masih menduduki bangku SMP kelas tiga di kota kembang, waktu itu aku ada liburan di rumah kakekku di daerah lembang, disana tinggal kakek dan keluarga bibi ku. Bibiku adalah kasir sebuah bank karena menikah dengan pamanku yang satu kantor dia mengundurkan diri dan hanya sebagai ibu rumah tangga, orangnya ayu, putih berlesung pipit dengan usia sekitar 27 tahunan. Dia tinggal dirumah kakekku karena rumahnya sedang dibangun di daerah bogor sedang suaminya (adik ayahku) tinggal di kost dan pulang seminggu sekali.

Aku dan bibiku sangat akrab karena dia memang sering main kerumahku sewaktu belum berkeluarga dan waktu kecil sering tidur di kamarku bahkan waktu kuliah dia lebih banyak tidur dirumahku dari pada ditempat kostnya. Anaknya masih kecil berumur sekitar 1 tahun.

Suatu pagi aku kaget ketika seseorang membangunkanku dengan membawa segelas teh hangat, “Bangun…. Males amat kamu disini biasanya kan sudah nyiramin taneman sama nyuci mobil”

“Males ah, liburan masak suruh kerja juga….”

“Lha masak kakekmu yang sudah tua itu suruh nyiramin bunga sendiri dan mobilku siapa yang nyuci…”

“Kan ada bi ijah “

“Bi ijah lagi sakit dia gak sempet…, bangun bangun ah males ya” dicubitnya pinggangku

“Udah udah geli ampun….” Kataku bangun sambil mendorong mukanya.

Kakekku pulang dari jalan paginya dan asik berbincang dengan temannya diruang tamu. Aku kemudian beranjak ke kamar mandi baru membuka baju bibiku mengetuk pintu ”Rik mandinya di sungai sekalian temenin aku nyuci, lagi mati lampu nih….. andi biar di jaga kakek”

“Ya siap boss…” ku buka pintu dan membawa cucian seember besar ke belakang rumah, bibiku mengikutiku sambil membawa handuk, pakaian ganti dan sabun cuci. Di belakang rumah ada jalan kecil yang tembus ke sungai di pinggir kampung sungai itu dulu sangat ramai oleh penduduk yang mandi atau mencuci tapi sekarang sudah jarang yang memakai, hanya sesekali mereka mandi disungai.

“Sana di belakang batu itu aja, tempatnya adem enak…” dibelakang batu itu terdapat aliran kecil dan batu batu pipih disekelilingnya tumbuh-tumbuhan lebat itu kami bermaksud mencuci..ternyata sudah ada seorang wanita muda yang sedang mandi mengenakan kain batik ternyata wulan tetangga sebelah rumahku

“eh rik tumben mau ke sungai….” Katanya ramah

“Ya nih di paksa bos… “

“Wah kalah duluan nih, nyuci juga kamu wul “

“Aku dah dari tadi.. kalo listrik mati gini baru pada ke kali, kalo gak pakaian bayiku siapa kapan keringnya” katanya sambil keluar dari sungai dan mengambil handuk di tepi sungai.

Selendang batik itu membentuk lekuk tubuhnya dibagian depan terlihat dengan jelas sembulan dua buah dada yang sangat besar, sedang ditengah leher putihya terdapat sebuah kalung tipis yang membuat dirinya terlihat ramping, ia kemudian membelakangi kami dan melepas selendang itu kemudian mengusapkan handuk ke sekujur tubuhnya.

Kontan saja aku kaget melihat pemandangan itu, walaupun membelakangiku tapi aku dengan jelas dapat melihat seluruh tubuh putihnya itu tanpa sehelai benangpun, bokongnya yang berisi telihat jelas setelah dia mengusap tubuhnya kini ia mulai membasuh rambutnya yang panjang sehingga seluruh tubunya bisa kulihat, ketika aku membasahi cucian kemudian duduk.

”Kapan kamu kesini rik..”sambil memiringkan tubuhnya karuan saja tetek gedhenya terlihat, aku kaget dengan pertanyaannya.

“Apa wul aku lagi gak konsen..” ia memalingkan badan kearahku

“Ati-ati disungai jangan ngelamun, kamu kapan datang..”

“Oh aku baru kemarin..” kataku sambil mencelupkan baju-baju ke air sedang mataku tentu saja mengarah ke kedua teteknya yang tanpa sengaja diperlihatkan,.

Bibiku bergerak menjauhi kami, mencari tempat untuk buang air karena dari tadi dia kebelet beol.

“Anakmu umur berapa teh.. kok gak diajak “ kataku

“Masih 1 tahun setengah, tadi sama adikku jadi aku tinggal nyuci” setelah rambutnya agak kering ia kemudian memasang handuknya dipinggangnya dan membalikkan tubuhnya tangan kanannya menutupi mencoba menutupi teteknya yang berukuran wah itu walaupun akhirnya yang tertutupi cuma kedua putingnya sedang tangan kirinya mencari celana dalam di atas batu itu setelah menemukannya, dia kemudian membalikkan badannya dan menaikkan handuknya, celana dalam berwarna putih itu terlihat cukup tipis dan seksi di pinggir-pinggirnya ada bordir kecil bermotif bunga.

“Anakmu siapa namanya…?”

“Intan.. cantikkan “ ia berbalik, pakaian dalam tipis sudah menutupi memek dan pinggangnya itu sejenak dia melihatku dan kemudian melepaskan tangan kanannya dari teteknya sepertinya dia nyaman memperlihatkan teteknya padaku karena dari tadi aku pura-pura cuek dan pura-pura membasuhi baju kotor padahal adikku sedari tadi gelisah.

Baca juga : Cerita Dewasa Diajari Ngeseks Sama Tante

Ia kemudian duduk dan membilas selendang batiknya

“Cantik sih namanya.. tapi belum lihat wajahnya secantik emaknya gak ya..”

“Ya pasti.. emaknya aja cantik anaknya ikut donk “katanya sombong, kusiramkan air ke arahnya segera ia berdiri dan membalas siramanku.

“Maaf salah cetak harusnya, maknya aja jelek apalagi anaknya…” kami pun akhirnya saling menyiramkan air setelah beberapa saat dia kewalahan menahan seranganku.

“Ampun ampun…” katanya sambil ketawa cengengesan, akupun menghentikan seranganku tapi kemudian dia malah berdiri mengambil ember dan menghampiriku menyiramku sehingga seluruh bajuku basah kuyup, aku kaget dan reflek mengambil ember ditangannya dia kemudian membalikkan badan untuk menjauhkan darinya, tanpa sadar tubuhku memeluknya dan satu tanganku ada pada dadanya yang terbuka. Akhirnya aku bisa meraih ember itu, ia berusaha melepaskan dari dekapanku tapi sia sia aku sudah siap, ku ambil air dan meletakkanya diatas kepalanyaa

” Ampun ri,, aku dah mandi.. awas lo ntar tak bilangin kakekmu “ aku tetap saja memegang badannya dan mengancam, akhirnya ia berbalik dan dengan leluasa aku menyiram ke sekujurtubuhnya kemudian tanganku mengelus elus tubuhnya

”nih aku mandiin lagi hehehhe,……” sekujur tubuhnya basah termasuk celana dalamnya sehingga isi didalamnya samar samar terlihat, kami tertawa geli dicubitnya pinggangku hingga agak lama ”aduh ampun sakit “kataku sambil menarik tangannya, untuk beberapa saat kami saling memandang sambil tertawa geli, kami kemudian ke tepi sungai untuk mengambil handuk, ia kemudian kembali menyeka air ditubuhnya sementara aku sambil duduk disampingnya sembari menyeka air di kepalaku.

Wajahnya tampak cemberut di usapkannya handuk ke muka dan rambutnya kemudian mulai turun ke dua buah dadanya kemudian turun ke perutnya yang kecil kemudian turun ke selangkangannya kemudian dia merunduk dan menyeka kakinya, kemudian melemparkan handuknya yang basah ke mukaku, aku kemudian menggunakan handuknya itu untuk mengusap muka (lumayan aroma tubuhnya masih nempel nih) aku kemudian mengembalikan padanya.

Di ikatkannya handuk itu di pinggang kemudian duduk tepat di depanku dan di turunkannya celana dalamnya, karena ikatannya kurang kuat setelah celana dalamnya berhasil melewati kaki indahnya handuk itupun ikut terbuka sehingga isi selangkanganya terpampang di depanku.

“Eit…” katanya sambil tangan kanannya menutupi memeknya, aku tersenyum

“Kelihatan nih ye…” kataku sambil memalingkan muka, kakinya menendang tubuhku, kemudian di usapkannya handuk itu ke tengah selakangannya yang masih lumayan basah karena mengenakan celana dalam basah.

Aku kemudian memandang kembali kearahnya nampaknya dia merasa nyaman saja mengetahui memeknya dilihat aku, diusapkannya ke arah rambut-rambut pubis tipisnya kemudian ia mengusap bibir-bibir coklatnya bawahnya yang masih kencang sambil tersenyum sendiri.

“Awas bisa gila lho tersenyum sendiri…” ia menghentikan usapannya sambil membetulkan posisinya

“Ia kalo lama-lama deket sama kamu bisa gila …” katanya sambil berdiri

“Eh, bau …” sambil kututup hidungku yang tepat berada didepan memeknya

“Seger lagi coba cium, katanya sambil menarik mukaku dan menempelkannya pada memeknya yang telah ditutupi salah satu tangannya. Tanganku mengambil tangan yang menutupinya

“Rambutnya kok gak rapi gak pernah dicukur ya,,,,” kubelai rambut bawahnya kemudian bergerak membuka kedua bibir bawahnya ”Dah punya anak masih kenceng aja nih kulit..” kataku sambil megelus elus memeknya dengan handuk sementara dia membalut tubuhnya dengan handuk sehingga kepalaku berada didalamnya.

Aku kaget dan membuka handuk sambil mencari bibiku takut ketahuan, kepala bibiku tampak masih ada dibelakang batu besar disamping sungai itu lagi asik membuang hajat..

“Berani cium gak 5 Ribu deh… “ dibukanya kembali handuknya sambil tersenyum menantang, memeknya tampak begitu menggairkan.

“Gak ah bau tuh.. tambah deh 10 “ kataku cengengesan

“Deal…” Katanya sambil duduk jongok Mukaku kumajukan untuk dapat mencium memeknya, pelan-pelan kubuka bibirnya dan ku elus elus seluruh memeknya sambil pura-pura menutup hidung seperti mau minum jamu. Kemudian ku buka mulut dan mulai mengeluarkan lidah, wulan nampak melihat kesekeliling kemudian aku mulai menjilat dengan pelan ke paha kanan kemudian kiri dan akhirnya menjilati memeknya ia tampak mengerang geli,

“Ih…” katanya pelan, lidahku yang masih menempel kemudian kumasukkan kedalam memeknya dan menggerak gerakkan memutar sehingga ia tambah geli. Setelah kurang lebih 5 detik ku tarik mukaku.

“Memek lo bau juga ya… mana 10 ribunya..?” ia menutupi kembali memeknya dengan handuk dan berdiri.

“Ntar ya dirumah, mang aku bawa dompet apa? daa…” sumpret belum puas ngotak-atik mesin bmw (bulu memek wanita) ia sudah pergi, yah akhirnya aku hanya bisa kembali swalayan sambil melihat ia berlalu,


bibiku akhirnya menyelesaikan BAB nya aku masih berendam bermain main di sungai sambil mengembalikan tenaga setelah swalayan.

Kami kemudian asyik mencuci sambil ngobrol seru-seruan, bibi mencuci sedang aku membilasnya, sesekali kami saling menyiramkan air sehingga baju kami basah semua akhirnya baju yang kami selesai semua aku mulai membuka semua bajuku sehingga hanya menyisakan celana kolorku saja, sementara bibiku yang dari tadi berhadapan denganku menggeser duduknya menyamping, kemudian menaikkan dasternya kemudian celana dalam putih pelan pelan turun dari pahanya mulus bibiku kemudian dia menghadap kembali padaku dengan posisi kaki lebih rapat, tidak seperti tadi dimana kadang aku bisa melihat celana dalamnya.

“Ih celana dalamnya dah pada bolong nih…” kuangkat celana dalamnya, bibiku segera menyambarnya

“Mana? Masih baru nih..” katanya sambil melemparkannya kepadaku. Dia kemudian menurunkan dasternya dan mencopot kutang dari tempatnya dan kemudian menaikkan kembali dasternya, tanpa segaja dia membuka kakinya sehingga bulu bulu tipis samar-samar terlihat diantara pahanya terlihat jelas didepanku, dia menunduk mencuci bhnya sehingga teteknya menyembul diantara belahan dasternya,

“Sini kolormu dicuci sekalian…” aku bengong mendengarnya,

“Copot sekalian gih kolormu.. “

“Wah gak bawa celana dalam bi….” Bibiku tidak menjawab dan memegang kolorku, akhirnya aku berdiri dan membuka pelan-pelan kolorku sehingga adikku menampakkan diri.

“Lho dah sunat to kamu ?” dilihatnya burungku yang masih imut-imut plus rambut yang baru pada keluar, ku pegang burungku sambil melirik kaki bibi yang sedikit terbuka.

“Dah lama ya kita gak mandi bareng…” ia tersenyum

“Ia dulu waktu masih SD kamu hanya mau mandi bareng aku mang kenapa sih ?”

“Ya milih yang cantik donk, masak sama mak ijah kan dah pada keriput semua,…” ia kemudian membuka dasternya sehingga seluruh tubuhnya terbuka dan menggeser duduknya menyamping.

“Sana taruh di pinggir “

aku kemudian meletakkan cucian kemudian kembali ke tempatnya. Teteknya yang bersih dan putih walaupun tak sebesar punya wulan terlihat masih sama seperti dulu, tubuhnya yang putih sintal dan rambut yang tergerai membuat semua orang pasti mengakui dia wanita ayu.

“Ssst lihat memeknya donk bi…” ia melengos dan menutupi pangkal pahanya dengan tangan, aku menarik tangannya terlihat rambut-rambut tipis berada di tengah

“Hiii… bulunya habis dicukur ya…” ia tersenyum geli, ia kemudian menggeser duduknya sehinga tepat didepanku

“Kok tahu…. bagus kan” dibelai nya rambut pubis itu bangga

“Ya tahu lah… dulu kan lebih tebal dari ini….mang napa dicukur”

“Nggak lagi pingin aja … kalo mau dateng bulan aku biasa potong, kalo gak tak cabut pake lilin, kalo rapi kan sehat….”

Kakinya yang rapat membuat aku hanya kebagian melihat rambutnya saja.

“Lihatin donk….” Kataku sambil mengelus elus pahanya tangannya menghela tanganku dari pahanya tapi kemudian aku kembali mengelusnya setelah itu dia melihat tajam kepadaku, pelan-pelan tanganku berhasil menggeser satu kakinya sehingga memeknya sedikit terlihat.

“Wah masih sama kaya dulu ya.. walaupun dah punya anak masih terlihat kenceng punyamu” ia tersenyum mendengar bualanku dan membiarkan aku melihat seluruh isi memeknya, tanganku mulai membelai memeknya pelan kemudian mengusap-usapnya.

“Jangan nakal ah.. geli..” aku tetap saja mengelus elusnya

“Mandi sana.” Tangannya mendorong mukaku sehingga aku terjatuh, dia kemudian berjalan kearah air yang lebih dalam kemudian berenang renang kecil

“Ri ambilin sabun donk…” aku duduk mendekatinya dan mengacungkan sabun, ditariknya tanganku sehingga aku jatuh dia tersenyum aku kemudian membalas dengan menyiramkan air kemukanya setelah beberapa saat bercanda di dalam air ia kemudian naik ke sebuah batu untuk membersihkan diri dengan sabun. Dengan menghadap kepadaku ia mulai meletakkan sabunnya dileher jenjangnya, pelan pelan turun ke teteknya, kemudian ke tangan dan kakinya dan berahir pada memeknya setelah itu dia kemudian menggosok badannya untuk memperbanyak busa. Aku keluar dari air dan duduk di sampingnya dia langsung menggosokkan sabun keseluruh tubuhku dari muka sampai ke kaki, dengan santai ia menggosokkan sabun pada penisku.

“Dah gede kamu ri, burungmu dah ada rambutnya..”

“Ya donk masak mau kecil terus…” ia kemudian membalikkan badannya dan berdiri sambil memintaku menggosok punggung dan bokongnya yang belum kena sabun, waktu mengosok bokongnya pelan-pelan tanganku ku senggolkan ke memeknya nampaknya dia cuek saja dengan terus asik menggosok tubuhnya dengan sabun, aku mulai memberanikan diri mengelus dari belakang kedua payudaranya. Ia membalikkan badan, membiarkan aku mengelus elus payudaranya dan

seluruh tubuhnya sementara dia mengelus kakiku dan sesekali mengelus penisku.

Ia kemudian terduduk, seperti biasanya kalo mandi dia selalu terdiam beberapa saat membiarkan sabun meresap ditubuhnya. Aku yang masih berdiri didepannya dengan penis tepat di mukanya, ia kemudian memain-mainkan penis itu,

”Di bersihin donk ri burungnya, nih masih ada kotorannya” katanya sambil mengelus penisku mesra aku hanya diam keenakan. Kemudian dia berbaring di atas batu, aku duduk disamping kakinya sambil mengelus memeknya dan menyiramkan air sehingga seluruh memeknya kelihatan.

“Dah jangan main itu terus ah geli …” ia tersenyum menutupkan kakinya aku kemudian menarik kakinya sehingga kini tubuhku berada diantara kakinya. tanganku mulai menggosok-gosok lagi kali ini jariku mulai masuk ke memeknya, dia bangun

“Geli ah li.. “tanganku kali ini berhasil diusirnya, tanpa sadar dia mulai melihat burungku yang mulai berkembang dan menggantung.

“Burungmu dah mulai bisa berdiri ri…” dielusnya burungku pelan mesra, semakin lama burungku makin besar karena tak tahan akan elusannya.

“Kamu dah pernah ngimpi basah ya.. “ aku mengangguk kemudian

“ Bi.. kamu gak lagi mens kan?” ia tersenyum kemudian membimbing tanganku pada dadanya

“Sini bibi ajarin ngelonin cewek…” aku mengikuti saja bimbingan tangannya mengelus pelan teteknya kemudian melintir putingnya.

“yang mesra donk ri anggep aja aku cewekmu “ dia kemudian mencium pipiku dan mendorong mukaku ke teteknya, aku ciumi semua bagian teteknya kemudian menghisap pelan putingnya, ada air keluar dari susunya aku makin keras menyedotnya sementara bibi mengusap kepalaku sambil merem menikmatinya. Kemudian aku menjilati perut dan turun ke rambut memeknya, ke paha kemudian menengelamkan mukaku ke memeknya, namun tangan bibiku mencegahnya.

“Kamu gak papa ri?” katanya pelan “Gak papa bi, sekalian buat pengalaman

“ia kemudian menyiramkan air ke memeknya setelah itu kucium dan kujilati memeknya beberapa saat, sementara tanganku dibimbing untuk tetap mengelus dadanya. dia rupanya terangsang dengan jilatanku, erangan-erangan kecil dan tekanan tangannya pada rambutku mengisyaratkan dia sudah mulai terangsang. Merasa cukup ku hentikan jilatanku kemudian duduk di depannya dia kemudian melek sambil mengelus dan memutar mutan burungku.

“Enak kan…?” ucapnya manja, aku kemudian berdiri, penisku tepat berada di mukanya, beberapa saat dia diam kemudian ia menutup mata dan mencium penisku

“Kalo jijik gak usah di emut …” ia melepaskan mukanya dan kembali mengocok dengan tangannya.

Ia kemudian duduk diatas batu sambil mengangkan meminta aku memasukkan penis ke memeknya

“ Di gesek aja ya, jangan dimasukkan.. punya pamanmu nih..” aku kemudian menggesekkan penis ke memeknya sementara tanganku menggoda teteknya.

“Bi sekalian masukkin ya.. biar ngajarinnya komplit..” ku masukkan tanganku ke memeknya,

“Jangan sama pacarmu saja, kasihan perjakamu…” aku kemudian mencoba memasukkannya pada memeknya dua kali mencoba ternyata penisku belum bisa tembus juga, bibiku tersenyum geli

“Tuh kan gak bisa, sini…” ditariknya penisku, di elus kemudian dimasukkan dalam memeknya, rasanya sempit sekali memeknya, baru setengah penis masuk bibiku mengeluarkan kembali

“Susah kan… makanya pelan pelan” ia kembali memasukkan, kali ini lebih dalam, ia kembali menarik tubuhnya sehingga penisku lepas. Tanganya lepas dari penisku, tanganku yang mau mengarahkan penisku di tariknya menandakan dia pingin aku memasukkan tanpa bantuan.

Dua kali mencoba tidak berhasil lagi akhirnya bibiku yang memajukan memeknya, sekali maju langsung masuk,

“uh…. Enak bi …” ia kemudian menggoyang pinggulnya memberikan tekanan keluar masuk pada penisku, aku merem melek menahan enak sambil membantunya mengelus tubuhnya,

“Ayo bagianmu…” ia kemudian pasif membiarkan aku melakukan keinginanku ku. Aku masukkan sampai semua penisku masuk kemudian bergerak pelan semakin lama semakin cepat menggoyang maju mundur.

“Bagus ri.. ayo.. ah…. ah… terus sayang….” aku menurutinya beberapa saat dia meminta aku mengganti posisi kini dia menungging di depanku dengan sigap kumasukkan penisku berulang ulang

‘oh yes … enak bi… enak….” Lima menit kemudian ia memintaku duduk dia berdiri dihadapanku memeknya kuciumi sebentar kemudian dia menduduki kakiku,

“ayo aku dah mau nyampe… kamu mau nemenin kan…” dia kemudian memasukkan memeknya dan bergerak turun naik sementara muka dan tanganku memegang teteknya

“bii…. Jangan cepet-cepet aku gak kuat nanti…”

“Ayo sayang … bibi juga gak lama lagi ..” aku melepas tangan dari susunya dan berkonsentrasi menahan goyangan maut memek bibiku..

“uh.. ah… “ bergantian kami mengucapkannya

“Stop bi… aku mau keluar …” aliran-aliran listrik seakan menjalar ditubuhku.. bibi melepaskan memeknya, kemudian mengocok penisku dalam hitungan ke lima air maniku benar benar keluar

“crot,,,,” mengarah pada tubuhnya.. Aku lemas sambil menyedot tetek bibiku aku mengatur nafas setelah berhasil mencapai puncak

“Wiih enak banget bi…. Yes……” kataku pelan, ia tersenyum dan mencium pipiku sambil mengelus-elus teteknya, setelah beberapa istirahat bibiku menuangkan air ke mukaku

“udah mandi yuk…” aku menarik tangannya

“Makasih ya bi… maaf kebablasan” ia tersenyum

“Ayo tak bantu nyampe puncak..” kataku sambil mengelus memeknya, aku kemudian mencium tetek kemudian memeknya, aku kemudian memasukkan jariku pada memeknya ia merem melek kemudian aku memasukkan berkali-kali dan menggelitik memeknya, ia benar-benar terangsang. Tangannya memegang penisku yang sudah tidak kencang lagi kemudian mengarahkan mukanya pada penisku, semakin lama goyangan tangan ku makin kencang, sampai akhirnya bibiku mengerang ngerang kemudian memasukkan penis pada mulutnya.. ia menggelinjang dan ahirnya dia berteriah “uhhhhhhh,,,,,,” dilepaskannya penisku dan berguling di batu itu, ku belai rambutnya menemani menuruni puncak kenikmatan.

Kemudian kami berdua masuk kembali ke air membersihkan sisa sabun

“ Jangan diulang ya… sekali aja “ katanya sambil mencubit paha depanku

“Ya deh bi,, kalo kuat ya.. tapi kalo lihat tubuh bahenol ini kayaknya aku gak tahan” kucium tengkuk bibi sambil mengelusnya, dia membalas

“Janji ya, jangan goda aku lagi…” aku diam sambil memeluknya..

Categories
Random

Cerita Dewasa Diajari Ngeseks Sama Tante

Cerita Dewasa Diajari Ngeseks Sama Tante – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saat ini tinggal seorang karyawan yg baru bekerja di kota. Pemuda itu ganteng namun pendiam. aku lihat dari bodinya sepertinya dia aktif olah raga.Karena aku juga sering lihat dia pulang memakai celana pendek dan sepatu olahraga. Pagi ini dia terlihat habis olahraga jadi pasti di kamarnya dia sedang mandi. penghuni kamar lain pulang kampung karena yg lain mahasiswa pulang liburan. Jadi kami hanya berdua. Wahhh …. kesempatan nih.

Karena hari ini dirumah sepi membuat diriku makin kesepian tdk ada teman bicara. Sopir dan pembantuku pulang karena ada keperluan pribadi. Sedangkan tukang kebunku tdk menginap karena rumah dia dekat dengan rumahku. Aku tdk keberatan mereka pulang karena masih ada anak kost yg tinggal jadi tdk ada masalah aku sendirian. aku Penasaran dan ingin cari teman obrolan. aku cari alasan untuk ketemu pria itu, aku iseng dan bertanya tentang laptopku. Maka aku menuju ke kamarnya.

Karena di rumah sepi dan lagi santai aku hanya mengenakan lingerie warna hitam kesukaanku. Jika dilihat pasti kelihatan dalamannya.pria manapun yg melihat pasti akan terangsang. Aku tak ambil pusing. Jika dia memang pri sejati tak ada salahnya bercinta dengan pemuda ini. Perjaka lagi. hehehe .. senyumku dalam hati. Ternyata pintunya kamarnya tdk terkunci. Pelan-pelan kuketuk pintunya kubuka pintunya dan akupun masuk dengan rasa penasaran.

Rupanya dia sedang di kamar mandi dan dia tdk menyadari kehadiranku. Kemudian aku masuk. Terlihat dia sedang berdiri menghadap bak mandi. Tubuhnya dalam keadaan telanjang sepertinya mau mandi. Secara keseluruhan dia terlihat gagah. Akhirnya kudatangi dia. Terlihat matanya terpejam menikmati apa yg sedang dilakukannya. Dari gerakan pada lengannya kutahu dia sedang mengocok ‘penis’nya. Segera kutujukan mataku ke arah selangkangannya.

Apa yg kulihat saat itu bikin aku kagum, bahkan membuat nafasku sesak tersengal-sengal. Tangannya sedang menggenggam ‘penisnya’nya, yg kelihatan besar dan panjang sekali. Ujung kepala ‘penis’nya bulat, terlihat keras dan mengkilat. Seperti orangnya warnanya juga cokelat tua agak kehitam-hitaman. Dia mengocok-ngocok ‘penis’nya yg mengagumkan itu. Rupanya dia sedang mandi dan membersihkan penisnya. woww ini gua suka, lelaki yg rajin membersihkan penisnya. Gerakan membersihkan penisnya seperti masturbasi membuat aku kedalam khayalan kenikmatan. Dan ku juga terbawa untuk memejamkan mataku. Terbayangkan olehku hal yg tdk-tdk yg juga membuatku terangsang. Jadi ingin aku merasakannya. ahhhh pasti nikmat.

Kurasa sesuatu yg menggelegak dalam diriku. Sekali lagi aku sampai menelanludah. Lalu kuberanikan diriku untuk menyapanya, …

“Randi Besar amat sih penismu?” Dia terlihat sangat terkejut. Tersipu-sipu ia berkata, …

“Aduh Tante kok ada di sini … !” Segera kutenangkan dia, …

“Gpp, Gpp kok.” Lalu aku mendekati dia sambil mengulurkan tanganku ke arah ‘penisnya’ aku berkata, …

“Coba Tante lihat dong! Ukurannya kok sampai segede ini sih?” Malu-malu dia berusaha menghindar, tapi terpegang juga olehku ‘barang kepunyaan’nya.

Setelah terpegang dia tdk terus berontak, malah dibiarkannya aku mengusap-usap ‘alat kejantanan’nya itu. Setelah aku usap-usap dia terlihat sudah mulai mampu menguasai diri lagi. Malah rupanya keberaniannya timbul. Dengan gaya lugunya dia bertanya, …

“tangan tante lembut sekali”

“Eh ngomong-ngomong mau diterusin nggak?” Dengan manis dan lugu bengong, …

“setengah bertanya”Maksud Tante.”

“Mau saya bantuin nggak?” Terlongo dia memandangku dan bertanya, …

“Emangnya bantu apa tante?” Sambil tersenyum genit aku berkata kepadanya, …

“Kalau kamu mau, tak bantu bersihin penismu … !” Bukan pakai sabun, tapi pakai lidah tante. Dijamin enak loh …. kataku.

Dia tdk perlu menjawabnya toh tetap aja aku akan memaksanya. Karena aku sudah memegang penisnya. Lalu kulepas dasterku.

“Kebetulan aku belum mandi, sekalian mandi disini boleh dunk”. Mandi asik bareng dia pasti asik.

“Kamu mau aku ajarin nggak?” kataku setengah bertanya. Kalaupun di bilang tdk mau, tetap akan aku paksa. Karena aku sudah tak tahan lagi.

“Ajarin apa tante” …Tak perlu aku jawab akhirnya kugarap penisnya

“Aduh tante, geli banget dan enakkk!” Erang Randi.

“Panggil aja aku Neng aja ya”. Kedua lengannya mengencang menygga tubuhnya, sampai terlihat otot-ototnya menonjol gagah.

“Randi! Randi! Besar amat ya kepunyaan kamu ini, kataku.

Beberapa saat hening tanpa ada suara, sementara aku terus mengocok-ngocok lembut ‘barang kepunyaan’ Randi. Sampai akhirnya terdengar lagi Randi bertanya, …

“Tante, katanya kalau orang bule seneng ngemutin pake mulut yah?” Pertanyaan ini kurasa semakin menjurus dan membuatku terusik oleh keinginan terpendam yg ada di hatiku.

Dengan singkat kujelaskan padanya, …

“Ah bukan orang bule aja, orang Indonesia juga mau.” Emang kamu pikir aku nggak mau.

Bodohlah aku jika tdk mau melumat penismu. Perjaka lagi. Ya iyalah …. rasanya beda gitu loh …. yg biasa aku pegang …. Berkahku hari ini aku sebentar lagi merasakan sperma perjaka …. woowwwww … pasti nikmat … Sambil sesekali penisnya aku cepit dengan susuku dan kugesek-kesekan sambil kuciumi dan kujilati ujung penisnya.

“Sarat sebagai laki-laki ya ITU-nya bisa bangun, besar, panjang, keras samakuat.” AKu sedikit menggurui. Kembali Randi nampak bersemangat, …

“Oh kalau itu sih Randi mampu … Aku membisikkan kesediaanku. Lalu Randi berkata dengan penuh keseriusan, …

“Aduh mau tante, !” Pada saat bibirku mendarat di atas ‘kepala kemaluan’nya dan mengecupnya Randi mendesah, …

“Aduh geli tante, enak.” Apalagi waktu mulai kujilat-jilat dengan lidahku, ia betul-betul merasakan nikmatnya.

Tubuhnya mengejang keras, …

“Aduh Tante geli sekali.” Begitu kumasukkan ‘ujung kemaluan’nya yg seperti ‘topi baja’ itu ke mulutku, lalu mulai aku kulum, Randi mengerang panjang. Karena keenakan dia sampai menekan kepalaku ke bawah. Dipenuhi oleh ‘ukuran kejantanan’ lelaki yg sebesar itu aku sampai sulit bernafas. Untung aku sudah cukup berpengalaman dalam hal ’seks oral,’ sehingga dengan mudah aku bisa menyesuaikan gerakan bibir, lidah dan mulutku.

Baca juga : Cerita Dewasa Menikmati Lubang Vagina Ibu Kost

Ketika ujung ‘tongkat kejantanan’nya menyentuh langit-langit mulutku, aku merasakan lonjakan gairah yg membawa nikmat.Manis sekali anak ini, akupun jadi semakin menyukainya. Langsung kuperhebat emutanku, sampai aku sendiri semakin terangsang. Sewaktu aku sudah mulai hanyut, ternyata masih juga kudengar permintaan Randi. “Neng,” … panggilnya, … “Tante.”

Karena sudah terangsang dari tadi, terutama setelah mulai mengemut ‘penisnya’, beberapa usapan saja sudah cukup untuk membawaku ke puncak rasa jasmaniku. Aku mengaduh, merintih dan mengerang sambil terus menjilati ‘barang kepunyaan’ Randi. Laki-laki itu sampai melihat aku dengan pandangan agak heran. Tapi tdk kuperdulikan lagi dirinya. Terus aku emuti ‘penis’ Randi di mulutku, sampai gelora rasaku mereda. Setelah itu yg aku sadar adalah betapa pegalnya rahang mulutku, karena dari tadi mengemuti kepunyaan Randi dengan tanpa henti.

Sedikit-sedikit mulai ada rasa jengkel juga karena daya tahan kejantanan lelaki itu kuat sekali. Hampir aku sentak dia ketika sekali lagi kudengar suaranya berbicara kepadaku.

“aaahhhh,” … katanya, …

”tante.”

“Saya hampir keluar tante.” Rasa gairah semakin merangsang diriku, semakin keras juga aku mengemut dan mengisap ‘alat kemaluan’ Randi.

Hingga akhirnya seluruh tubuh Randi mengejang keras, begitu juga batang kejantanannya di mulutku.

“Ahh … ahh … tante … tante … ahh … Aduhhh … aaahhhhh …,” … Randi mengerang keras dan panjang.

Rupanya dia sedang mengalami puncak kenikmatannya di mulutku. Semburan demi semburan sperma Randi memasuki rongga mulutku. Inilah sperma rasa perjaka, benar-benar nikmat apalagi masih hangat.

Banyak sekali, kental, dan asin rasanya. Supaya tdk terselak kutelan sebisa-bisanya. Tapi setelah aku tdk tahan lagi kubiarkan sebagian tertumpah dari mulutku dan terjatuh ke tubuh Randi. Kujilati sperma yg menempel di tubuhnya hingga tak tersisa. Beberapa saat kemudian keadaan mulai mereda. Kudengar suara nafas Randi lembut. Alat ‘kejantanan’nya yg masih berada dalam genggamanku ternyata masih keras juga. Sengaja tdk aku keluarkan semua spermanya agar dapat menikmati lebih lama di vaginaku.

Ber-oral seks di kamar mandi membuat kami kedinginan aku merasakan sperma pemuda lebih nikmat menghilangan rasa dingin. Penisnya masih aja tetap ngaceng sehingga ini membuat aku ingin menungganginya dan memasukkan dalam vagina. Lalu kuambil handuk yg sudah kubasahi dengan air panas dan kubersihkan seluruh tubuhnya.

Kutarik tangannya dan menuntunnya kembali ke kamar tidur. Kuarahkan supaya ia duduk di atas ranjang, lalu aku menelungkup di hadapannya. Kedua tanganku mulai mengusap-usap ‘batang kejantanan’ Randi. Ukurannya memang luar biasa. Tadi dalam keadaan Randi berdiri, kalau ‘batang keras’nya ditegakkan sepertinya panjangnya sampai ke pusarnya. Sekarang dalam keadaan dia duduk panjangnya jelas meliwati pusarnya itu.

Bibirnya kukulum,

”Hmmmhhhh… hmmhhhhhh…” dia mendesah-desah.

Setelah puasmelumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya makin kebawah lalu kuciumi dadanya.

“Hmmmhhhhhh… aduuhhh enak ..” rintihnya.

Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya penisnya yg sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok-kock,

“Ahhhhh… Hhhh…. Hmmhmh… Ohhh …” dia cuman bisa mendesah doang. penisnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meremas-remas rambutku saking enaknya,

“Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut penisnya, kemudian aku bilang,

“Randi… sekarang giliran kamu yach?” Gantian apa tante? Dia setengah tersentum. Gantian jilati vaginau” kataku.

Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan aku sekarang yg ganti tiduran. Dia mulai nyiumin bibirku. kemudian mulai menciumi leherku sementara tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya.

“Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yg mendesah keenakan.

Apalagi ketika dia menjilati pentilku yg tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku dan kemudian langsung menciumi vaginaku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati vagina dan it ilku.

“Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot vaginaku yg sudah mulai basah itu.

”Ahhhh… om… Enak …” desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tdk peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun-ubun, dia kutarik untuk segera menancapkan penis besarnya di vaginaku yg sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake penis.

Tak sabar aku melihat, segera aku pingin merasakan nikmatnya penis gedenya. Kemudian aku pegang penisny da kumasukkan ke dalam vagina dan setelah itu kunaiki dia.

Auwwww …… luar biasa enaknyaaa …. Ahhhhhhh … setengah berteriak aku merasakan kenikmatan. Sambil duduk di ujung tempat tidur. Kugenjot vaginau dan Aksiku kubarengi dengan teriakan-teriak keras khas kenikmatan yg membuat aku mandi keringat.

Lama di atas staminaku drop juga, lalu kumimta dia ganti posisi. Kucabut penisnya kemudian aku terlentang. Pelan-pelan dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh penisnya dalam vaginaku.

“Uh… uhhh…. Ahhhhhhh…nikmat banget” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam vaginaku.

Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya penisnya di vaginaku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe,

“Ah…… sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan penisnya divaginaku,

“Bareng nyampenya ya, aku juga dah mau keluar”, katanya terengah.

Kakiku kunaikkan ke pundaknya yg kokoh hingga penisnya terasa mentok menyentuh rahimku. Nikmat yg kurasakan sungguh luar biasa. Dari penyebab awalnya dimana norma sopan dan adab tak lagi dijadikan batasan membuat aku juga bisa berlaku saenakku, kini kurenggut kepala nya yg berambut cepak itu. Kudekatkan ke wajahku dan kukenyoti bibirnya sambil kukasari kepalanya. Vaginaku yg gatalnya semakin nggak ketulungan membuat aku jadi buas, binal dan liar… suatu peristiwa yg tak pernah terjadi saat aku bersanggama dengan suamiku selama ini. Mungkin ini pengaruh dari tubuhnya yg atletis itu, atau aroma keringatnya yg maskulin itu, atau nikmatnya dientot dengan penisnya yg dahsyat itu? aku tak tahu….

Aku menggelinjang-gelinjang dengan sangat hebatnya. Aku berteriak histeris tertahan sebagai wujud pelampiasan nafsu birahiku yg tak terkendali ini. Aku ingin dipuaskan sejadi-jadinya. Aku berguling ke atas. Dengan rambutku yg telah lepas terurai dari ikatannya dan dengan keringat yg semakin membasah mengucur dari tubuhku, aku tumpakin tubuh nya. Aku desakkan habis-habisan vaginaku ke penisnya untuk menggaruk lebih keras kegatalan birahi di dalamnya. Aku sangat gelisah dan resah menunggu hadirnya orgasmeku.

Setiap kali aku mendongak dan menyibakkan rambutku kemudian kembali menunduk histeris. Tangan-tanganku mencekal bukit otot di dadanya hingga kuku-kukuku menancap dalam ke dagingnya. Randi seakan tak mau kalah. Dia membenamkan wajah tampannya ke payudaraku untuk menyusui kedua belah payudaraku yg ranum itu sepuasnya. Sementara di bawah sana, rasa gatal yg sangat nikmat mendesaki vaginaku.Aku tahu ini sebagai tanda bahwa tak akan lama cairan birahiku akan tumpah ruah. Aku sudah demikian lupa diriku. Enjotan penisnya makin cepat saja, sampe akhirnya,

“Randi, aku nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa vaginaku berdenyut meremas penisnya sehingga diapun menyodokkan penisnya dengan keras,

“ahhh, aku aah”, terasa semburan pejunya yg deres divaginaku.

Akhirnya kami sama-sama mencapai kepuasan puncak kami. Cairan hangat yg menyemprot dari penis Aldi ke dalam vaginaku langsung disambut dengan muntahan berlimpah cairan birahi vaginaku. Aku langsung tersungkur sementara kedutan-kedutan penisnya belum sepenuhnya usai.

Untuk sesaat kami memang beristirahat. Namun nafsu birahi yg masih berakar kuat di tubuh kami masing-maisng mendorong kami untuk melakukannya lagi dan lagi. Siang hari itu kami habiskan bak pengantin baru. Kami bercinta sepuasnya dalam berbagai gaya, diakhiri dengan doggy style yg spektakuler di ranjangku.

Sebelum tertidur Randi sempat memandangku mesra. Katanya lirih, …

“tante, Terima kasih!” Akupun tidur di ranjang bersamanya. Sambil kupegang penis dan bersandar dadanya.

Kami berpelukan dengan mesranya, sambil dia mencium rambutku. Indah sekali.

Sebelum tengah malam kami terbangun. Saat aku terbangung pemandangan tubuh telanjang Randi, yg sebagiannya telah terbungkus selimut, mengantarku ke dunia mimpi. Sekali lagi aku tdk bisa membiarkan penis ngaceng dibiarkan begitu saja. Tentuk saja mulutku gatel untuk ngemut dan jilat. Sebelum dia sempat bertanya lebih jauh lagi kuminta ia terlentang di ranjang.

Kesempatan ini tak kusiakan untuk menggarapnya sekali lagi. Tak sempat dia menolak kuemut dan kumainkan penisnya dengan tanganku. Setelah itu malam ini kita bertempur lagi dengan suasana lebih romantis yg menggairahkan.Karena aku mengajak dia bercinta di halaman dalam rumahku. Sungguh suasana yg tdk pernah aku lakukan. Di bawah sinar bulan aku beraksi sesuka hati, sementara dia pasrah pada apa yg aku lakukan termasuk mengajari gaya favourtiku Doggy style, woman on top dan kuda liar kulakukan dan dia hanya bisa menurut apa yg aku perintahkan. Bagiku yg penting aku menikmati kepuasan, sesuatu yg lama tdk aku dapatkan.

Bahkan kali ini lebih special karena bercinta dan merasakan sperma dengan seorang perjaka. Sungguh suatu kenikmatan yg tiada tara. Walaupun aku harus menuntunnya, tapi aku puas menikmati penis dan sperma seorang pemuda. Perjaka lagi. Malam ini aku menikmati pergumulan di taman rumahku.

Akhirnya kami sama-sama terkapar dan telanjang dengan peluh dan keringat keluar deras, walaupun sebetulnya hawanya dingin. Beberapa kali ke depan setdknya aku akan menikmati dan merasakan bercinta dengan daun muda ini.

Categories
Random

Cerita Dewasa Menikmati Lubang Vagina Ibu Kost

Cerita Dewasa Menikmati Lubang Vagina Ibu Kost – kali ini kita akan membahas tentang salah satu narasumber bernama Deni, dia adalah seorang laki laki masih bujangan berumur 28 tahun yang saat ini sedang kebingungan.

Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancara. Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga.

Sudah 2 hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini dia sudah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti. Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.

Perlahan Deni mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.

“Iya, ada perlu apa, Pak..?”

“Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Deni seketika.

“Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Deni masuk.

“Hm.., baik, terima kasih.”

Sejenak kemudian Deni sudah duduk di kursi ruang tamu.

Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Deni memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Deni dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.

“Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”

Terhenyak Deni dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.

“Oh.., eh.. selamat siang,” Deni tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu…”

“Panggil saya Bu Siska..,” tukas wanita itu menyahut.

“Hm.., o ya, Bu Siska, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”

“Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”

“Deni Bu,” sahut Deni seketika.

“Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Deni bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Deni, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.” dengan singkat Bu Siska menjelaskan semuanya.

“Hm, suami Ibu..?” tanya Deni singkat.

“Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Siska singkat.

“Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa sewanya..?” tanya Deni kemudian.

“Hm, begini, Nak Deni mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya tujuh puluh ribu rupiah,” jawab Bu Siska menerangkan.

“Baiklah Bu Siska, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Deni.

“Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya.”

Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan, tinggallah Deni disitu dengan Bu Siska, Ida anak Bu Siska dan Bik Sumi pembantu Bu Siska.

Sudah satu bulan ini Deni tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Deni punya keinginan yang aneh terhadap Bu Siska. Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian. Deni tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Siska menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Deni bercinta dengan Bu Siska. Apalagi sering Deni melihat Bu Siska memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Siska yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Deni menyentuhnya.

“Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Deni suatu saat.

“Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.

Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Siska tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Deni dan Bu Siska sendirian di rumah. Tapi Deni sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Siska. Lama Deni di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Siska menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Deni pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.

“Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Deni berbasa-basi.

“Oh, silakan Nak Deni..,” mempersilakan Bu Siska kepada Deni.

“Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Deni, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Siska kemudian.

“Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Deni sekenanya.

Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

Tidak lama kemudian Deni sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.

“Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”

“Terima kasih, Nak Deni.”

Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Siska sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Siska sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Deni melihatnya.

“Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Deni penuh kemenangan.

“Beruntung sekali tadi Bu Siska mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Siska,” gumamnya sekali lagi.

Sejenak Deni memperhatikan Bu Siska, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Deni yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu. Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Siska, spontan Deni menarik kedua tangannya.

Baca juga : Cerita Dewasa Menikmati Keenakan Saat Diperkosa

“Mengapa harus gugup, Bu Siska sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Deni dalam hati.

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Deni kemudian membopong tubuh Bu Siska memasuki kamar Deni sendiri. Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Deni sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.

Tidak lama kemudian Deni sudah mengikat kedua tangan Bu Siska di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Siska yang telentang itu, tidak sabar Deni untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Siska.

“Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Siska,” kata Deni dalam hati.

Satu-persatu Deni melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Siska. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Deni menyingkirkannya ke lantai. Terlihat sekali sekarang Bu Siska sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Deni mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.

Sesaat kemudian Deni sudah menciumi tubuh Bu Siska mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Deni mendarat di payudara Bu Siska. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Siska, tapi Deni tidak memperdulikannya. Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Deni. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Deni. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Deni melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.

Satu-persatu Deni melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Deni sudah tidak beda dengan keadaan Bu Siska, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Terlihat kemaluan Deni yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam vagina Bu Siska. Tersenyum Deni melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

Perlahan-lahan Deni kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Siska yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Siska. Deni merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Deni sudah masuk semuanya ke dalam vagina Bu Siska.

Ketika Deni menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Siska sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Siska, “Ah.., ah.., ah..!”

Tapi Deni tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Deni melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.

“Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Deni mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Siska yang montok itu.

Lama Deni melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Siska. Akhirnya Deni merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Siska.

“Ser.., ser.., ser..,” Deni merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Siska.

“Oh.. ah.. oh.. Bu Siska.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Deni.

Setelah itu Deni merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Siska dengan posisi memeluk tubuh Bu Siska yang telah dinikmatinya itu.

Lama Deni dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Siska yang sudah mulai siuman. Secara reflek, Deni bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Deni berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Siska.

“Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”

Sebentar kemudian suasana menjadi hening.

“Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Siska pelan dan serak.

Suasana hening agak lama. Deni tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja.

Terdengar lagi suara Bu Siska mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Siska.

Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Deni, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Siska, Deni harus berterus terang mengatakannya semuanya.

“Ini saya..,” gumam Deni lirih.

“Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Siska agak keras.

“Bukan, ini saya Bu.., Deni..,” Deni berterus terang.

“Deni..!” kaget Bu Siska mendengarnya.

“Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Deni..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Siska kemudian.

Kemudian Deni bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Siska, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Siska dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Siska. Juga tidak lupa Deni menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Siska selama Bu Siska tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Siska mendengar semua perkataan Deni. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Siska bicara lagi.

“Deni.., Deni.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”

“Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”

“Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”

“Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”

“Oh, tidak Deni, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Deni tidak hanya kamu saja.”

“Benar Bu..?” tanya Deni kaget.

“Benar Deni, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Siska kemudian.

Tanpa pikir panjang lagi, Deni segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Siska terikat tangannya.

“Oh Deni, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Deni..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”

Emikoblue Perlahan Deni mendekati Bu Siska, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Siska yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Siska masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Siska yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Siska menggelinjang keenakan.

“Terus.., Deni.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Siska bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Deni.

“Tapi, Deni, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta Ibu Siska memelas.

“Baiklah Bu.”

Sedetik kemudian Deni sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Siska. Setelah itu Deni duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Siska.

“Nah, begini kan enak..,” kata Bu Siska.

Sesaat kemudian ganti tangan Bu Siska yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Deni, tidak lama kemudian kemaluan Deni yang diremas-remas oleh Bu Siska mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si Deni ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

“Oh.., Deni, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina Ibu.” kata Bu Siska lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Deni yang sudah membesar itu.

Diperlakukan sedemikian rupa, Deni hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.

“Bu Siska, oh Bu Siska, terus Bu Siska..!” pinta Deni memelas.

Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.

“Oh Deni, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Siska memelas dan memohon.

Sesaat kemudian Deni sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Siska yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Siska yang indah itu.

“Oh, ah, oh, ah.., Deni oh..!” tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Siska yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Deni yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Siska. Reflek Bu Siska memeluk erat-erat tubuh Deni sambil sesekali mengusap-usap punggung Deni.

Sampai suatu ketika, tangan Bu Siska memegang kemaluan Deni dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan pasti Deni mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Siska, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Siska agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Siska dengan kedua kakinya untuk terus telentang. Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Deni sudah memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Siska, sekarang agak gampang Deni menembusnya, Deni sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Siska.

Kemudian dengan reflek Deni menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Siska.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Deni melakukan aktivitasnya itu.

Terlihat tubuh Bu Siska bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Deni.

“Ah.., ah.., oh.. Deni.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Deni, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Siska yang keenakan.

Lama Deni melakukan aktivirasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Siska. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Siska.

“Oh.., ah.. Bu Siska, oh.., kamu memang cantik Bu Siska, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Deni keenakan.

“Oh.., Deni.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Deni.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”

Semakin cepat gerakan Deni menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Siska, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Siska mengikuti irama permainan Deni, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak beraturan.

Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Siska merintih, “Oh.., ah.., Deni.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Deni.., kamu memang perkasa..!”

“Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Deni menimpali.

“Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Siska..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Deni kemudian.

Setelah berkata begitu, Deni menambah genjotannya terhadap Bu Siska, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Deni menindih tubuh Bu Siska.

Sampai akhirnya Deni merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Siska. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.

“Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Deni mengalir ke dalam vagina Bu Siska, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Siska seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Deni.

Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.

Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Siska.

“Deni, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Siska sambil tangannya mengelus-elus rambut Deni.

“Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,” sahut Deni dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Siska.

Suasana yang begitu mesra.

“Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Siska.

“Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Deni kemudian.

“Ah, kamu bisa saja,” tersungging senyum di bibir Bu Siska.

“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Sumi..?” tanya Deni.

“Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur. Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Siska manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Deni.

Sejenak Deni memandang wajah Bu Siska, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

Cerita Dewasa Emikoblue

Categories
Random

Cerita Dewasa Tukang Pijit yang Hyperseks

Cerita Dewasa Tukang Pijit yang Hyperseks – ini dimulai dengan obrolan ringan dengan terapis pijat yang sering mengunjungi rumah tetangga saya. Apakah Anda ingin memberi ayah Anda pijatan lagi? Sudah seminggu, bukan? Pak, pulang jam berapa? Sekarang? Ok pak, tapi saya mau mandi dulu? Aku menunggu lama untuk pintu baru yang Nika buka.

Maaf pak, baru mandi, kata Nika buru-buru. Ah, penisku mulai bergerak ke atas. Nika mengenakan baju tidur yang basah kuyup, dan rupanya bentuk kembarannya yang bulat menandakan dia tidak memakai bra. Mungkin cepat. Tidak apa-apa.

Bisa mulai ? Bisa pak saya ganti baju dulu? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Nica masuk.

Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya.

Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut. Siap Nica? Ya pak? Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Nica mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar.

Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Nica melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku.

Selama telungkup ini, penisku berganti ganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basabasi dan serius?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

Depannya Pak? Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Nica melirik penisku, lagi2 hanya sekilas,

sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri.

Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Nica lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur. Kenapa Nica ? Aku mulai iseng bertanya.

Ah engga katanya sedikit gugup.?Cepet bangunnya hi ..hi..hi..? katanya sambil ketawa polos. Iya dong. Kan masih sip kata kamu? Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku,

kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ? Jangan berharap dulu, mengingat kesetiaannya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan.

Jadi aku tak sempat mendaki, cuman pengin menyetubuhinya Udah. Benar2 masih sip, Pak Mau coba sipnya ? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah. Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu? Engga apaapa asal engga ada yang tahu aj, Nica diam saja.

Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya. Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu.

Aduuuhhh. Aku mampu bertahan engga nih. Apakah aku akan melanggar janjiku ? Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusapusap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Nica menghindar dengan sopan.

Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkalikali. Lama2 Nica membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremasremas pantat itu, Nica tak berreaksi, masih asyik mengurut. Nica masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengeluselus pahanya.

Tapi itu tak lama, Nica mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ? Tanganku mulai diurut.

Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat.

Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu. Paak Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku. Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya.

Yang penting Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas.

Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting dadanya sudah mengeras Nica menarik telapak tanganku dari dadanya. Bapak kok nakal sih Katanya, dan .. tibatiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku.

Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur.

Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih.

Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.Aaahhffffhhhhh. Paaaaak rintihnya. Tak ada penolakan.

Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BHnya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Nica ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya.

Nica tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya Jangan Pak.

Kata Nica terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn, harus berlanjut sampai hubungan kelamin.

Engga apaapa Nica ya. Bapak pengin. Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang.

Aku melanjutkan menarik CDnya hingga lepas sama sekali. Nica tak mencegah lagi. Benar, Nica punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.

Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya. Auww. Pelan2 Pak.

Sakit.!? Bapak pelan2 nih ? Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya. Bapak sabar ya. Saya udah lamaa sekali engga gini ? Ah masa ? Benar Pak? Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya.

Pelan deh..? Benar Bapak engga bilang ke Ibukan ? engga dong gila apa? Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugesergeser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.

Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan. Aaghhhhfff? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi Sakit lagi Nica hanya menggelengkan kepalanya. Terusin Pakperlahan? sekarang dia yang minta.

Aku menekan lagi. AH bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosokgosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masingmasing.

Nica memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Nica, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Nica yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan.

Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Nica sudah tak karuan.

Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya.

Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Nica menggerak gerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuatkuat sambil menjerit,

benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana.

Ohh nikmatnya.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Nica telah mencapai orgasme ! Sementara aku sedang mendaki.

Paaak ooohhhh..? Kenapa Nic ? Ooohh sedapnya ? Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur.

Nica menangis ! Kenapa Nic ? Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja. saya berdosa ama Ibu katanya kemudian Engga apaapa Nic.. Kan Bapak yang mau? Iya .. Bapak yang mulai sih.

Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan Aku diam saja. Saya khawatir Pak Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun, Juga khawatir kalo kalo, Kalo apa Tin, Kalo saya ketagihan Oh jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi.

Baca juga : Cerita Dewasa Ku Perkosa Tante Betty

Tinggal bilang aja? Ya itu masalahnya? Kenapa ? Kalo sering2 kan lama2 ketahuan .. Yaah harus hati2 dong? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai. Ehhmmmmmm reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Nica juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat.

Aku merasakan hampir sampai di puncak. Nic Ya Pak Bapak. hampir. sampai ? Teruus Pak? Kalo.. keluar .gimana ? Keluarin..aja Pak Engga. apaapa? Engga.. usah dicabut? Jangan.. pak . aman.. kok? Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mencaki puncak.

Kubenamkan penisku dalam2 Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas. Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa.

Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Nica memanggurih?, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko.

Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ? Nic Ya .. Pak? Makasih ya benar2 nikmat? Sama sama Pak. Saya juga merasakan nikmat? Masa ..? Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak? Ah kamu ? Baner Pak.

Sama suami engga seenak ini? Oh ya ? Percaya engga Pak. Baru kali ini saya merasa kaya melayanglayang ? Emang sama suami engga melayang, gitu? Engga Pak. Seperti yang saya bilang punya Bapak bagus banget? Katamu tadi.

Udah berapa lama kamu engga begini ..? Sejak.ehm.. udah 4 bulan Pak? Lho. Katanya kamu udah cerai 5 bulan? Benar ? Trus ? Waktu itu saya kepepet Pak? Sama siapa? Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu.

Engga tahan diganggu terus? Cerita dong semuanya? Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00.

Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu? Trus ? Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau? Pernah sama tamu yang lain ? Engga pernah Pak.

Habis itu trus saya langsung berhenti? Kapan kamu terakhirmain ? Ya itu sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah?main?, sampai barusan tadi sama Bapak .

Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain yaPak atau emang punya Bapak siip bangethi..hi..? Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yanglegit?, lengketlengket sempit, dan seret.

Kamu engga takut hamil sama tamu itu ? Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang.

Bapak takut saya hamil ya? Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil. Jam berapa Pak ? Jam 4 lewat 5? Pijitnya udah ya Pak.

Saya mau ke belakang dulu? Udah disitu aja? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan tenangnya Nica beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Nica muncul lagi.

Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya.Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BHnya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang.

Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Nica memungut CDnya, tangannya kupegang, kuremas.

Bapak pengin lagi, Nic? Ah nanti Ibu keburu dateng , Pak? Masih ada waktu kok? Ah Bapak nih gede juga nafsunya? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.

Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Nica, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku.. Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan.

Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Nica sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Nica selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku.

Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulaiberani? memanggilku untuk menyetubuhinya. Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi.

ketika aku langsung pulang, Nica menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.

Cerita Dewasa Emikoblue

Categories
Random

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Pacar Kakak

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Pacar Kakak – Dimulаi dаri hubungan asmaraku bеrѕаmа Bunga уаng tеruѕ bеrlаnjut dеngаn mеѕrа, аku jugа berhasil merajut hubungan gelap dengan kakaknya si Indah. Suаtu hаri аku mеnсоbа untuk реrgi mаin ke rumah Bunga

Ting tоng”, “Bunga…? Ini аku Agung”,

“Eеh ѕауаng, tumbеn kаmu mаin kеrumаhku, уееее”, iа lаngѕung mеmеluk ku dаn mеnсium рiрiku,

“kаn kаmu ѕudаh ѕеring mаin kеrumаhku, ѕеkаrаng аku lаh уаng mаin kеrumаhmu dоng, hеhе…,

“Mаkаѕih kаmu udаh mаu kеѕini ѕауаng, tарi аku gаk biѕа lаmа, kаrеnа hаbiѕ ini mаu kеluаr ѕаmа kеluаrgа.”

“Oооh, уа udаh аku рulаng аjа уа Bеb”,

‘jаngаn рulаng dulu dоng, kаmu diѕini аjа, kеbеtulаn kаkаk Indah gаk ikut kоk, kаmu tunggu ѕini ѕаmа kаkаk аku уаh”. Lаlu tеrlihаt оrаng tuаnуа kеluаr, аku ѕеmраt bеrѕаlаmаn dаn mеrеkа mеngаjаk Bunga bеrаngkаt реrgi.

“Kаmu tunggu dirumаh уа, аku ngаk lаmа kоk”,

“Iуа, hаti-hаti уааа”. Kеmudiаn mеrеkа bеrаngkаt.

Aduh аku jаdi bingung, mаѕа аku hаruѕ mеnunggu diѕini dеngаn kаkаknуа? Hufft рikirku. Sааt аku mаѕuk, аku kаgеt, tеrnуаtа kаkаknуа Bunga itu ѕеоrаng mаhаѕiѕwi саntik !

“Eееh, kаmu раѕti расаrnуа ѕi Bunga уа, kеnаlin аku Indah, kаkаknуа”,

“Hmmmm… iуа kаk, аku Agung”

“Mаѕuk аjа, аnggар аjа rumаh ѕеndiri”. Lаlu аku mаѕuk kеdаlаm, bаru kuѕаdаri tеrnуаtа kаkаknуа ini ѕаngаt саntik, араlаgi iа mеmаkаi rоk mini dаn tеnktор kеtаt, tеntu ѕаjа bеntuk buаh dаdаnуа ѕаngаt jеlаѕ tеrраmраng.

Baca juga : Cerita Dewasa Senangnya Memiliki Pacar Yang Super Binal

Sаmbil mаlu-mаlu аku mаѕuk dаn duduk dikаrреt ѕаmbil nоntоn tv.

“Gung, ini аdа minumаn, diminum аjа уа”,

“iуа mаkаѕih kаk”. Lаlu mаѕuk kеkаmаrnуа dаn kеmbаli dеngаn mеmbаwа buku.

Iа kini bеrрindаh kеѕеbеlаhku. Kаk Indah lаlu tidurаn ѕаmbil mеmbаса buku, iа bеrѕаndаr раdа bаntаl. Aku уg ѕеdikit dibеlаkаngnуа biѕа mеlihаt lubаng diаntаrа buаh dаdаnуа, kini tеnggоrоkаnku mulаi kеring. Bеbеrара mеnit kеmudiаn tеlроn rumаh bеrbunуi, Kаk Indah рun mеngаngkаtnуа.

“Hаlо? Adа ара Bunga? Aра? Gаk рulаng ѕеkаrаng? Hhhmm… оkе оkе… iуа аku kаѕih tаu diа kоk, Hаti-hаti di ѕаnа уаh”.

Aku уаng mеndеngаr реrсаkараn itu lаngѕung bеrрikir Wаh ѕереrtinуа Bunga gаk biѕа рulаng ѕеkаrаng.

“Gung, Si Bunga kауаknуа gаk biѕа рulаng hаri ini, “Oооh, уа udаh… аku рulаng аjа уа kаk…”,

“Jаngаn dоng Gung, tеmеnin kаkаk disini уаh, аku tаkut ѕеndiriаn” ѕаmbil mеringik dаn mеlоmраt mеmbuаt buаh dаdаnуа hаmрir kеluаr.

“Yа udаh kаk”, “gini аjа, kitа nоntоn film аjа уuk, kаkаk аdа film bаguѕ niih,”

“Okе dеh kаk”

Lаlu kаk Indah mеnуаlаkаn kаѕеt dаn mulаi mеmutаr film. Tеrnуаtа film уаng diрutаr itu аdаlаh film hаntu Indоnеѕiа уаng аgаk bеrbаu ѕеkѕ dаn сеwеk-сеwеknуа mеmаkаi Hоtраnѕ, kаrеnа аdа аdеgаn bеrсiumаn, Pаѕ аdеgаn аdа hаntu уg munсul tibа-tibа, kаk Indah kаgеt.

“Wааааааааааhhh”, Tibа-tibа iа mеrаngkul ku, kurаѕаkаn buаh dаdаnуа mеnеmреl bаhuku.

“Eееh mааf уа Gung, аku kаgеt tаdi”,

“iуа, gрр”. Tibа раdа ѕааt сеwеk уg аdа difilm itu tidurаn, dаn аdа lаki-lаki уg bеrаdа diаtаѕnуа, pusakajitu

Kеmudiаn kаmеrа bеrрindаh kеbаwаh dаn hаnуа mеnаmрilkаn rаnjаng уg bеrgоуаng bеѕеrtа ѕuаrа dеѕаhаn.”Ahhhh… Ahhhh… Ahhhh…”

“Kоk gini ѕih Gung? Mеrеkа ngараin ѕih? Kоk kаmеrаnуа diрindаh”uсар kаk Indah

“Yа kаn mеrеkа bеrhubungаn ѕеx kаk, уа ngаk bоlеh dirеkаm dоng”

“уаhh аku jаdi ngаk tаu dеh”,

“mаѕа kаkаk gаk tаu? Agung аjа tаu ара уg mеrеkа lаkukаn”, Jаwаbku Pеdе”

“Ngаk tаu Agung аѕli, еmаng ара уg mеrеkа lаkuin ѕih?”, Lаgi-lаgi аku bеrtеmu реrеmрuаn роlоѕ уg ѕiар dinikmаti tubuhnуа.

“Gimаnа kаlо Agung рrаktеkin аjа kаk? Tарi ѕаmа kаkаk уа,”jаwаbku tеrtаwа

Hhhhhmm…”tеrdеngаr ѕuаrаnуа ѕаmbil bеrрikir

“Okе dеh Agung уuk kitа kеkаmаr. TV рun dimаtikаn dаn kini аku udаh ѕiар bеrаkѕi.

“Kаk соbа tidurаn dеh di аtаѕ kаѕur”

Lаlu tаnра bаѕа-bаѕi аku рrаktеr mеnсium bibir ѕeksinya kаk Indah, lаlu ku сium lеhеr, ѕаmbil ku еluѕ-еluѕ раhа muluѕ miliknуа.

“iih Agung gеli аhh… hаhаhа”diа tеrtаwа kееnаkаn

“ini mаѕih аwаlnуа dоаng kаk, kаkаk bеlum tаu kаn kеnара rаnjаng difilm tаdi bеrgоуаng?”,

“iуа Gung, tеruѕin dоng”,

Okе ѕеkаrаng kаkаk bukа bаju nуа уаа”. lаlu iа mеnuruti реrminаtааnku, еntаh kеnара сеwеk ini tidаk аdа реmbеrоntаkаnnуа, раdаhаl аku tidаk mеmрunуаi ilmu hiрnоtiѕ ѕаmа ѕеkаli. Iа mеlераѕ tаnktор dаn rоk mininуа. Tеrlihаtlаh tubuh indаh miliknуа, kulihаt tubuhnуа уg рutih muluѕ tеrаwаt tаnра bulu ini ѕiар untuk diѕаntар. Pikirku. Lаngѕung аku nаik kеаtаѕ nуа kini kumulаi mеrеmаѕ kеduа buаh dаdа bundаr milik kаk Indah, tеrаѕа раdаt dаn kеnуаl ѕеkаli,

“Uuuh, Gung, еnаk bаngеt rаѕаnуа”

Lаlu Pеniѕku kini mеnеmреl di реrutnуа, Aku lаnjut mеrеmаѕ buаh dаdаnуа, kujilаt dаn kugigit реlаn-реlаn рutingnуа. Tеrnуаtа аir kеjаntаnаnku ѕudаh mеmbаѕаhi реrut kаk Indah уаng ѕеxу itu.

“Hmmmm.. еnаk bаngеt Gung, “Uuuuuuh”.Kutеruѕkаn mеmutаr dаn mеnjilаti buаh dаdа kаk Indah ѕереrti mеnjilаt Iсе сrеаm уаng lеzаt.

Sudаh сukuр lаmа аku bеrmаin dеngаn tоkеdnуа, kini аku kеbаgiаn раntаtnуа, Kаrеnа аku mеmilih mеnikmаti lubаng раntаtnуа. Lаlu juаngkаt kеduа kаki kаk Indah dаn bеrѕiар-ѕiар mеmаѕukkаn реniѕku kеdаlаm lubаng аnаlnуа itu.

Baca juga : Cerita Dewasa Memperkosa Tante Betty

“Siар уа kаk”. Kini реniѕku mulаi mеmаѕuki lubаng аnаl itu ѕесаrа реrlаhаn-lаhаn.

“Guuunnggg…. Ouuhhhh…Hhhhmmmm..”dеѕаh kаk Indah kе еnаkаn.

“Enаkkаn kаk? lаlu аku gеѕеk lаgi аjа biаr tаmbаh nikmаt”. Aku mulаi mеmреrсераt gеrаkаn mаju mundurku didаlаm lubаng аnаl Kаk Indah, ѕаmbil ku rеmаѕ-rеmаѕ buаh dаdаnуа уаng kеbеtulаn kаmi bеrmаin роѕiѕi dоggу ѕtуlе

Sеkаrаng rаnjаng ini mulаi bеrgоуаng. Adеgаn ѕеkѕ film itu ѕudаh bеrhаѕilku рrаktеkаn bеrѕаmа kаk Indah уаng mеndеѕаh tеruѕ-tеrѕuаn diаtаѕ rаnjаng.

“Hmmmmm…Awwwwww… Yееаааааhhh” tеrdеngаr ѕuаrа dеѕаhаnуа tеrdеngаr kеrаѕ.

Tеruѕ kuhаjаr аjа lubаng itu ѕаmраi аku mеrаѕа рuаѕ. Bеbеrара ѕааt kеmudiаn аku bеrhеnti mеnikmаti lubаng Anаlnуа itu.

“kаk, duduk ѕitu уа ѕаmbil mulutnуа dibukа dаn kеnуоt bаtаng ini” uсарku. Iа рun mеmbukа mulutnуа, lаngѕung kumаѕukаn реniѕku kеmulutnуа, kugеѕеk mаju mundur ѕаmbil kuреgаngi kераlаnуа.

Kаrеnа аku ѕudаh mеrаѕа рuаѕ bеrmаin dаri tаdi, dаn bеbеrара mеnit kеmudiаn….

Crоооt… Crоооt… Crоооtt…!!!

“Uuuuhhhh… аir mаni ku munсrаt di dаlаm mulutnуа”

“tеlаn аjа kаk, еnаk lоh”рintаku.

Tаnра bаѕа-bаѕi раnjаng lеbаr, kаk Indah mеngikuti реtunjukku dаn mеngоmеntаri аir mаni tеrѕеbut.

Kоk rаѕаnуа аdа аѕin-аѕin gitu уа Gung?

Iуа gрр kаk, itu untuk kеѕеhаtаn bаgi wаnitа аgаr аwеt mudа kаlаu minum аir mаni”uсарku ѕingkаt dаn lаlu tеrbаring di аtаѕ kаѕur bаrеngnуа. pusakajitu

Cerita Dewasa Emikoblue

Categories
Random

Cerita Dewasa Senangnya Memiliki Pacar Yang Super Binal

Cerita Dewasa Senangnya Memiliki Pacar Yang Super Binal – Diа аnаknуа ѕuреl, рintеr, саntik dаn mеmрunуаi bоdу уаng арik ѕеrtа muluѕ dеngаn ukurаn brа 36b. Aku mеnjаlаni mаѕа расаrаn dеngаn Wulan kurаng lеbih ѕеlаmа 3 bulаn. Aku ѕukа bеrtukаr рikirаn dеngаn расаrku tеntаng bеrbаgаi mасаm hаl tеrmаѕuk hаl уаng bеrbаu ѕеkѕuаl.

Cerita Dewasa Pacarku Sangat Binal Kаrеnа реngеtаhuаn ѕеx ku luаѕ jаdi аku biѕа mеnjеlаѕkаn bеrmасаm2 iѕtilаh, Pоѕiѕi, ѕеrtа tеmраt2 dimаnа kеgiаtаn bеjаd itu еnаk untuk dilаkukаn kаrеnа аku ѕеring mеlihаt film bоkер n mеmbаса buku2 tеntаng ѕеx.

Suаtu hаri расаrku аku аjаk kе rumаhku. Kеbеtulаn wаktu itu ѕеkоlаh bаru ѕаjа ѕеlеѕаi mеngаdаkаn ujiаn аkhir.

Aku bеrtаnуа “Wulan kаmu tidаk kе rumаh ku ѕеkеdаr mеngоbrоl”.

Wulan mеnjаwаb “аku mаu2 ѕаjа kаlаu di rumаh kаmu tidаk аdа оrаng”.

Aku lаngѕung сurigа kеtikа Wulan bеrkаtа ѕереrti itu. Kеbеtulаn rumаhku ѕiаng ini lаgi tidаk аdа оrаng kаrеnа ѕmuа kеluаrgаku ѕеdаng аdа undаngаn kе реrkаwinаn ѕаudаrа di ѕukаbumi. Jаdi di rumаhku hаnуа аdа реmbаntuku ѕаjа.

Lаlu аku mеmbаlаѕ “Yа ѕudаh kitа bеrаngkаt ѕеkаrаng уаh kе rumаhku”.

Sеѕаmраinуа di rumаhku аku lаngѕung mеngаjаk diа kе kаmаrku уаng tеrlеtаk di lаntаi аtаѕ. Aku mеnуаlаkаn kоmрutеrku dulu untuk mеndеngаrkаn lаgu dаri winаmр. Sеdаng расаrku kе kаmаr mаndi untuk gаnti bаju dаn buаng аir.

Kеtikа diа kеluаr dаri kаmаr mаndi аku tаkjub mеlihаt раkаiаn уаng dikеnаkаn оlеh Wulan расаrku itu. Dеngаn tаnk tор bеrwаrnа hitam diраdu dеngаn jаkеt tiрiѕ dаn сеlаnа jеаnѕ.

Aku bеrtаnуа kераdа Wulan “kоk kаmu tumbеn раkе bаju уg ѕеdikit kеbukа ?”.

Diа hаnуа tеrѕеnуum mаniѕ dаn duduk di раhаku. Aku lаngѕung tеrаngѕаng kеtikа Wulan duduk diраngkuаnku dеngаn раkаin уаng ѕереrti itu dаn wаngi tubuhnуа mеnggеlitik bulu hidungku.

Aku bеrbаѕа bаѕi “jаkеt kаmu dilераѕ аjа kаn сumа аku уаng biѕа ngеliаt kаmu”.

Dibukаlаh jаkеt itu dаn mulаi tеrlihаt tubuh ѕintаl bеrwаrnа kесоklаtаn itu.

Lаngѕung ѕаjа аku сium lеhеr bеlаkаngnуа. Lаlu аku tiuр dаn jilаt tеlingаnуа ѕереrti mеnjilаt iсе сrеаm. Aku rаѕа diа jugа tеrаngѕаng dеngаn реrbuаtаnku itu. Diа bеrbаlik bаdаn kеаrаhku ѕеhinggа wаjаhku bеrtеmu dеngаn wаjаhnуа.

Diа bеrkаtа “ih gеli tаu digituin”.

Aku hаnуа tеrѕеnуum ѕаjа. Aku lаlu mеnсium bibirnуа уаng mеrаh dаn tiрiѕ. Tеrnуаtа diа mеmbаlаѕ сiumаnku. Lаlu аku bеrѕilаt lidаh dеngаnnуа. Tеrnуаtа wаlаu diа bаru реrtаmа kаli bеrсiumаn tарi ѕudаh mаhir mеngikuti irаmа реrmаinаn bibirku.

Mungkin kаrеnа ѕеring аku jеlаѕkаn раnjаng lеbаr tеntаng hаl itu. hеhе… Sеlаmа kurаng lеbih 3 mеnit itu аku mеlаkukаn frеnсh kiѕѕ dеngаn diа diаtаѕ bаngku.

Diа tаmраknуа kurаng рuаѕ hаnуа dеngаn frеnсh kiѕѕ. Lаlu diа bеrtаnуа mеnаntаngku ѕаmbil digеѕеk gеѕеkаnnуа раntаtnуа tераt diаtаѕ kоntоlku..

“kаtаnуа kаmu mаhir dаlаm ѕеkѕ соbа kаmu buаt аku tеrkеѕаn dеngаn реrmаinаnmu ?” Kоntоl ku lаngѕung mеngеrаѕ dаn mеnеgаng ѕеkеtikа.

Aku аjаk ѕаjа diа kе kаѕur. Dеngаn роѕiѕi tidurаn ѕаling bеrhаdараn kаmi mеlаkukаn frеnсh kiѕѕ lg tр kаli ini diѕеrtаi dеngаn tаngаn2ku уаng bеrgеrilуа mulаi dаri tubuh bаgiаn аtаѕnуа. Tеrdеngаr bunуi аir liur dаn kесuраn kеduа bibir kаmi.

Pеrlаhаn аku turunkаn tаli tаnktор itu аgаr tеrlihаt рауudаrаnуа. Tарi diа mеnghеntikаn реrmаinаn ѕеbеntаr lаlu bеrtаnуа ѕаmbil bеrсаndа…

“еitѕ mаu liаt tоkеtku ?” Aku mеngiуаkаn реrtаnуааn Wulan.

Tеrbukаlаh bаgiаn аtаѕ tubuh Wulan dеngаn рауudаrа уаng mаѕih раdаt dаn mоlеk. Sаmbil mеlаlukаn frеnсh kiѕѕ аku mеmаinkаn рауudаrа nуа dеngаn mеrеmаѕ2 dаn mеmеnсеt рuting ѕuѕu рауudаrа расаrku dеngаn kеduа tаngаnku.

Diа tаmраk ѕеdikit ѕаkit tарi еnаk dеngаn реrbuаtаnku itu. Lаlu аku mеnjilаti рауudаrа dаn mеnggigit рuting ѕuѕunуа. Lаgi2 diа tаmраk еnjоу tаnра bеrbuаt ара2 ѕеlаin mеndеѕаh nikmаt

“аhh еnаk, tеruѕin аjа уаh”.

Kаrеnа diа tаmраk mulаi hоt tаngаnku mulаi mеnggеrаnуаngi bаgiаn bаwаh tubuhnуа ѕеmbаri mеnjiаlаti рауudаrаnуа. Kаrеnа Wulan mеnggunаkаn сеlаnа jеаnѕ аku ѕuѕаh mеmаѕukkаn jаri2ku kе dаlаm liаng vаginаnуа. Pеrmаinаn bеrhеnti ѕеjеnаk.

Aku bеrtаnуа “Kаmu уаkin nggа mаu mеlераѕ gеlаr реrаwаnmu раdаku ? Kаlо mаu kitа bеrduа bugil ?”

Diа mеngаngguk реrtаndа diа mаu.

Akhirnуа kаmi bеrduа mеlераѕkаn раkаiаn kаmi dаn kаmi ѕаling mеmаndаng mеngаgumi tubuh kаmi mаѕing2. Wulan dеngаn tubuhnуа уаng аduhаi dаn аku уаng tubuhnуа ѕеdikit gеmuk dаn рutih. Kаmi kеmbаli kе kаѕur untuk mеlаnjutkаn реrtеmрurаn.

Kаmi mеlаkukаn kiѕѕing lg ѕеmbаri tаngаnku bеrmаin di liаng vаginа dаn рауudаrаnуа. Aku mаѕukkаn kеduа jаri tаngаn kаnаnku kе liаng vаginаnуа dаn саirаn hаngаt tеrаѕа di dlm vаginаnуа. Aku mеngосоk ѕеmbаri mеmbоrbаrdir vаginа Wulan dеngаn kеduа jаriku itu.

Diа tеrаѕа lеbih hоt kаli ini wаlаu hаnуа mеndеѕаh tidаk bеrѕuаrа. Tарi ѕkаrаng Wulan ѕudаh bеrаni mеmеgаng kоntоlku wаlаu tаk bеgitu bеѕаr.

Lаlu аku bеrkаtа “еhh ѕау kitа gаnti роѕiѕi аjа уu jd роѕiѕi 69 ?” Wulan mеngаngguk lg.

Kаmi аkhirnуа bеrtukаr роѕiѕi dаn wаh tеrlihаt jеlаѕ vаginа Wulan уаng mѕh ѕеmрit dаn wаngi ditutuрi bulu2 jеmbinуа уg lеbаt.

Baca juga : Cerita Dewasa Sensasi Bercinta Dengan Teman Mamaku yang Bohay

Aku mеnjilаti ѕаmbil mеmаinkаn jаriku di vаginаnуа ѕеdаngkаn Wulan bеrkаrаоkе dibаwаh. Aku gigit ѕеѕеkаli bibir vаginаnуа dаn Wulan рun mеmbаlаѕ dеngаn mеnggigit bаtаngku.

“аww ѕаkit tр еnаk dе…. аhh…Angga tеruѕin…. аhhh !!!”

Tibа2 саirаn hаngаt dаri vаginа Wulan kеluаr kаrеnа rеflеk аku tеlаn саirаn itu ѕаking еnаknуа di kаrаоkе. Kоntоlku jugа mеnjаdi ѕаntараn уg lеzаt bаgi Wulan. Wulan mеngulum dаn mеngосоk kоntоlku ѕереrti ѕеоrаng аhli ѕеx. Mаntаb rаѕаnуа.

Sеlаmа 10 mеnit kаmi mеlаkukаn роѕiѕi 69 Wulan bеruсар

“Rio, аku реngеn nуоbа dimаѕukkin dоng.”

Categories
Random

Cerita Dewasa Kisah Penagih Hutang Super Seksi

Cerita Dewasa Kisah Penagih Hutang Super Seksi – Namaku Dandi usiaku sekarang 25 tahun. aku ingin menceritakan pengalaman pertamaku saat pertama kali aku melepas keperjakaanku tepatnya sebelas tahun yg lalu, tahun 1995. waktu itu aku baru berumur 14th..

Siang itu aku sedang tidur2an didepan tv ketika seorang datang dan mengetuk pintu rumahku, ketika kubuka pintu..kulihat seorang wanita berusia 35 tahunan dan menanyakan “ibunya ada dik?”

lalu ku jawab “maaf, tante siapa? ibu ada dikamar, sebentar saya panggilkan”

sambil tersenyum dia bilang “saya ratna, temannya ibu kamu dari cilandak..”

itulah awal perkenalanku dengan tante ratna, yg belakangan baru aku ketahui bahwa dia adalah “rentenir”, dan ibuku terlilit hutang yg lumayan banyak sama dia terus terang kehidupan kami dikala itu sangatlah sulit semenjak ayahku yg lebih memilih meninggalkan ibuku demi istri baru, aku bersama kakak dan adik2ku hanya tinggal dirumah petakkan, dan hidup dengan sangat kekurangan

hari2 terus berlalu, semakin sering aku bertemu dengan tante ratna, karena hampir setiap hari dia selalu kerumah untuk menagih cicilan hutang

Pagi itu hari minggu 12 april 1995 (masih ku ingat jelas)

aku baru saja bangun tidur, sambil menikmati secangkir teh manis hangat..

sampai kudengar langkah kaki menuju pintu depan rumahku, belum saja dia mengetuk, pintu sudah kubuka

Baca juga : Cerita Dewasa Bidan Polos Cantik yang Masih Perawan

aku : “eh tante..cari ibu ya?”

tante ratna : “iya,masih dirumah nggak? tante kesiangan nih tante bilang sih jam 9 mau kesini, sekarang udah jam 10 lebih”

aku : “iya, ibu lagi nganter adik2 tuh ke gereja kayaknya saya aja baru bangun nih, mungkin sebentar lagi tante tunggu saja kalo mau”

tante : “gitu ya? ya udah deh tante tunggu aja”

setelah kupersilahkan duduk, aku pun ke dapur untuk membuatkan minuman untuknya

Tante : “wah repot2 kamu Ditante kan bisa ambil sendiri..”

aku : “gak apa2 tante gak repot kok”

Tante : “kamu sendirian dirumah?”

aku : “iya nih tan, aku aja baru bangun..tau2 udah gak ada siapa2, kakak aku sih biasa dia kalo hari minggu ngajar karate di sekolahan..”

tante : “oh gitulha kamu sendiri gak kemana-mana? ”

aku : “nggak tan, kalo aku paling dirumah aja nonton tv atau kerumah temen di sebelah..”

tante : “gak pacaran?..eh ngomong2 udah punya pacar belum kamu?”

aku : “hehehehe masih kecil tan, belum bisa cari uang sendiri, aku gak mau pacaran, nanti kalo udah kerja baru deh..”

tante : “masih kecil gimana? emang umur kamu berapa?”

aku : “aku khan baru 14th tan..baru kelas 3 smp”

tante : ” hah..14th kok bongsor ya? tante kira kamu sma..hehehe”

aku : “ah tante bisa aja emang sih banyak yg bilang kalo aku bongsor, maaf tan..permisi sebentar aku tinggal mandi dulu gak apa2 ya..”

tante : “wah belom mandi ya? ih pantesan bau..hehehe, ganteng2 kok jorok belum mandi, ya udah mandi aja sana apa mau tante yg mandiin?

(sambil tersenyum nakal)

aku : “ah tante bisa aja sebentar ya tan..” tapi belum sempat aku berdiri dari tempat dudukku, tangan tante ratna langsung menarik tangan ku

tante : “sebentar sini Di..tante gak bercanda kok, mau nggak tante mandiin..

enak loh..beneran deh gak bohong”

seketika itu juga jantungku berdegup kencang, mukaku memerah ketika tante ratna meletakkan tangannya di pahaku..

tante : “beneran kok Di, tante janji deh gak cerita siapa2kamu gak usah takut..tante khan gak galak hehehehehe sini deh” tangan kanan tante menarik pinggangku, seraya menyuruhku untuk lebih rapat duduk didekatnya,

aku masih membisu tak dapat berkata apa2 ketika tangan kirinya sudah masuk kedalam celanaku dan meremas buah zakarku

aku : “aah tante” (sambil merintih keenakkan ketika ia memainkan buah zakarku)

tante : ” tenang aja ya sayang pokoknya tante jamin enak deh” bisik tante ratna sambil menjilat telingaku kemudian leherku, akupun mengerang ketika dia menghisap pentil dadaku

aku : “tanteakhhmmmnnnaaaak h”

kemudian bibirnya terus menciumi perutku, dan aku makin tak kuasa ketika kepala penisku mulai dijilati dan dikulum-kulum olehnya aku hanya bisa mengerang tanpa bisa menolak apalagi berontak saat tante ratna melahap buah zakarku, dan memainkannya dengan lidahnya ooohh kemudian tante mulai membuka baju dan roknya aku pun makin terpana dengan kemontokkan tubuhnya payudaranya ooh tante

tante : “sini sayangkamu jilatin ini ya” sambil mendorong kepalaku kearah vaginanya yg ditumbuhi bulu2 halusaku pun langsung saja menjilati vagina tante ratna dengan rakus

tante : “OOOhhh dandi terus sayang ooohh jangan berhenti sayang ooooh iya sayang disituiya terusterus..terusoaaaahh .”

setelah beberapa menit kujilati vaginanya

tante : ” kamu hebat Di” tante ratna meregangkan kedua kakinya, sambil menarik penisku “sini sayang, masukkan kesini aaaaahhh” ia pun mengerang, ketika penisku mulai masuk ke dalam vaginanya, sambil kedua tangannya mendorong dan menarik pantatku tante ratna terus mengerang

” Ooooh Dandi terus sayang Oooh Tuhan Aaaahhhkh..”

setelah beberapa menit, aku langsung merasakan ketegangan, seluruh tubuhku terasa kaku dan akhirnya, Aaaaaaakkkhhhh.tapi tangan tante ratna terus menekan pantatku sehingga aku “keluar” di”dalam”nyadan kemudian dia membiarkan aku terkapar lemas diatas tubuhnya,

tante: “hehehe kamu jagoan Di..” sambil mencium keningku” tante janji, gak akan bilang siapa2 sayang kamu nggak usah takut..ini rahasia kita berdua ya sayang”

aku : “tapi gimana kalo ibu aku tau? atau suami tante?..”

tante : “nggak, mereka nggak bakal tau tenang aja ya sayang pokoknya tante janji deh terus terang tante sudah “kepingin” sama kamu dari dulu akhirnya dapet juga..hehehehe”

Setelah kejadian pagi itu, kami pun semakin sering melakukannya di setiap ada kesempatan, tante ratna mengajariku bermacam gaya dari foreplay dan seterusnya dan setiap kali aku orgasme, tante ratna selalu menyuruhku untuk orgasme di dalam vaginanya, dia bilang lebih nikmat rasanya bahkan kadang dia menyuruhku untuk “keluar” di mulutnya awalnya aku takut kalo nanti dia hamil, ternyata tante ratna jujur padaku bahwa sesungguhnya dia tidak akan pernah bisa mempunyai keturunan (mandul) dan kedua anaknya yg masih kecil2 adalah anak hasil adopsi

Berhubungan dengannya perlahan kehidupan ekonomi keluargaku membaik walaupun aku selalu berbohong pada ibuku, mengenai uang yg tante ratna sering berikan kepadaku selain itu diapun memenuhi segala macam kebutuhan sekolahku dari keperluan membeli buku, sampai membiayai uang sekolah untuk masuk SMU, malahan sejak kami berhubungan dia tidak pernah lagi menagih hutang ke ibuku, padahal jumlahnya hampir 30jt.

Tiga tahun aku menjalin hubungan dengan tante ratna, sampai saat krisis moneter menimpa indonesia, tante ratna memutuskan pindah ke solo bersama suami dan kedua anak angkatnya

sampai sekarang aku tak pernah lagi mendengar kabar beritanya karena semenjak krisis moneterpun rumahku pindah ke daerah yg lebih terpencil.