Categories
Random

Cerita Dewasa Mengintip Tetangga Sedang Bercinta

Cerita Dewasa Mengintip Tetangga Sedang Bercinta – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Sore itu aku terbangun, Kulihat jam di mejaku menunjukkan pukul 4.00 sore Iseng aku memanjat dinding tembok pembatas kamarku, mau ngintip tetangga sebelahku melalui ventilasi. kulihat Mas Arif dan Mbak Ayu sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Ayu yang hanya memakai baju dalam.

Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan mainnya ?” pikirku mulai tak sabaran.

Kulihat Mas Arif dan Mbak Ayu berbicara sambil berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sesekali Mbak Ayu tertawa cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif meremas payudara Mbak Ayu.

Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Ayu, menyuruh Mbak Ayu memegang penis Mas Arif. Mbak Ayu kelihatannya menurut dan memasukkan tangannya ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Ayu menolak.

“Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke” desahku dalam hati kecewa.

Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Ayu. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya ngentot tampaknya akan terpenuhi.

Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak Ayu pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Ayu hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali. Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.

“Kecil sekali, dibandingkan punyaku,” kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.

Mas Arif pun langsung menghimpit Mbak Ayu, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Ayu. Kulihat Mbak Ayu memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Ayu yang tertutup bulu jembut. Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam memek Mbak Ayu, Mas Arif langsung memeluk Mbak Ayu sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.

Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif hanya diam memeluk Mbak Ayu.

“Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku” kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.

Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan “tumpang sari” pada Mbak Ayu. Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Ayu tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Arif menyusulnya. Aku menangkap kekecewaan di muka Mbak Ayu, meski Mbak Ayu berusaha tersenyum setelah “permainan” itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Arif.

Peristiwa “observasi awal” hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Ayu dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Ayu! Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Ayu. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.

Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,

“Hai Bud, apa kabar ?” tanya Toni sambil menjabat tanganku.

“Baik“ jawabku sambil tersenyum.

“Silahkan duduk”

Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,

“Ton, aku butuh bantuanmu”

“Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?”

“Aku butuh pekerjaan”

“Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?”

“Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain”

“Hm memangnya untuk siapa ?”

“Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya”

“Aneh…tapi jika itu maumu, ya tidak apa-apa”

“Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali”

“Oke, baik kalau gitu”

“Tapi…nanti jadwal wawancaranya aku yang tentuin”

“Terserah kamu”

Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jum’at dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.

Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Ayu itu.

Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif sedang menyuci bajunya.

“Mas…….saya ingin bicara sebentar” kataku mulai membuka percakapan.

Mas Arif pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.

“Ada apa Bud ?”

“Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang” jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.

Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu

“Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!”

“Ya Mas” kataku dengan senyuman.

Dalam hatiku, aku berpikir “Habislah sudah kesempatanku !”

Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu

“Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja” Mas Arif tiba-tiba permisi.

“Eee….nggak..nggak kok Mas, saya sudah bangun nih” kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.

“Gangguin tidur kamu nggak ?”

“Ndak…ndak kok, masuk aja” kataku mempersilahkan.

Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,

“Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ?” Mas Arif bertanya.

“Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya DHL, nggak jauh kok”

“Syaratnya gimana ?”

“Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi”

“Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja” Mas Arif sepertinya keberatan.

“Enggak….nggak… koq, perusahaannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu” kataku meyakinkan Mas Arif.

“Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?”

“Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja” kataku menyarankan.

Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.

Baca juga : Cerita Dewasa Kepergok Selingkuh Dengan Tante

Hari ini selasa sesuai prediksiku Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.

Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.

“Wa’alaikumussalam” terdengar jawaban Mas Arif dari dalam kamarnya.

Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan memakai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Ayu tampak cantik sekali.

“Bagaimana Mas, tadi ?” tanyaku

“Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara”

“Alhamdulillah, tak do’ain supaya berhasil”

“Terima kasih”

Setelah berbasa basi cukup lama, akupun permisi.

“Eehh…nanti dulu, kamu kan belum minum” Mas Arif berusaha mencegahku.

“Ayo Ayu buatkan air minumnya dong” perintah Mas Arif menyuruh istrinya, Mbak Ayu.

Aku menolak dengan halus,

“Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, aku masih ada urusan”

“Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya”

Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Ayu tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke kamarku, riang karena sebentar lagi “adikku” akan bersarang dan menemukan pasangannya.

Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Ayu sendirian di kamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.

Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,

“Assalamu’alaikum” aku memberi salam.

Lama baru terdengar jawaban,

“Wa’alaikumussalam” jawaban Mbak Ayu dari dalam kamar itu.

Pintunya pun terbuka, kulihat Mbak Ayu melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,

“Ada apa ya ?” tanyanya.

“Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.

“Oh, baiklah” kata Mbak Ayu sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.

“Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif” kataku mengarang alasan.

Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Ayu mempersilahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.

Di dalam kamar, aku menghidupkan komputer dan mengoperasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.

“Mbak pingin nonton ?” tanyaku sambil melihat Mbak Ayu yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.

“Film apa sih ?” tanya Mbak Ayu kepadaku.

“Pokoknya bagus” jawabku sambil kemudian memberikan petunjuk bagi Mbak Ayu, bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.

Mbak Ayu hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian “intinya”.

Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Ayu.

Setelah di kamarku. melalui ventilasi kulihat Mbak Ayu menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.

Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Ayu masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Ayu menyukainya.

Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Ayu pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

“Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh”suara Mbak Ayu mendesah–desah , tampaknya merasakan kenikmatan.

Aku kaget,

“Wah….hebat dia masturbasi” kataku dalam hati.

Ingin aku masuk ke kamar Mbak Ayu, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.

Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.

Film di komputer itu terus berjalan hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Ayu kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Ayu ternyata masih meneruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.

“Akkkhhhhhhh………” Mbak Ayu terpekik pelan menandai orgasmenya.

Sesaat setelah orgasme Mbak Ayu yang kelima akupun ejakulasi.

“Oooorghhhh………” suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.

Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Ayu nantinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.

Kemudian Mbak Ayu sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.

Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkembangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau Mbak Ayu ngomong macam macam soal Vcd itu, bisa berabe aku. Tetapi lama kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku mengintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu aku mulai mengintip, aku kaget karena kulihat Mbak Ayu dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka bersetubuh, Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Ayu kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Ayu seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.

“Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih”, pikirku.

Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, membuat Mbak Ayu tidak bisa lagi mencapai orgasme dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Ayu akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesempatanku.

Pagi itu setelah aku mandi aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Ayu yang sedang sendirian.

Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,

“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.

“Wa’alaikumussalam” suara lembut Mbak Ayu menyahut dari dalam kamar.

Mbak Ayu pun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.

“Oh ya, saya lupa memberitahukan cara menghidupkan Vcd kemarin” kataku sambil tersenyum.

Tiba-tiba raut muka Mbak Ayu menjadi sangat serius,

“Kamu kurang ajar ya, masa’ ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak” kata Mbak Ayu sedikit keras.

Aku kaget “ternyata ia marah”, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,

“Oh ma’af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma’af kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi”

Mbak Ayu masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.

Mbak Ayu kaget, melihatku mengikuti langkahnya,

“Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!”

Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,

“Alaa….Mbak jangan munafiklah, toh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala”

“Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak” bentak Mbak Ayu.

“Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Arif khan” kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.

Mbak Ayu terkejut,

“Kamu…..”

Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,

“Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Ayu, saya jamin Mbak Ayu bisa orgasme bila main dengan saya”

“Kurang ajar ! Keluar kamu !”

“Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Ayu jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mbak Ayu tidak memakai saya, seumur-umur Mbak Ayu nggak akan pernah mencapai orgasme lagi” aku mulai menghasutnya.

Mbak Ayu terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi…

“Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !”

Aku gemetar, tapi tetap berusaha,

“Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi !” kataku sedikit tegas.

Lama kulihat Mbak Ayu terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah…“Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !” kataku sambil beranjak pergi.

Tetapi kulihat Mbak Ayu hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Ayu, kulihat ia menangis.

“Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak” kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku. Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mbak Ayu dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mbak Ayu hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.

Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah “lubang” birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.

“Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh” desahan Mbak Ayu mengiringi setiap tusukan jemariku.

Aku ingin membuatnya terangsang dan mencapai orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana panjang dan kolornya sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Ayu dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Ayu yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya. Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,

“Elmm…..mmmm…….emmmm” dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali, “Akhh….ooohhhh……aaahhhhh” suara Mbak Ayu mendesah kuat tanda terangsang.

Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Ayu dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.

Perlahan kubimbing Mbak Ayu mencapai puncaknya, hingga akhirnya…“Aaaaaaakkkhhhhhh……” pekikan pelan Mbak Ayu mengiringi orgasmenya. Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Ayu yang orgasme. Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme. Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Ayu mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat.

“Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh” suara Mbak Ayu mulai meracau.

Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Ayu, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Ayu, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Ayu yang indah membukit.

Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Ayu bergantian, sementara desahan Mbak Ayu terdengar halus di telingaku, “Akhh….teruuss…..teruuusss” Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Ayu, dan vagina itu semakin becek,

“Crrtt…..crrtt……slrrpp”

Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Ayu yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Ayu sedikit kaget,

“Ohhh….oomlmmm…elmmmm” Mbak Ayu tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.

Aku memang berusaha membimbing Mbak Ayu agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa memasukkan penisku, mempenetrasi vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Arif yang biasa masuk.

Sambil mencium dan merangsang pepek Mbak Ayu, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras.

Lama akhirnya Mbak Ayu mencapai orgasmenya yang kedua kali,

“Ooorrggghhhhh….”

Mbak Ayu mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.

“Aaaaaahhhhh…” suara Mbak Ayu terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum.

Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Ayu dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat. Bunyi becekpun mulai terdengar,

“Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp” suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.

“Akhhh….yaaahh…terus…” suara desahan Mbak Ayu keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya kusandarkan di pundakku, pinggul Mbak Ayu sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Ayu yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.

“Ahhh…..ahhh….aaahhh”

“Ohhh……ohhhh……..hhhh”

Suara desahanku dan Mbak Ayu terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.

Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Ayu, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.

Tanganku memegang pinggul Mbak Ayu, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang bersenggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian.

Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama “Oooohhhhhhh…..” lenguhan panjang Mbak Ayu menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi. Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Ayu dan Mbak Ayu juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.

Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Ayu ternyata menangis !

“Kenapa Mbak Ayu ? saya menyakiti Mbak ya ?!” tanyaku lembut penuh sesal.

Masih terisak, Mbak Ayu menjawab,

“Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia”

Kami berdua tersenyum, kemudian pelan aku baringkan Mbak Ayu. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali. Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Ayu ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,

“Ahhh…..ahhh….aaahhh”

“Ohhh……ohhhhChhhh”

hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.

Aku ingin melakukannya bersama dengan Mbak Ayu. Untuk itu aku memeluk Mbak Ayu, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Ayu kembali terangsang, bahkan terlalu cepat.

Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Ayu,

“Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama ya”

“Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku sudah tak tahan lagi” desah Mbak Ayu, kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya.

“Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak” kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.

Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.

“Akhhh….ooohhh….ohhh” suara Mbak Ayu mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.

“Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !” suaraku mengiringi desahan Mbak Ayu, Mbak Ayu menuruti “saranku”, diapun akhirnya melepaskan orgasmenya,

“Aaaakkhhhhh…………”

“Ooorggghhhhh………” suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi orgasme Mbak Ayu. Erat kupeluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.

Setelah “permainan” itu, dalam keadaan bugil aku tiduran terlentang di samping Mbak Ayu yang juga telanjang. Mbak Ayu memelukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,

“Terima kasih Bud”

Mbak Ayu kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan menyesal melakukan ini dengan Mbak Ayu, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain dengan diriku, ini berarti aku menyengsarakan Mbak Ayu.

Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya itu dan kubelai serta kuusap pelan.

Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Ayu nantinya karena membuat dia tergantung padaku dan ternyata aku mulai mencintainya.

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Desahan Gadis Perawan Tetangga

Cerita Dewasa Desahan Gadis Perawan Tetangga – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah cerita porno, dan menonton film porno yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan.

Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memiawnya belum ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan- jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore. Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat.

Dengan sangat nafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideket didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.

Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya “Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata “eh…… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska “Biasanya bertiga, temennya mana..?”, dengan terbata-bata riska berkata “Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali dan kerkata “Sorry.” kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM. Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi.

Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya.

Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan- lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata “Terusss.. nikmattttt.. Ommmm……….. ahh.. ahhhh….” Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD.

Lima menit berlalu terdengar suara riska “Ahh.. terusss Om… terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh…” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memiawnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memiawnya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska. “Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh..” riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska “Udah dulu ya..” dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi,” ia langsut menyahut “Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memiaw aku udah basah..” sambil ia memegang memiawnya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya.

Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.

Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia “Lo riska ngak kesekolah nih?” dengan malu- malu riska menjawab “Ujan om..” aku langsung bertannya lagi “Ngak apa-apa terlambat.” “Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.” riska menjawab dan aku langsung bertannya “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”. “Ia om”, riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu- tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar- samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan. Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut.

Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memiawnya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memiaw dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang. Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru- buru melepaskan tangannya dari memiaw dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi “Teruskan saja, aku akan membantumu.” kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan.

Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras. “Ahhhhh terussssssss Omm…….. terusssssss…. nikmattttttt….. ahh…. ahhhhhhhhhhh……. isap terus Om.. Ahhhh…….. mhhhhhhhh. Omm…” Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan- lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan. “Ahh ugggh…. uuhh…. agh…. uhh…. aahh”, Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memiawnya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memiawnya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memiaw riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memiawnya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memiaw anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memiawnya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memiaw riska.

Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ah… tekan Omm.. enaaaakkkkk…terusssss Ommm…” Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang. “Ahh ugggh…, uuhh…, agh…, uhh…, aahh”, yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memiawnya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya. Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya.

Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memiawnya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memiawnya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku. “Aduh, Ommm…! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memiawnya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memiawnya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…,ooohh…, ehh”. “Oooom…, uuhh…” Riska menggeliat- geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. “Ahhh… mhhh… Omm…” demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemiawnya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memiawnya, membuat Riska tersentak dan memiawik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memiawnya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan- pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap- hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu.

Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah. Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memiawnya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya… lo bakal habis,riska..!” mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memiaw riska. “Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit Omm…” jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memiaw riska walaupun telah basah oleh lendirnya.

Baca juga : Cerita Dewasa Fanny Murid Lesku yang Imut

Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil. “Oooooohhhhgfg….. sa… kiiiit…. Sekkkallliii…. Ommmmm….”, dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memiaw riska “Bless, jeb..!” jeb! jeb! “Uuh…, uh…, uh…, uuuh…”, ia mengerang. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ommm Ahh…, matt.., maatt.., .ii… aku…” Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memiaw riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memiaw riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan “Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan.” Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memiaw riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memiaw riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”. “Ooommm…,sakkkitt…… uuhh…, Ommm…,sakitttt……….. ahh”. “Sakit sekali………… Ommm…, auhh…, ohh…” “Riska tahan ya sayang”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memiawnya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memiawnya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memiawnya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan.

Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang. “Oooom…., ooohh…, aahh…, ugghh…, aku…, au…, mau…, ah…, ahh…, ah…, ah…, uh…, uhh”, tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..! Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. “Aaww…, ooww…, sshh…, aahh”, desahnya lagi. “Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ommm, terruuss…, oohh” “Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “, rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memiawnya dan menyentuh rahimmnya. “Ahh…, ahh…, Oohh…” dan, “Crrtt…, crtr.., crt…, crtt”, air maninya keluar. “Uuhh… uuh… aduh.. aduh… aduhh.. uhh… terus.. terus.. cepat… cepat aduhhh..!” Sementara nafas saya seolah memburunya, “Ehh… ehhh… ehh..” “Uhhh… uhhh…. aduh… aduh… cepat.. cepat Ommm… aduh..!” “Hehh.. eh… eh… ehhh..” “Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet…” “Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam Ommm ooohhh… aku mau keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…”

Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memiawnya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memiawnya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih … suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memiawnya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. “Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan… sedikit lagi.., ayo..!” kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., “Seerr..!” terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memiaw riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.

Aku langsung memeluk riska dan membisikan “Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?” diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memiawnya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memiawnya keluar bersama darah perawan, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memiaw riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memiaw riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya “Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi” riska pun menjelaskannya “bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya” bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga.

Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Fanny Murid Lesku yang Imut

Cerita Dewasa Fanny Murid Lesku yang Imut – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Fanny (bukan sama sebenarnya), adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya.

Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.

Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer.

Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.

Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol.

Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.

Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang. CERITA HOT

“Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny.

“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. “Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.

“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.

“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. “Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.

“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.

Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.

“Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.

“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.

Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.

“Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata. Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.

Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.

Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.

“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.

Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.

Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.

“Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu. Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.

“Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.

Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

“Aaahh..”, dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.

“Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

“Aaahh”, Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.

Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya. “Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.

“Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.

Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.

“Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.

Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.

Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.

Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.

“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.

Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri.

Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.

Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.

Baca juga : Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Mertua

“Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.

Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”

Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.

“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.

Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.

“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

“Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

“Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya.

“Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.

“Aaahh”, Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana.

Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.

“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.

Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.

Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.

Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.

Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.

Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.

Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.

Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.

“Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.

Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina. “Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku.

Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.

Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.

“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali.

Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.

“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.

Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan. “Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.

Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.

Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.

Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya.

Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.

Categories
Random

Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Mertua

Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Mertua – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Menjelang kelahiran anak pertama saya, ayah mertua meninggal. Keluarga besar istri saya sangat terpukul. Terutama ibu mertua dan Rosi. Kedua perempuan ini memang yang paling dekat dengan almarhum.

Rumah ini terasa murung berhari-hari lamanya. Tetapi segalanya berangsur pulih setelah selamatan 40 hari dilaksanakan. Semuanya sudah bisa menerima kenyataan, bahwa semua pada akhirnya harus kembali. Apalagi semenjak anak saya lahir, tiga bulan setelah kematian almarhum.

Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi pusat pelampiaskan kasih sayang. Saya juga semakin mencintai istri saya.

Tapi dalam urusan tempat tidur tidak ada yang berubah. Seringkali saya tergoda untuk mencari pelampiasan dengan wanita PSK terutama jika teman-teman sekantor mengajak. Namun saya tak pernah bisa.

Sekali waktu saya diajak kawan ke sebuah salon esek-esek. Saya pikir tidak ada salahnya untuk sekedar tahu. Salon itu terletak di sebuah kompleks pasar. Kapsternya sekitar 15 orang.

Masih muda-muda, cantik, dan seksi dengan celana pendek dan tank top di tubuhnya. Para pengunjung seluruhnya laki-laki, walaupun di papan nama tertulis salon itu melayani pria dan wanita.

Di salon itu para pria minta layanan lulur, dan konon, di dalam ruang lulur itulah percintaan dilakukan. Sungguh aneh, saya tidak birahi. Benak saya dipenuhi pikiran bahwa perempuan-perempuan itu telah dirajam oleh puluhan penis laki-laki.

Mungkin ketika seorang pria menyetubuhinya, saat itu masih ada sisa-sisa sperma milik pria-pria lain. Inilah yang membuat saya tak pernah bisa menerima diri saya bersetubuh dengan perempuan PSK. Jadi bukan alasan moral. Saya lebih suka onani sambil membayangkan perempuan-perempuan lain.

Ketika anak saya berumur tiga bulan, istri saya sudah mulai masuk kerja dan kegiatan luar kota tetap dijalankan seperti biasa. Dia sudah dipromosikan dalam jabatan supervisor. Istri saya tampak senang dengan jabatan barunya, dan makin giat bekerja.

Tioap kali ke luar kota anak saya diasuh tante-tantenya. Rosi atau Mayang atau kadang-kadang Mak Jah. Hanya jika makan (bubur bayi) saja tante-tantenya tidak sabaran. Mereka tak sanggup menyuapi bayi. Saya sendiri geli melihat bayi makan. Bubur itu sepertinya tidak pernah mau masuk ke dalam perut. Hanya keluar masuk dari bibirnya. Cerita Hot

Ibu mertua saya yang paling telaten. Kadang-kadang satu mangkuk kecil masih nambah jika ibu yang menyuapi. Jika siang saya sering tidur dengan anak saya. Saya senang sekali menatap wajah mungilnya, Saya juga mulai pintar mengganti popok dan memberinya susu. Hanya kalau malam anak saya tidur dengan ibu mertua. Soalnya kalau tidur malam, saya susah bangun. Biar anak menangis keras-keras saya sulit bangun.

Siang itu, sepulang dari kantor, seperti biasa saya cuci muka dan tangan lalu rebahan di kamar. Badan saya agak meriang. Mungkin saya akan terkena radang tenggorokan. Kerongkongan saya agak sakit buat menelan.

Ketika ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa tidur sama Ibu?”

Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.

“Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.

“Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.

“Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”

Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.

“Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”

Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.

Setelah Ibu keluar dari kamar, saya segera tidur mendekap guling. Benar-benar sakit semua badan saya. Kepala juga mulai berat. Saya mencoba mengurangi rasa sakit dengan memijit-mijit dahi dan kening.

“Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.

“Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”

Dengan badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang pernah sih dikerik ibu mertua. Perselingkuhan

Baca juga : Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Adik Ipar Super Sexy

Tapi itu karena setelah ibu melihat saya dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada cara-cara penyembuhan tradisional.

Melihat kami bersitegang ayah mertua saya membela saya, dan menyuruh ibu mengerik saya.

Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.

“Mau ibu kerik?”

“Mm terserah ibu saja,” kata saya.

Dalam hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi (baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.

“Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.

“Setrika baju, Bu”

“Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.

“Lepaskan bajunya,” kata ibu.

Saya melepas baju dan celana panjang saya. Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya. Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada penyumbatan aliran darah. Entahlah.

“Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.

Ibu mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya. Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat.

Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan. Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik.

Saya berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.

Mungkin kalau tua nanti istri saya akan seperti ini ya. Umur ibu sekitar 50 tahun. Masih ada sisa-sisa kecantikan. Bagian wajahnya masih terlihat kencang. Hanya bagian leher dan lengan yang tampak memperlihatkan usianya. Kasihan sebenarnya, usia segitu sudah ditinggal suami.

Tiba-tiba badan saya tergelinjang. Refleks saya mencengkeram lengan ibu. Rupanya ibu mulai mengerik bagian perut. Ini yang membuat saya geli. Bahkan sangat geli. Bulu kuduk saya ikut berdiri.

Ibu terus mengerik perut saya, dan saya terus mencengkeram lengan ibu. Sesekali saya mengangkat bagian perut dan pinggul saya hingga menyentuh tubuh ibu. Gesekan-gesekan itu ternyata mnimbulkan rangsangan pada penis saya. Sedikit demi sedikit penis saya mengembang. Tegang. Gila. Nafsu saya juga muncul perlahan-lahan.

Saya bahkan dengan sengaja menempelkan bagian penis saya ke pinggang ibu. Sedikit menekannya dengan berpura-pura geli oleh kerikannya. Padahal tidak. Saya sudah mulai beradap tasi lagi. Tangan saya masih mencengkeram lengan ibu.

Jantung saya berdebar-debar ketika ibu menurunkan sarung. Di hadapannya tubuh bawah saya terbungkus CD dengan isi yang menegang dengan sempurna. Maksimal. Sesekali saya lihat ibu melirik ke arah penis saya. Diturunkannya bagian atas CD saya. Hanya sedikit. Ahh padahal saya berharap seluruhnya ditanggalkan.

Saya rasakan ujung penis saya tersembul keluar. Mustahil ibu tak meihatnya. Saya tatap wajahnya. Wajahnya tak menampakkan reaksi apa-apa. Mungkinkah perempuan ini sudah tawar terhadap seks? Ataukah dia menganggap saya tak lebih dari anaknya sendiri? Apakah dia pernah melihat penis lain selain milik suaminya?

Kerikan di bagian bawah perut menimbulkan sensasi yang luar biasa. Sesekali secara tak sengaja tangan ibu menyentuh ujung penis saya. Seperti dikocok dengan lembut. Saya telah benar-benar terangsang. Birahi saya membakar kepala saya. Saya beranikan diri mengelus lengan ibu.

Ibu makasih sudah mau mengerik badan saya,” kata saya gemetar.

Ibu cuma tersenyum. Saya tak tahu artinya. Ia terus mengerik. Saya memberanikan diri menurunkan sedikit lagi CD saya, sehingga separuh penis saya keluar.

“Bagian sini juga kan Bu?” kata saya menunjuk selangkangan.

“Iya,” suara ibu bergetar.

Sentuhan tangannya ke arah penis saya makin sering. Makin nikmat rasanya. Saya makin tak tahan. Saya turunkan sedikit lagi CD saya, dan kini terbukalah seluruhnya. Saya rasakan kerikan ibu sudah mulai kacau. Saya tahu ibu mulai terpengaruh oleh pemandangan di depannya. Ya. Mustahil kalau tidak. Bagaimana pu dia perempauan biasa, dan saya laki-laki asing.

Saya pegang tangan ibu, saya bimbing dengan pelan dan cemas menuju penis saya. Saya taruh tangan itu di sana. Tak ada reaksi. Tangan itu hanya diam. Saya berusaha menggerak-gerakan penis saya. Sekali waktu saya sentakkan.

“Bu..” saya mendesis dan menggerak-gerakkan pinggul saya.

Ibu sudah tak konsentrasi lagi di kerikan. Gerakannya sudah bukan lagi gerakan mengerik, tapi lebih menyerupai garukan. Saya usap punggung ibu. Saya telusuri lekuk badannya. Dia mengenakan daster. Saya rasakan tali BH di punggungnya.

Saya jadi penasaran seperti apa rupa payudara perempuan 50 tahun. Ibu meremas-remas penis saya, mengocoknya perlahan. Saya buka resluiting dasternya. Saya buka kancing BH-nya. Saya remas kulit punggung.

Memang tidak sekenyal istri saya atau Rosi. Tapi putihnya tetap membuat saya makin terangsang. Saya rebahkan tubuh ibu, saya cium pipinya, telinga, leher dan bibirnya. Kami berciuman penuh nnafsu. Saya lepaskan dasternya di bagian atas. Hmm, payudara yang kendur.

Tapi apa peduli saya. Saya telah dikuasai oleh nafsu. Saya ciumi payudara itu, saya hisap, saya remas. Ibu menggeliat-geliat dan mengocok penis saya. Saya turukan CD-nya. Ahh seperti apakah rupa memek perempuan 50 tahun? Seperti apakah rasanya?

Memek itu dibalut rambut yang amat lebat. Sepintas tak ada bedanya dengan milik istri saya. Sama-sama kenyalnya. Perbedaan baru saya ketahu setelah penis saya menyentuh lubang vaginanya. Terasa kendurnya. Tetapi gerakan-gerakan yang dilakukan ibu memberikan efek yang fantastis bagi saya.

Saya belum pernah merasakan yang seperti itu. Istri saya seperti telah saya ceritakan, tidak enjoy dengan seks. Tampaknya seks adalah bagian dari kewajiban rumah tangga, sehingga persetubuhan kami pun lebih mirip formalitas. Orgasme yang dia dapatkan tampakya tak pernah mengubah sikapnya terhadap seks.

Kini di bawah saya, ibu mertua seperti mengajarkan kepada saya, bagaimana seorang perempuan sejati di atas ranjang. Penis saya seperti diputar-putar, diremas-remas oleh memeknya. Luar biasa. Saya lebih banyak diam. Hanya bibir dan tangan saya yang bergerak ke sana-kemari, sedangkan bagian pinggul hanya diam menerima semua perlakukan ibu.

Ibu merintih-rintih, mengerang, lalu mendekap saya. Gerakannya makin hebat, membuat saya tak tahan lagi. Saya menggenjot pinggul sekuat tenaga, dengan kecepatan penuh. Kedua kaki ibu menekan betis saya, bibirnya mencium dan mengisap leher saya. Lalu diciumnya bibir saya dengan rakus.

Hampir digigitnya. Dan srrt srtt srtt sperma saya memancar di dalam vaginanya. Saya tahu ini akan aman bagi rahim ibu. Senyap di dalam kamar. Tubuh saya lemas, tapi pikiran jadi jernih. Ibu bergegas membetulkan letak dasternya, mengenakan CD, dan menghilang dari hadapan saya. Saya tertidur. Malas mau ke kamar mandi.

Peristiwa itu membuat hubungan saya dengan ibu menjadi kaku. Ibu berusaha menghindari berdua dengan saya. Beliau juga hanya bicara seperlunya. Tampaknya beliau amat terpukul atau malu. Saya sendiri berusaha bersikap wajar.

Apa yang telah terjadi antara saya dengan Mbak Maya dan Rosi telah mengajarkan saya bagaimana bersikap wajar setelah terjadinya skandal. Beda dengan ibu dan Mbak Maya yang berubah drastis. Mereka cenderung murung.

Categories
Selingkuh

Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Adik Ipar Super Sexy

Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Adik Ipar Super Sexy – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Suatu hari, di tahun 1992, kami kedatangan ibu mertua bersama adik ipar saya yang paling kecil, sebut saja Neng, baru lulus SLA. Atas permintaan ibu mertua, untuk sementara ikut kami sambil mencari pekerjaan. Perbedaan umur Aku dan Neng cukup jauh, sekitar 10 tahun. Karena kami dari daerah Jawa Barat, Neng memanggilku dengan sebutan Aa (yang artinya kakak laki2).

Sementara belum mendapatkan pekerjaan, Neng mengikuti berbagai kursus, Bahasa Inggris, Komputer, Akutansi, dan atas ijin serta perintah istriku, Aku kebagian untuk antar jemput menggunakan motor ‘bekjul’ ku. Bekjul maksudnya motor bebek 70 cc.

Mungkin karena nasib baik atau memang wajah Neng cukup cantik, tidak sampai seminggi, Neng mendapat tawaran pekerjaan sebagai pelayan toko yang cukup bonafide denga pembagian kerja, seminggu bagian pagi dan seminggu kebagian malam, demikian silih berganti. dan kalau kebagian kerja malam, aku bertugas untuk menjemputnya, biasanya toko tutup pukul 21.00 dan pegawai baru bisa pulang sekitar 21.30. Perjalanan dari toko ke rumah tidak begitu jauh, bisanya ditempuh sekitar 30 menitan.

Neng anaknya manja, mungkin karena bungsu, setiap kali di bonceng motor, apalagi kalo malam pulang kerja, dia akan memelukku dengan erat, mungkin juga karena hawa malam yang dingin. Entah sengaja atau tidak, payudaranya yang sudah cukup besar akan menempel di punggungku. Hal ini selalu terjadi setiap kali aku menjemput Neng pulang kerja malam, tapi yang heran, kelihatannya Neng tidak ada rasa bersalah ataupun rikuh sedikitpun setiap kali payudara nempel di punggungku, mungkin dianggapnya hal ini suatu konsekuensi logis bila berboncengan naik motor. Akulah yang sering berhayal yang tidak-tidak, seringkali dengan sengaja motor kukemudikan dengan kecepatan rendah, kadangkala sengaja mencari jalan yang memutar agar bisa merasakan gesekan-gesekan nikmat di punggungku lebih lama.

Pada suatu malam, seperti biasanya Aku menjemput Neng pulang kerja malem, sampai rumah sekitar pukul 22.15 dan seperti biasanya istriku yang membukakan pintu. Setelah membukakan pintu istriku akan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. Malam itu aku tidak langsung tidur, aku ke dapur, memanaskan air untuk membuat kopi karena berniat untuk menonton pertandinga sepak bola di TV, kalau tidak salah saat itu kesebelasan paforitku main, Brazil. Saat aku keluar dari dapur, secara bersamaan Neng juga keluar dari kamar mandi, sehingga kami sama berada di lorong depan kamar mandi, entah apa penyebabnya, malam itu kami sama-sama berhenti dan saling pandang tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami masing-masing.

Tiba-tiba ada suatu dorongan, secara cepat aku rangkul dan aku kecup bibirnya selama beberapa detik. Setelah itu Neng melepaskan diri dari rangkulanku dan dengan tergesa masuk ke kamarnya. Aku kembali ke ruang tengah untuk melihat pertandingan bola, tapi perasaanku kacau, tidak konsen pada acara di TV. Saat itu ada perasaan takut menghantuiku, takut Neng ngadu ke istriku, bisa-bisa perang dunia ke tiga.Perselingkuhan

Saat pikiranku kacau, aku dikejutkan suara peluit dari dapur yang menandakan air telah mendidih, bergegas aku ke dapur untuk membuat kopi. Kembali aku keruang tengan sambil membawa secangkir kopi yang nikmat sekali, tetapi tetap saja pikiranku kacau. kok bisa-bisanya tadi aku mengecup bibir Neng??????

Dalam kegalauan perasaanku, kembali dikejutkan dengan suara lonceng yang menunjukkan pukul 23.30. Saat itu aku melihat kamar Neng lampunya masih nyala, yang menandakan penghuninya belum tidur, karena aku tau Neng selalu mematikan lampunya apabila tidur. Terpikirkan olehku, harus memastikan bahwa Neng tidak marah oleh ulahku tadi dan berharap istriku tidak sampai tau insiden tersebut.

Dengan pelahan, aku buka kamarku untuk melihat istriku, ternyata dia sudah pulas, tergambar dari dengkurannya yang halus disertasi helaan nafar yang teratur. Dengan pelahan kututup kembali pintu kamar dan secara pelahan pula kubuka pegangan pintu kamar Neng, ternyata tidak dikunci, pelahan tapi pasti pintu kubuka dan kudapati Neng duduk di atas tempat tidur sambil memeluk bantal menghadap tembok. Perlahan aku dekati, tiba-tiba Neng menoleh kearahku, kulihat matanya merah berkaca-kaca, aku bertambah khawatir, Neng pasti marah dengan kelakuanku tadi. Diluar dugaan, Neng berdiri mendekatiku dan tiba-tiba memelukku dengan erat sambil kembali menangis lirih. Tambah bingung aku dibuatnya, kemudian utnuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya, dengan pelahan dan hati-hati aku raih mukanya dan aku tengadahkan,

“Kamu marah?”, pertanyaan konyol tiba-tiba keluar dari mulutku. Tanpa kata-kata, Neng menjawab dengan gelengan kepala sambil tajam menatapku. Kami beradu pandang, dan entah dorongan dari mana, secara pelahan kudekatkan bibirku ke bibirnya, ketika tidak ada usaha tolakan dari Neng, dengan lembut kembali kukecup bibirnya. Setelah beberapa lama, terasa ada reaksi dari Neng, rupanya dia juga menikmati kecupan tersebut. Akhirnya kecupan ini berlangsung lebih lama dan kami saling memeluk dengan erat, saling mengeluarkan emosi yang kami sendiri tidak tau bagaimana menggambarkannya. Tetapi kemesraan ini harus segera diakhiri, sebelum dipergoki oleh isi rumah yang lain, terutama istriku. Segera aku keluar kamar, kembali keruang tengah untuk melanjutkan melihat sepak bola yang ternyata sudah berakhir dengan skor yang tidak aku ketahui. Akhirnya TV kumatikan dan aku masuk kekamarku untuk tidur dengan perasaan yang sangat bahagia.

Hubungan kami tambah erat dan tambah mesra, setiapkali ada kesempatan kejadian malam itu selalu kami ulangi, dan tentunyanya makin hari kualitasnya makin bertambah mesra.

Suatu hari, aku pulang kerja lebih awal dan kudapati di rumah hanya ada adikku Neng dan pembantu. Pembantuku anak perempuan lulusan SMP yang tidak melanjutkan sekolah karena biaya, rumahnya tidak jauh dari rumahku, jadi pagi-pagi datang dan sore hari pulang. Badan pembantuku termasuk bongsor, kulitnya sawo matang dengan muka yang cukup manis untuk ukuran pembantu.

Kembali kepokok cerita, rupanya istriku sedang pergi dengan ke 2 anakku, berdasarkan surat yang diditipkan ke Neng, sedang berkunjung ketempat Tante yang katanya sedang mengadakan syukuran.

Seperti biasanya, sore itu sekitar pk 16.00 pembantuku ijin pulang, maka tinggallah kami berdua, aku dan Neng, sementara istri dan anak-anakku masih dirumah tante.

Tanpa dikomando, rupanya kami sama-sama memendam kerinduan, sepeninggal pembantu, setelah pintu depan dikunci, kami saling berpelukan dengan erar dan berpagutan untuk menumpahkan perasaan masing-masing. Setelah beberapa lama kami berpagutan sambil berdiri, secara perlahan aku menuntun Neng sambil masih berpelukan ke arah kamar dan melanjutkan pergulatan di atas tempat tidur.

abibir kami saling berpagutan sambil saling sedot dan saling menggelitik menggunakan lidah, tanganku mencoba meraba payudaranya dari balik kaos yang dipakai, rupanya ulahku sangat mengejutkan, sssttttt…….. sssttt …. sssstttt, terdengar erangan seperti orang kepedasan pada saat aku permainkan putingnya.

Aku tambah agresip, kuangkat kaos yang dipakainya, telihatlah payudaranya yang masih ditutupi beha tipis, dengan tergesa aku singkap beha-nya dan dengan rakus aku kecup dan aku permainkan dengan lidah putingnya.

Akibatnya sangat luar biasa, ssstttt ….. ooohhh….. uuuhh ….ssstttt ,,, demikian rintihan panjang Neng, hal ini terjadi karena belum pernah ada laki-laki yang menjamah, ternyata akulah laki-laki pertama yang mencium bibirnya dan pembermainkan payudaranya.

Pakaian kami makin awut-awutan, aku berharap istriku tidak pulang cepat. kami melanjutkan kemesaraan, kali ini aku kembali mencium bibirnya sambil meremas-remas payudara dan sesekali mempermainkan putingnya. kali ini aku memesrai Neng sambil menindih badannya, perlahan tapi pasti aku berusaha menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya yang rupanya juga sudah mulai lembab.

Kembali terdengar eranga-erangan nikmat, ssssttt ……… uuuhhh ….. ooohhhh ……uuuh.

Bibir dengan cekatan menyedot payudaranya silih berganti sambil menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya, kami masih sama-sama pakai baju. Neng pakai bawahan dan kaos, aku masih memakai pakain kerja.

Aku makin bernafsu, aku singkap bawahan Neng sehingga nampak celana dalamnya yang sudah lembab kemudian kembali aku gesek-gesekan adik kecilku sambi tidak henti-hentinya mengecup payudara dan mempermainkan putingnya.

Erangan-erangan panjang kembali terdengan dan tiba-tiba Neng memeluku dengan sangat erat dan terdengar erangan panjang uuuuhhhh………….. uuuuuuuuhhhh……. uuuuuuhhhhhhh….. aduuuuuuuuhh……. rupanya Neng mengalami orgasme, mungkin ini adalah orgasme yang pertama yang pernah dialaminya. Lama-lama cengekeraman Neng makin mengendur dan lepas seiiring dengan selesainya orgasme tadi. Aku???? belum tersalurkan, tapi merasakan kebahagiaanya yang amat sangat karena telah berhasil membuat Neng yang sangat kusayang bisa mendapatkan orgasme yang ternyata baru dialami saat itu dan merupakan orgasme yang pertama.

Baca juga : Cerita Dewasa Mbak Marni Baby Sister Yang Masih Perawan

Sejak kejadian itu, maksudnya sejak Neng mendapatkan orgasme yang pertama, kami selalu mencari-cari kesempatan untuk mengulanginya. Tetapi kesempatannya tidak mudah, karena kami tidak mau menanggung resiko sampai kepergok oleh istriku.

Pada suatu malam, sekitar pukul 23.00, saat aku berada dalam kamar bersama istriku, terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka, dan terdengar langkah-langkah halus menuju kamar mandi, aku dapat menebak dengan pasti bahwa itu adalah Neng yang ada keperluan ke kamar mandi, kuperhatikan istriku sudah tertidur dengan nyenyak yang ditandai dengan dengkuran halus yang teratur. Dengan sangat hati-hati, aku buka pintu kamar sehalus mungkin dengan harapan tidak ada suara yang dapat menyebabkan istriku terbangun, lalu dengan perlahan pula pintu kututup kembali dan secara pelahan aku menuju lorong yang menghubungkan ke kamar mandi. Aku berdiri di lorong sambil memperhatikan pintu kamarku bagian bawah, kalau-kalau ada lintasan bayangan yang menandakan istriku bangun, sementara telingaku tidak lepas mendengarkan apa yang terjadi di kamar mandi.

Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan benar dugaanku, Neng keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur warna kuning kesukaannya. Baju tidur yang dipakai adalah model terusan dengan bukaan di bagian dada dan bagian bawah sebatas lutut.

“Ngapain A berdiri di situ” tegur Neng memecah kesunyian, “Nungguin kamu” jawabku. Tanpa dikomando, kuraih lengannya dan wajah kami saling mendekat, tak ayal lagi kami berpagutan melampiaskan kerinduan kami. Beberapa saat kemudian kami melepaskan pagutan sambil tersengal.

“A, Neng pengen …” bisiknya lirih di telingaku. Aku maklum apa yang diinginkan Neng, kembali kukecup bibirnya sambil kuremas halus payudaranya, rupanya Neng kali ini tidak memakai beha. Aku buka satu kancing baju tidurnya, dan nongolah payudaranya yang putih disertai tonjolan coklat kemerahan. Tak ayal lagi, bibirku berpindah ke payudaranya dengan disertai sedotan dan gigitan-gigitan lembut pada tonjolan halus yang coklat kemerahan itu.

” Sssstttttt …… uuuhh” terdengar desahan-desahan halus, menandakan Neng mulai terangsang. Tanganku turun, meraba pinggang, terus turun lagi, lagi dan sampailah kegundukan di bawah pusar, kuusap halus sambil kadang meremas sampai jari tengahku menemui lekukan di balik baju tidur dan celana dalam. ” uuuhhh …. uuuhhh ” rupanya rabaan itu menambah rangsangan.

“A, pengen ….” kembali bisikan lirih di telingaku, kemudian aku jongkok sehingga kemaluan Neng tepat di mukaku, Kuangkat rok baju tidur, terlihat celana dalam warna putih yang tipis dan agak lembab, dengan bernafsu aku mulai menjilati kemaluan Neng yang masih dibungkus celana dalam. ” uuuhhh ….ssstttt ….. uuhhuu” kembali terdengar erangan-erangan kenikmatan yang menambah nafsuku makin bergejolak.

Kucoba menyingkap celana dalamnya, terlihatlah gumpalah daging yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Untuk pertama kali aku melihat langsung kemaluan Neng, aroma khas mulai tercium, tanpa membuang waktu aku mulai mencium gundukan daging yang sangat menimbulkan minat itu, sampai akhirnya aku menemukan lekukan yang lembab berwarna kemerah-merahan. Aku makin semangat menjilat-jilat lekukan yang sudah sangat lembab itu. “uuhhh ….. aaahhhhh ….sssttt …. uuuhhhhh” suara erangan makin keras dan terasa rambutku dipegang dengan keras dengan gerakan menekan. Hal ini semakin membuat nafsuku berkobar-kobar dan makin inten lidahku menjilati lekukan itu, keluar – masuk, ke kiri – kana, ke atas – bawah, demikian berulang ulang sampai pada suatu saat terasa jambakan pada rambutku makin keras disertai himpitan kaki dikepalaku.

“Uuuuuuuuhhhhhhh ….. aaaaaahhhhhhh ….. uuuuhhhhh” terdengan erangan panjang disertai keluarya cairan yang cukup banyak membasahi mulut dan mukaku. Mukaku terasa dihimpit keras sekali sampai-sampai kesulitan untuk bernafas.

“Uuuhhhhhhhhhhh …. aaahhhhhhhhhh” kembali erangan panjang terdengar disertai dengan himpitan dan gerataran yang khas, menandakan orgasme telah dicapai oleh Neng disertai semprotan cairan yang cukup banyak membasahi mukaku. Aku peluk dengan kuat kakinya disertai himpitan dan tekanan mukaku ke kemaluan Neng, karena aku maklum hal seperti inilah yang diinginkan wanita pada saat mencapai puncak orgasmenya.

Beberapa lama kemudian, mulai mengendur himpitan pada mukaku, sampai akhirnya tenang kembali. Aku berdiri dan ku peluk Neng dengan mesra “Terima kasih ya A” terdengar bisikan di telingaku.

Kejadian-kejadian ini terus kami ulangi kalau ada kesempatan, tapi karena niatku yang tidak ingin merusak adiku sendiri, sampai akhirnya Neng menemukan jodoh dan menikah masih dalam keadaan perawan. Demikian sebagian pengalamanku dengan adik iparku yang cantik.

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Mbak Marni Baby Sister Yang Masih Perawan

Cerita Dewasa Mbak Marni Baby Sister Yang Masih Perawan – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.

Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.

“Maaf yah, gue mau ke belakang dulu..”

“Ya.. ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah”, jawab keempat temanku.

“Ya, nanti kututup rapat”, jawabku.

Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.

“Hmm.. hmm, Mas Ton”, Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.

“Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?” tanyaku keheranan.

Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.

Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.

“Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala.”

“Hmm.. hmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny”, jawabnya.

“Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny”, ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.

Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, “Mbak Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?” tanyaku.

“Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny.”

“Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas”, tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.

“Hmm.. Hmm..” ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.

Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.

“Sini Mbak”

“Lebih dekat lagi”

“Lebih dekat lagi dong..”

Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.

“Mas Tonny mau apa”, tanyanya.

“Mas, mau diapain Mbak?”, tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.

“Udah, jangan banyak tanya”, jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.

“Jangan Mas.. jangan Mas Tonny”, pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.

“Jangan Mas Ton, jangan.. jangan..” tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.

Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.

“Jangan.. jangaan Mas Tonny”

“Akh.. akh.. jangaan, jangan Mas”

“Akh.. akh.. akh”

“Jangan.. Mas Tonn”

Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. “Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber..” tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. “Ohk.. ohk.. ohk..” desahan nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan. Perawan

“Okh.. okh.. Mbak.. Mbaak”

“Teruss.. ss.. Mbak”

“Mass.. Mass.. Tonny, saya tidak kuat lagi”

Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.

“Mbak, dibuka yah celananya.” Mbak Marni hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil anjingku.

“Shs.. shss.. sh”

“Cepat dibuka”, pinta Mbak Marni.

Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.

Baca juga : Cerita Dewasa Crot Masuk Lubang Perawan

“Massh.. Mass..”

“Mbak mau kelluaar..”

Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan “keluar”, tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya.

Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. “Slepp.. slepp” Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.

“Mass.. Mass pellann dongg..” Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. “Sleep.. sleep” dan, “Heck.. heck”, suara Mbak Marni tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. “Mass.. Mass.. pelaan..” Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. “Heck.. heck.. heck.. tolong.. tollong Mass pelan-pelan” tak lama kemudian, “Mas Tonny, Mbaak keluaar laagi” Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, “Croot.. croot” spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.

Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. “Tonny.. tolong bukain dong, pintunya” Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.

Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.

“Mbak, maafin Tonny yah!”

“Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok”

“Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga”, jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia melakukannya.

Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.

Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Crot Masuk Lubang Perawan

Cerita Dewasa Crot Masuk Lubang Perawan – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Sebelumnya aku ingin memperkenalkan namaku dengan samaran panggil saja Lina aku adalah salah satu mahasiwi PTS di Jakarta, dan aku ngekos didaerah di dekat kampus khusus perempuan, secara singkat tentang diskripsiku aku berbadan sexy denga tinggi 170 cm dan berat badanku 55 kg ukuran payudaraku 36 B aku juga masih perawan.

Saat pulang dari kampus aku langsung menuju ke kosa kosan karena badanku sudah capek dan lelah pikiran sehabis berpusing ria denga mata perkuliahan , karena keburu aku langusng mengambil kunci yang biasanya aku taruh di bawah keset, tapi aku cari selama 15 menit kunci tersbut tidak ada “ apa mungkin aku lupa menaruhnya” Karena tidak mempunyai serep kunci aku menuju ke bapak kosr\t dan meminta kunci serep lainnya yang di pegang oleh Pak Enrik.

Aku segera menuju ke rumah Pak Enrik yang berada disamping gedung kosanku. Kebetulan sekali dia sedang berada di halaman.

“Pak, maaf, saya bisa minta kunci cadangan kos saya gak? kunci saya hilang”

“Oh bisa bisa dik, ayo ikut saya ke dalam” Kami berdua masuk ke dalam rumah Pak Enrik yang kosong, mungkin istrinya sedang pergi. Tiba-tiba Pak Enrik memelukku dari belakang dan mulai meraba pantatku.

Seketika aku mulai berontak tapi lengan Pak Enrik sangat kuat menahan dadaku.

“Pak, apaansih, lepas! Lepasin pak!” teriakku.

“Hahaha, cewek bodoh! kuncimu itu sebenernya nggak hilang, cuma akunya aja yang pengen make kamu sekarang makanya aku umpetin.”

“Aaaah brengsek lepas! Lepaaas!” teriakku, rasanya suaraku mulai serak berteriak terus-terusan.

“Sudah kamu diam saja! Kita bakal bersenang-senang, pokoknya memek kamu bakal aku masukin kontolku, pasti kamu suka!” jawab Pak Enrik sambil melucuti bluksku.

“Pak jangan pak, biarin saya pergi pak, jangan” aku memohon. Sekarang aku tinggal bra dan rok pendek saja, dan Pak Enrik mulai menyeretku ke kamarnya dan menjatuhkanku ke kasurnya.

Dia membuka bajunya dan mulai menciumi mulut, leher, dan tetekku yang masih terbungkus bra merahku.

“Ahh..ahhh pak udah, jangan” desahku yang mulai menikmati tangan kekar Pak Enrik yang mulai meremas tetekku.

Lalu Pak Enrik melepas braku dengan kasar. Tetekku yang bulat besar mencuat dan mebuat Pak Enrik makin horny, dia lalu menciumi dan mengenyot tetekku ku dengan keras.

“Ah..pak ah.. enak pak.. aah sshhh sakit pak ah enak..” rintihku menahan rasa nikmat. Mulut Pak Enrik mengulum pentilku dengan liar, akupun meronta-ronta karena sensasi mulut Pak Enrik.

“Wah besar banget tetekmu dik, asik” kata Pak Enrik sambil menampar tetekkananku sehingga menjadi kemerah-merahan. Aku merasa memekku sudah banjir basah dengan cairan hornyku.

Setelah permainan mulut Pak Enrik yang daritadi mengenyot tetekku, dia sekarang melepas rok dan celana dalamku.

Dia mulai menjilati memekku yang basah dan aku tersengat rasa nikmat luar biasa saat lubang memekku dimasuki lidah Pak Enrik yang hangat.

“Ah.. sshh, aah ah yaah” desahku nikmat. Memekmu enak banget dik, masih rapet, mulus, putih” puji pak Enrik sambil memasuki jari telunjuknya ke dalam memekku lalu mulai mengocoknya keluar masuk.

“Aaah akh sakit pak pelan-pelan ah..”erangku kesakitan. Rasanya nikmat sekali apalagi saat Pak Enrik mulai mengocok lobang memekku dengan tiga jari.

“Kyaaaa aaaah ssssshhh haaaaa nikmat sekali aahh” aku menggelinjang tak keruyaan. Lalu aku merasa pentil tetekku mengeras dan memekku semakin basah, sepertinya aku akan orgasme.

“AAAAHHHH….. bapak aaaaah…. nikmaaaat!!!” teriakku saat gelombang nikmat orgasmeku membuat tubuhku kaku sejenak, tetapi Pak Enrik semakin asyik mengemut itilku.

Aku menjadi lemas sesaat, tetapi saat Pak Enrik kembali meremas tetekku sembari menjilati air hornyku, aku mulai terangsang lagi.

“Enak kan? Nah sekarang sepong kontolku” perintah Pak Enrik sambil mengeluarkan kontolnya yang sudah ngaceng. Kontol Pak Enrik besar sekali batangnya, membuat memek basahku semakin berdenyut-denyut ingin dingentotin dengan kontol itu.

Baca juga : Cerita Dewasa Wanita Perawan bertoket Jumbo

Aku memasukkan kontol itu ke mulutku dan mengulumnya. Aku merasakan rasa asin gurih precum Pak Enrik dan mulai menikmatinya. Pak Enrik membelai-belai kepalaku sambil merem-melek keenakan.

Setelah kuservice kontol kekar Pak Enrik lalu ia bersimpuh diantara kedua pahaku yang sudah siap dingentotin, dia mulai menggesek-gesekkan kepala kontolnya di bibir memekku sehingga aku makin terangsang.

Kepala kontol Pak Enrik mulai masuk ke memekku dan rasanya sakit sekali tetapi nikmat. “Ahh… pak sakit pak pelan-pelan..” Lalu Pak Enrik berhasil memasuki batang kontolnya full ke memekku.

“Ahhhh sakiit ah ah sshhhh yeaaah” erangku sambil menggelinjang keenakan karena kontol besar Pak Enrik mulai majumundur keluarmasuk memekku yang sangat rapat.

“Shhh oooh yeaah memekmu rapet banget dik, masih perawan ya?” kata Pak Enrik sambil menyodok memekku dengan sangat kencang.

Terdengar bunyi plak plak plak karena Pak Enrik menyodokku dengan cepat dan keras dan tetekku melompat-lompat karena sodokan Pak Enrik yang luar biasa. “Ahh.. ah pelan-pelan pak ngilu banget aaah” aku memohon tapi Pak Enrik tidak menghiraukan.

Memek putihku makin basah dan tetekku terus melompat-lompat. Lalu Pak Enrik menyuruhku untuk nungging dan mulai mengentoti ku dengan Doggy Style. Rasanya nikmat sekali sekaligus perih karena Pak Enrik dengan liar menyodokku dan meremas tetekku dari belakang.

“Ahhh ah ahh… yeashh.. shhh ngentot!” desah Pak Enrik keenakan, aku pun dengan alami mendesah keenakan karena kontol besar Pak Enrik yang seakan mengoyak memek mulusku. “Saya mau keluar lagi paak aaah!!” teriakku, kali ini pasti lebih dahsyat.

“Ah ah ah shh aku juga dik aaargggghhh…!!” Crot crot crot sperma Pak Enrik menyembur kedalam memekku, rasanya hangat bercampur dengan cairan hornyku. Kami lalu merebahkan diri di kasur, sangat kelelahan tetapi sangat nikmat.

Aku melihat darah keperawananku keluar dari bibir memekku bersamaan dengan sperma Pak Enrik. Setelah itu aku mengambil kunci kosanku dan kembali pulang. Sejak saat itu kami rutin mengentot di kosan ku dengan Pak Enrik. Aku mulai Kecanduan.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Wanita Perawan bertoket Jumbo

Cerita Dewasa Wanita Perawan bertoket Jumbo – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.


Berperawakan sedang ukuran rata-rata, tinggi tidak, pendek tidak, jelek nggak, cakeppun ngga, kulit sawo matang cenderung hitam agak berminyak, karena profesi sebagai penarik gerobak postur tubuh menjadi ideal tanpa fitness, maklum seorang penerik gerobak lebih banyak menggunaka otot ketimbang otak, sehingga secara tidak sengaja otot akan terbangun dengan sendirinya.

Jam kerja warto jam 3 sore hingga jam 12 malam melayani para pedagang-pedagang pasar membawa barang dagangan atau pembeli membawa pulang barang belanjaan. Dari sekian banyak langganan warto ada seorang pedagang sayuran dan bumbu dapur bernama narti yang begitu dekat dengan warto karena kebetulan pangkalan gerobak warto berada didepan counter atau tepatnya lapak dagangan mbok narti. Hubungan bisnis mereka tergolong dekat sampai-sampai pembayaran ongkos gerobak dibayar bulan oleh mbok narti.

Mbok narti berasal dari salah satu desa di indramayu, kulitnya hitam berwajah manis, dengan tinggi sedang tetapi memiliki sepasang buahdada ideal yang sering membuat mas warto melihat dengan sudut matanya, ukuran cukup mantap sekitar 34 atau 35. Telah bersuami bernama mas tarsica yang tinggal dikampung mengurus sawah dan bebek hasil berjualan narti di kota.

Narti pun menyadari kalau Warto sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu mempedulikan bahkan cenderung semakin berani mengekspos bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi Warto, malah kadang tatapan Warto dan Narti seringkali bertemu yang akhirnya mereka saling senyum tanpa mengerti arti kejadian tersebut.

Pada suatu pagi Warto mendapat telpon dari pamannya di kampung yang mengabarkan bahwa bude Sakem membutuhkan biaya untuk berobat karena sakit. Bude Sakem adalah orang yang menbesarkan Warto ketiga dia ditinggal oleh orang tuanya transmigrasi ke Lampung. Warto memang dekat dengan budenya yang satunya ini karena ia ingin membalas jasa budenya. Warto bingung karena saat ini ia tidak memiliki uang. Uang dikantong hanya cukup untuk makan nanti siang.

Dalam kebingunganya Warto teringat relasinya dipasar yah Narti, ia akan mencoba meminjam uang kepadanya, atau paling tidak ia mencoba meminta bayaran gerobak dimuka sehingga ia dapat segera mengirim uang tersebut kebudenya yang sedang sakit di kampung. Bergegas ia menuju rumah petakan Narti yang terletak di belakang pasar tempat ia berdagang. Kontrakan Narti merupakan rumah petakan kumuh terbuat dari tripleks dan dicet apadanya, rapat dan berhimpatan satu dengan lainnya. Petakan ini memang kebanyakan dihuni oleh sesama pedagang dipasar.

Tidak berapa lama Warto tiba dipetakan Narti, suasana petakan sepi karena jam segini sekitar jam 9 sampai jam 11 kebanyakan penghuni pergi ke pasar induk kramat jati untuk membeli barang dagangan. ceritasexdewasa.org Warto sedikit cemas, jangan-jangan Narti juga pergi belanja ke pasar induk.

Dengan ragu-ragu Warto mencoba mengetuk pintu petakan Narti, sepi tidak terdengar jawaban, kembali Warto menjadi ragu apakah Narti ada di petakan. Ia kembali mencoba mengetuk pintu, tidak juga ada jawaban, ketika Warto mulai merasa putus asa, terdengar suara penghuni sebelah petakan, seorang nenek tua, ibu dari seorang pedagang di pasar yang juga Warto kenal mengatakan bahwa Narti sedang mandi di MCK dekat musola sekitar 25 meter dari petakan Narti.

”Tunggu aja di dalam mas, mbak Narti sebentar lagi juga selesai” ujar nenek tetangga Narti.

”Baik nek, tak tunggu disini aja” jawab Warto dengan logat jawanya yang dihaluskan karena menghormati nenek.

Dengan perasaan galau Warto menunggu Narti, tidak begitu lama Warto menunggu terlihat Narti tergopong berjalan setengah berlari sambil menutupi bagian dadanya yang nampak tercetak dua bukit kembar karena Narti tidak menggunakan handuk melainkan menggunakan daster tidurnya yang telah tipis apalagi setengah basah kena air ketika ia mandi di MCK tadi.

”Weh ada mas Warto, ada apa mas tumben kesini, ada perlu sama aku” Narti nyerocos sambil tetap bejalan menuju pintu petakannya

”Ya.. mbak.. aku ada perlu nih” Narti menyuruh Warto masuk kepetakannya, karena ia tidak enak bicara diluar, ia berpikir tidak mungkin mas Warto pagi-pagi begini kepetakannya kalau tidak ada perlu apalagi Narti melihat wajah Warto tampak sedih.

”Ada apa Mas, sepertinya lagi sedih nih” tanya Narti

”Aku butuh uang Mbak budeku dikampung sakit, beliau minta aku mengirim uang untuk biaya berobat”, mata Warto tidak lepas dari cetakan dada yang amat jelas didada Narti.

Dasar, wong lagi bingung kok matanya tetap ke ”susuku” pikir Narti.

”Sakit apa” Narti mencoba menyakinkan, dengan tidak berusaha lagi menutupi cetakan susunya seperti tadi saat ini berlari dari MCK menuju petakannya.

Pikirnya toh mas Warto sering juga menatapnya pada saat ini berdagang.

”Saya nggak tau, tapi mereka meminta saya mengirim uang untuk berobat, mba boleh saya minta bayaran gerobak untuk bulan depan mbak” dengan setengah menunduk Warto mengungkapkan maksudnya kepada Narti.

Baca juga : Cerita Dewasa Wulan Gadis yang Masih Perawan

”Mas Warto butuh berapa” tanya Narti

”Ya sejumlah bayaran upah saya aja, mba, 185 ribu” jawab Warto dengan masih tetap menunduk.

”Sebentar ya mas” Narti beranjak ke balik hordeng biliknya, entah apa yang akan dilakukan Warto bertanya-tanya

Sejenak Warto dapat menilik benda-benda yang ada di petakan Narti, sebuah termos, 2 buah gelas kaca yang sudah tidak bening lagi, sebuah kasur butut dan radio kecil serta sebuah changer hp masih menempel di stop kontak. Dan apa itu, sebuah BH dan celana dalam yang rendanya mulai terurai benangnya milik Narti tergantung di jemuran di dalam petakan, mungkin malu kalau di jemur di luar.

Warto mengenali BH tersebut karena sering digunakan oleh Narti.”Ini mas 200 ribu, aku buletin uangnya, sekalian aku membantu mas yang lagi ketimpa musibah, mudah-mudahnya bude Sakem cepat sembuh” suara Narti mengejutkan Warto yang sedang browsing sekitang petakan Narti.

”Aduh terima kasih mbak” mata Warto bersinar-sinar karena Narti berkenan menolongnya.

”Uang ini saya titipkan pada Yanto, tukang ketoprak tetangga kampungku yang kebetulan nanti sore akan pulang kampung”.

”Ya sudah cepat sana, nanti keburu Yanto tidak ada” ucap Narti

”Tanpa ba-bi-bu Warto segera kerumah Yanto, situkang ketoprak yang akan pulang kampung.

”Yan… ini aku titip buat bude Sakem yang sedang sakit 190 ribu rupiah, yang 10 ribu untuk nambahin ongkos kamu, sekalian salam dan katakan aku belum bisa pulang ”Adalah menjadi kebiasaan dilingkungan Warto, saling menitip uang apabila ada seorang kerabat, tetangga kampung atau teman yang akan pulang kampung. Warto juga telah beberapa kali dititipi oleh Yanto. Memang mereka tidak mengenal adanya transfer uang lewat bank.

”Baik nanti aku sampaikan To… wis kamu ndak usah bingung, semoga nggak ada apa-apa” ucap Yanto.

”Terima kasih To..hati-hati ya.” Warto berucap sambil permisi kepada sahabatnya yang telah berkenan menerim titipan uang darinya untuk bude yang sedang sakit dikampung.

Kembali terbayang wajah bude Sakem, wajah yang teduh dan rela mengurus dan menganggapnya sebagai anak, wajah yang penuh kedamaian. Bagiamana budenya mengajarnya setiap malam, bagaiamana budenya menemani saat ia makan, semua kembali terbayang. Tapi karena faktor usia, saat ini beliau sedang tergolek lemah di kampung.

Tiba-tiba ingatannya kembali ke Narti, ia belum mengucapkan apapun kepadanya apalagi terima kasih setelah ia menjadi dewa penolong baginya. Warto kembali menuju petakan Narti, untuk mengucapkan terima kasih atas pertolongan yang telah ia berikan.

Tidak berapa lama Warto telah tiba dimuka petakan Narti, Warto langsung menyeruak masuk tanpa mengetuk lebih dulu. Terbelalak Warto melihat pemandangan yang nampak di dalam, saat itu Narti sedang mengeringkan badannya dengan daster tipis sebagai pengganti handuk. Narti hanya menggunakan handuk untuk menutupi kemaluannya, sedangkan dua buah bukit kembarnya tertutup BH warna putih cenderung sudah menjadi cream yang tampaknya tidak dapat menampung isinya. Warto tidak pernah membayangkan kalau payudara Narti begitu indahnya besar, putih dan masih seperti orang belum bersuami, mungkin karena jarang disentuh oleh suaminya

Mereka berdua terkesima, Warto terbelalak menyaksikan pemandangan tersebut sedangkan Narti hanya diam seribu basa karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

Tiba-tiba kedua mata mereka saling bertemu satu dengan yang lainnya, saling bertatapan dengan tetap tanpa suara, saat itu naluri sebagai manusia yang bicara, Warto mendekat sementara Narti masih tetap diam tanpa bahasa, sementara bibir Warto mulai mendekat bahkan dekat sekali ke kening Narti.

.

Narti merasakan hembusan birahi Warto, akhirnya ia merasakan sebuah ciuman lembut mendarat dikeningnya, ia memejamkan mata tak tau harus menikmati atau apa yang harus dilakukan sementara, karena lembutnya kecupan Warto, birahinyapun mulai terusik, apalagi setelah kecupan Warto turun ke pipi kemudian terus turun menelusur hingga sampai pada bibirnya.

Hangat sekali kecupan Warto, kecupan yang memang telah lama tidak ia rasakan, lidah Warto lincah bermain di dalam mulutnya yang mau tidak mau mengundang hasratnya untuk melayani permainan lidah dan bibir Warto.

Tangan kanan Warto mulai menelusuri bagian belakang Narti yang memang tidak terbungkus apa-apa hanya seutas tali BH yang masih menggantung disana, diusapnya lembut pinggung dan pantat Narti, kemudian tangan kirinya mulai menelusur diperut Narti sehingga menimbulkan sensasi yang tidak terkira bagi pemiliknya

Ehhhh…………..Narti berguman menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Warto, ditambah lagi tangan kiri Warto semakin mendekati dua bukit kembar miliknya yang masih terbungkus BH, sensasi yang dirasakan semakin nikmat. Tangan kanan Warto naik dari pantat menuju pengait tali BH Narti dan dengan sentuhan halus, BH itu sudah terlepas dan meluncur turun sampai tertahan oleh handuk penutup kemaluan Narti.

Tampaklah oleh Warto dua bukit kembar milik Narti yang kini bebas menggantung tanpa penghalang. Warto semakin bersemangat dari semula mengusap, membelai kemudian kini sudah sampai pada tahap meremas, apa saja yang ia remas pantat, perut, pinggul hingga payudara Narti tidak luput dari remasannya. Hal ini semakin memuat Narti tidak berdaya, ia benar-benar dimabuk nafsu yang dibangkitkan oleh Warto seorang penarik gerobak langganannya. Ia tidak ingat lagi suaminya dikampung, ia lupa segalanya.

Sedikit demi sedikit Warto mendorong tubuh Narti ke arah kasur butut milik Narti yang hanya menurut saja oleh dorongan tubuh Warto hingga ia menurunkan tubuhnya dan duduk dikasur. Warto mengikuti gerakan Narti menuju tempat tidur mulutnya kini bermain lincah memainkan puting susu Narti. Seakan tidak puas hanya mengecup dan mengisapnya tanggan kirinyapun ikut membantu meremas-remas bukit kembar milik Narti.

Dengan dorongan Warto kini tubuh Narti sudah tergolek dikasur tanpa penutup dada hanya handuk yang tidak mampu lagi menutupi kemaluannya karena tersingkap oleh gesekan-gesekan tubuh mereka.

Kebiasaan Narti, sehabis mandi ia hanya menggunakan handuk sebagai penutup barang miliknya yang paling berharga tanpa celana dalam, sedangkan bagian dada hanya dibungkus BH (mending BH-nya bagus). Kebiasaan berpakaian seperti ini kerap ia lakukan sambil beraktivitas di petakannya.

Kebiasaan seperti ini memudahkan Warto untuk melakukan aksinya. Kembali ia mengecup bibir Narti yang memang sudah menunggu aksi Warto berikutnya. Gejolak birahi yang dirasakan segera menghempas segalanya. Statusnya sebagai istri dari Tarsica seorang petani dan pemelihara bebek di kampung tidak lagi ia ingat. Apalagi tangan kanan Warto mulai membuka handuk lusuh satu-satunya yang masih ia kenakan sebagai penutup kemaluannya.

Dengan sekali tarik, tampaklah oleh Warto kemaluan Narti dihadapannya, rambut kemaluan yang tebal berwarna hitam tampak acak-acakan tak terawat menutupi bibis vagina milik Narti. Pantulan cahaya matahari yang menerobos lewat celah dinding petakan Narti membantu memberikan penerangan bagi Warto untuk sejenak mengamati kemaluan Narti. Ia kagum dengan Narti kemaluan Narti yang tampak menonjol persis kue apem yang adonananya sempurna.

Narti agak risik melihat Warto memandang vaginanya seperti hendak melihat seluruhnya, tak habis akal tangan Narti mengapai tonjolan diselangkangan Warto yang memang sejak tadi menuntuk untuk dijamah, sejenak Warto terhenyak sejenak ketika tangan Narti mendarat dikemaluannya, namun hal itu tidak terlalu lama, karena kenikmatan dan sensasi yang ia rasakan amatlah menghanyutkan, apalagi Narti mulai mencoba memasukkan tangannya kedalam celana Warto. Warto tak sabar segera ia memelorotkan celana sekaligus CD-nya, agar kenikmatan yang ia rasakan semakin terasa. Kaos berlambang salah satu Caleg Partai tertentu yang ia gunakan juga tak luput ia lepaskan

Tampaklah oleh Narti tubuh hitam, kekar karena sering menarik gerobak sayur milik Warto mengkilap karena keringat dan torehan cahaya matahari. Belum hilang rasa kagum Narti terhadap kekekaran tubuh Warto, ia merasakan sesuatu menyentuh kemaluannya, yah tangan Warto mulai mengusap rambut kemaluan Narti yang tidak mengyangka bahwa seorang penarik gerobak mempunyai gaya bercinta yang romantis tidak seperti suaminya dikampung, cek-ecek-ecek sudah boro-boro ada pemanasan, terlalu terburu-buru, maklum katanya ia harus melihat aliran air disawah, apakah bendungan yang ia buat dapat mengalir keseluruh bagian sawahnya dengan sempurna. Jangankan orgasme bagi Narti terkadang terangsang pun belum. Lain halnya dengan Warto yang rada sabaran dalam memacu birahinya.

Tidak puas hanya dengan membelai Warto mulai menusuk-nusukan jari manisnya kevagina Narti yang telah basah oleh cairan birahinya, hangat dan licin yang dirasakan Warto. Ehh…ehh…Narti meracau merasakan kenikmatan sentuhan tangan Warto ke dalam kelaminnya. Warto terus beraksi hingga ia tak tega melihat Narti meracau tidak menentu, mengelengkan kepalanya kekanan dan kekiri karena nikmatnya, apalagi tangan Narti beraksi dikemaluan Warto mulai tidak menentu kadang mengusap kadang menggosok kadang memencet.

Disamping itu birahi Wartopun telah meninggi, akhirnya entah siapa yang memulai Warto yang semangat menindih tubuh Narti, atau Narti yang tak sabar menarik tubuh Warto untuk segera menindih dan memasukkan alat kelaminnya kedalam kemaluannya. Tangan Narti tetap dikemaluan Warto untuk segera membimbingnya menuju lubang vaginanya, Sejenak Warto menggosok-gosokkan kemaluan miliknya ke vagina Narti.

Narti mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, Warto menusukkan kemaluannya… blesss…blesssssssssssss…Narti menggit bibir merasakan kenikmatan kemaluan Warto meluncur kekemaluannya yang memang telah lama tidak dijamah oleh suaminya karena ia lama tak pulang kampung. Biasanya sebulan dua kali atau tiga kali ia pulang, tapi sudah dua bulan ini ia belum dapat pulang kampung, karena pasar sedang ramai menjelang pemilu.

Hampir seluruh kemaluan Warto membenam di vagina Narti, sejenak mereka terdiam, masing-masing merasakan nikmatnya bersenggarama. Bagi Warto ini adalah kenikmatan yang tak terhingga yang pernah ia rasakan, karena selama ini paling-paling hanya sabun mandi, tetapi karena telah beberapa kali menonton film biru bersama-teman sesama penarik gerobak, atau pengalaman mengintip tetangga disekitar tempat ia mengontrak rumah dan karena nalurinya ia dapat menjalankan peran dengan baik.

Selang beberapa saat mulailah Warto menaik-turunkan tubuhnya menindih tubuh Narti, bunyi kecipak karena beradunya kelamin mereka dan dengusan nafas keduanya semakin menambah sensasi bagi mereka. Suasana pagi menjelang siang, dimana matahari nampak mulai meninggi semakin menambah suhu didalam petakan Narti dan sekaligus menambah gejolak birahi mereka. Memang seputar petakan Narti pada jam-jam seperti ini terasa lebih sepi, karena sebagian besar anak-anak sedang bergelut dengan kegiatan sekolah, sementara orang tua mereka yang kebanyakan para pedagang dipasar, sedang belanja barang daganganya, paling-paling hanya beberapa anak yang belum sekolah yang tinggal dirumah atau sperti nenek tadi yang memberi tahu Warto bahwa Narti ada di dalam petakannya.

Mas…mas..mas… ehm..ehh..ehh desahan Narti semakin tidak menentu, hal ini semakin memacu birahi Warto, dari pelan kemudian sedang kemudian cepat secara berulang-ulang Warto menghujamkan kelaminnya kedalam vagina Narti. Uhg..uhg..mba..mba..Warto mulai menimpali desahan Narti diiringi dengan dengus nafasnya laksana banteng ketaton.

Terasa oleh Warto Narti mengangkat tubuhnya semakin tinggi dan gerakan kepalanya kekiri dan kekanan semakin cepat ditambah lagi dengan desahannya yang semakin tidak menentu, menandakan puncak birahinya akan segera tercapai. Mas…mas..aku..aku..ahhhhhhhhh. akhirnya meletuslah lahar birahi kenikmatan Narti. Kedua tangganya menarik kencang tubuh Warto agar menghimpit tubuhnya sambil menjerit perlahan menandakan kenikmatan yang tiada terkira.

Sementara Warto juga mulai merasakan hasratnya akan segera terpenuhi, dengan kecepatan maksimal ia mamacu menaikturunkan tubuhnya menindih tubuh Narti yang nampak tak berdaya setelah mengalami orgasme. Keringat mengucur deras hari tubuh hitamnya eh..eh..ehhhhh aku keluar mba…ahhhh. Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Warto, terasa dari ujung jari kaki sambil keubun-ubun ia rasakan, sejenak ia terdiam dengan tetap menindih tubuh Narti yang juga ikut menikmati semburan sperma Warto di rahimya. Nafas Warto tidak menentu, seluruh tenaganya terkuran diakhir permainan tadi.

Keduanya nampak terkulai lemas, setelah menikmati permainan mereka, Narti nampak terdiam sementara Warto tidak tau apa yang harus ia ucapkan. Akhirnya keduanya tertidur dengan tubuh masih telanjang tanpa sehelai benangpun.

Narte…Narte….Narte…sayup-sayup Narti mendengan seorang memanggil namanya, antara sadar dan tidak sadar sperti bermimpi. Narte…Narte….Narte kembali terdengan suara panggilan dengan logat Batak yang kental, keduanya terbangun Narti tersentak begitu juga dengan Warto.

Setelah berulang kali barulah Narti bangun membuka pintu petakan tempat tinggalnya, dengan pakaian sekenanya, yaitu kain jarik panjang yang biasa digunakan untuk membawa dagangannya, rupanya si Butet yang datang hendak menagih uang cicilan yang harian utang Narti kepadanya. Butet layaknya bank keliling dipasa tempat Narti berdagang, ia meminjamkan sejumlah uang kepada para pedangan dan dicicil setiap hari, minggu atau bulan tergantung perjanjian, jangan tanya soal besaran bunga, pasti lebih besar dari bank, tapi para pedangan lebih suka ke si Butet ketimbang ke Bank, karena prosedur mudah, cepat dan tidak perlu KTP, KK dan Slip Gaji (he..he.. pengalaman kredit di bank nih).

Ia menyodorkan uang Rp. 15.000 kepada si Butet.

”Siang-siang begini rupanya tidur kau” seru Butet masih dengan logat yang Batak yang kental.

Narti hanya tersenyum sambil kembali menutup pintu, meninggalkan kebingunan Butet.

”Bah…malas kali kau rupanya” omel Butet.

Lain hal dengan Narti, sejenak ia kembali ketempat mereka bertempur tadi, dikasur tipisnya tidak lagi ia temui Warto, tetapi hanya sebuah kaos kucel dan kusut berlambang caleg masih, kemanakah gerangan Warto. Belum hilang kebingungan Narti, Warto muncul dari belakang lemari plastik bergambar kembang yang sudah bolong disana-sini milik Narti. Rupanya Warto bersembunyi disana saat tadi si Butet datang, ia takut kalau-kalau butet melihatnya sedang berada di patakan Narti, pasti kacau urusan.

Narti memandang Warto yang muncul dari balik belakang lemari dengan pakaian setengah telajang dan menyadari kondisi tubuhnya yang masih tanpa mengenakan penutup kecuali jariknya. Barulah ia sadar akan apa yang terjadi, ia telah menghianati suami, telah menyerahkan sesuatu yang seharunya hanya ia berikan kepada suaminya tidak kepada Warto, menunduk ia sambil menangis.

Sementara Warto tidak tau apa yang harus dilakukan,

”maafkan aku mbak…maafkan aku, hanya itu yang keluar dari mulut Warto. Narti masih saja tertunduk sambil menangis, keduan tangannya diletakkan diatas pahanya. ”Kamu nggak salah Warto, aku yang salah”. Keduanya kembali terdiam.

Warto mencoba kembali menbangun kekakuan suasana dengan mendatangi Narti dan membelai rambutnya, lembut sekali warto melakukan itu, berulang-ulang tangannya mengusap rambut Narti, pundak dan belakang tubuh Narti yang duduk menggeloso dilantai.

”aku minta maaf mba” sekali lagi Warto berucap lirih.

Narti menjatuhkan kepalanya didada Warto sambil mengangkap kepalanya dan berucap sama sperti yang ia ucapkan tadi.

”Kita sama-sama bersalah Warto” tambahnya.

Seksi sekali bibir Narti saat mengucapkan itu dimata Warto, ingin sekali ia mengecup bibir seksi itu, tapi ia masih ragu karena Narti masih menenteskan air mata. Sementara belaian tangan warto di kepala pundak dan belakang tubuhnya kembali mengusik birahi Narti yang memang sudah lama tidak tersentuh suaminya. Setan terus menggoda membisikkan kata-kata birahi kepada keduanya.

Akhirnya Warto tak tahan dengan suasana dengan yakin ia mengecup bibir Narti, apalagi ia merasakan ada reaksi di bibir dan tubuh Narti, Warto semakin berani usapan pada tubuh bagian belakang belakang sampai kebelakang telinga, mau tidak mau membangkitkan kembali hasrat seksual Narti, ia sedikit beringsuk kekiri meluruskan tubuhnya hingga berhadap-hadapan dengan Warto sambil tetap menerima rangsangan dari bibir Warto, tangannya mulai mencari apa yang seharusnya ia lakukan, mencari sesuatu diselangkangan Warto yang memang sudah kembali terbangun dan siap beraksi.

Tegang dan keras serta mengkilap dibagian kepala sesaat ia mencuri pandang saat Warto mengecup bibirnya. Warto agak terkejut dan sedikit mengangkat pantatnya manakala tangan Narti menyentuh kelaminnya. Kini kecupannya tidak lagi di bibir Narti tetapi sudah kepipi kemudian turun keleher dan sampailah pada bagian atas dada Narto, terus turun diantara dua bukit kembar milik Narti, tangan kirinya menggapai buah dada Narti sebelah kiri sementara mulutnya mengecup halus puting susu Narti sebelah kanan sambil menjilat dan mengigit secara lembut.

Narti mendorong tubuhnya kemuka sementara tangan kirinya merapatkan kepala Warto dan menyodor kedua payudaranya. Tenggelam wajah Warto di dada Narti, sementara tangan Narti semakin keras mengenggam penis Warto sambil turus menaik-turunkan tangannya mengusap dan mengocok penis Warto. Beberapa lama aksi ini mereka lakukan, hingga akhirnya terdengar suara Narti

“mas…mas…mas Warto sekarang, aku nggak tahan”. Narto menrorong tubuh Narti ke kasur tipis dengan kepalanya tetap payudara Narti, yang mengikuti gerakan Warto menidurinya.

Penis Warto yang sudah menegang maksimal sementara vagina Narti telah basah kuyup sejak sesekali tangan Warto menjamahnya, mudah bagi Warto memasukkan penisnya ke vagina Narti, hangat ia rasakan menjalar dibatang kelaminnya. Sejenak berhenti, kemudian maju dan mundur secara berirama Warto menggenjot Narti. Sementara Narti begitu menikmatinya, kain jarik menutup tubuhnya tadi sudah tak tahu entah kemana, nikmat sekali ia rasakan sodokan Warto dikelaminnya, terus…terus…terus…ahh..ahh, ia mendesah tak teratur.

Birahi yang dibangkitkan Warto melalui penis, kecupan pada bibir dan payudara serta usapan pada belakang telinga dan bisikan-bisikan mesra yang diucapkan Warto membuat Narti semakin mendekati puncak kenikmatan, ahh..ahh..ahhh..aku mau ssssaampaai..terusssss, makin tidak karuan ucapan Narti. Hingga akhirnya meledaklah birahi Narti diiringi dengan semakin maksimalnya hujaman-hujaman penis Warto yang juga akan sampai pada puncaknya.

Ahhhhhhh ….bersamaan mereka mencapai hasrat birahinya, nafas kedua memacu tak karuan sementaram keringat mengucur dari kedua tubuh mereka, Warto masih menindih tubuh Narti, ketika ia sadar bahwa ia harus segera bekerja manarik gerobak sayurnya, sementara Narti juga tersadar bahwa ia harus segera kelapak dagangnya. Akhirnya waktu menghentikan pertempuran mereka sebelum keluar dari petakan Narti, Warto masih sembat mengecup bibir dan mengusap payudara Narti. Sementara Narti terseyum sambil memegang kedua payudaranya menyuguhkan kepada Warto seakan menantang.

Sejak kejadian itu mereka, beberapa kali kembali mengulanginya setiap ada kesempatan, kadang di petakan Narti, kadang ditempat Warto, bahkan mereka pernah melakukannya di rel kerata api dilakang pasar tengan tetap berpakaian.

Pernah suatu ketika hasrat Narti begitu menggebu, kebetulan pasar sudah mulai sepi karena sudah jam 1 dini hari, ia mengirim pesan pendek kepada Warto untuk segera menjumpainya ditempat ”biasa”…

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Wulan Gadis yang Masih Perawan

Cerita Dewasa Wulan Gadis yang Masih Perawan – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

ini diawali pada saat aku bertugas di Banda Aceh, karena pada hari itu libur sekolah juga ada salah satu temanku di asrama bernama herman anak Jeunip Aceh Besar yang membawa adiknya ke asrama yang mau liburan Kekota Banda Aceh. Wulan nama adiknya, kami sering bercanda bareng saat ngumpul2 sama anak2. kadang-kadang ketangkap basah saat dia ngelirik aku saat2 tertentu. Itu terjadi sering kali saat kita berkumpul, kadang dalam hatiku berfikir wah nikmatnya perawanmu wulan bila aku rasakan dikamar besamamu.

Sore itu aku berkesempatan ngobrol dengannya, yahh rada susah juga ngobrol dengan anak SMU sedangkan aku orang luar yang terkadang tidak mengerti bahasa daerah aceh tapi ya sudah asal ku bisa melihat Wulan dari dekat maksudku adalah, aku ingin mengingat wajah dan keindahan tubuhnya sehingga malam nanti aku hanya bisa memimpikan wulan.

Tapi ternyata gayung bersambut, Wulan sangat antusias dengan obrolan basi yg aku suguhkan shg aku pun segera berniat utk melakukan kontak fisik dengannya. Aku mulai dengan mencubit lengannya dan ngelitikin pinggangnya. Wahh. semakin ku sentuh kulitnya, semakin keras pula otongku jadinya. rasanya ingin sekali kontolku diemut oleh wulan tapi sudahlah ku tahan dulu. orang sabar banyak rejeki kata orang2..

Setelah puas meng-grepe2 Wulan lalu kita pun bubar, dia kembali ke kamar temanku itu bersama kakaknya sementara aku pun kembali ke kamarku. Ahhhh mau dinas rada males sementara si herman sendiri masih jalan2 di kota banda aceh, maklumlah hari ini hari jumat besok sajalah pikirku. Lalu aku pun menyalakan laptopku dan segera bermain-main dengan Photoshop. iseng saja aku meng-edit foto2 aku dan anak2 kost. walaupun kita laki2 tulen dan suka berkunjung ke panti pijat plus plus, tapi aku dan anak2 memang suka foto2.. no nude loh tapinya.

Tanpa terasa malam telah tiba dan ketika aku lagi asik2nya meng-edit foto anak2, tiba2 ku dengar pintu kamarku ada yg mengetuk lalu ada yg manggil, mas lagi di kamar ga? terdengar suara lembut bertanya. wah, siapa nih yg nyariin.. pikirku. Kubuka pintu dan berdiri Wulan didepan kamarku, dia mengenakan celana pendek ketat dgn tanktop tanpa bh. terlihat sembulan payudaranya yg tidak begitu besar (maklum masih smu), dan kulihat betapa mulus kulit putihnya, lehernya dan punggungnyamasuk masuk kataku dengan cepat. pikiranku langsung mesum, wah kesempatan nih kataku dalam hati. lagi ngapain mas, kok ngga jalan2 sama anak2 yg lain? Wulan bertanya. ahh ngga, lagi males aja keluar asrama aku lagi isengin foto anak2, mau lihat? kataku. liat dong mas katanya begitu antusias.

Aku pun segera duduk di depan laptopku, dan menunjukkan hasil foto anak2 yg sudah ku isengin.. dia pun tertawa melihat foto2 hasil keisenganku itu. lalu ku suruh dia duduk jadi biar aku saja yg berdiri (aku cuma punya 1 kursi di kamarku). tanpa kuduga Wulan malah berkata, aku dipangku mas aja deh, biar sama2 bisa duduk. ok boleh juga, kataku semangat. Ketika pantatnya duduk di pahaku.. ahhhhhh enak sekali rasanya burungku segera mengeras, dan diapun merasakan itu walaupun dia tidak bilang apa2. dek bangun sebentar deh kataku (maklum posisi burungku yg rada kejepit) lalu ku betulkan posisi burungku yg sudah menggeliat itu, lalu dia pun ku pangku lagi. Sekarang pas sekali posisi burungku berada di belahan pantatnya dia. Dari belakang dia ku ajari berbagai trik photoshop. setiap kali ku berbicara, aku bisikkan trik2nya ke kupingnya dia sehingga aku bisa mencium bau wangi badannya

Baca juga : Cerita Dewasa Keciduk Coli Sama Sahabat Istriku

Dan setelah beberapa menit, kuberanikan diri utk memeluk dirinya dari belakang, dan melihat Wulan yg tidak menolak, aku lalu memberanikan diri utk merayunya. kamu kok wangi sekali dik? kataku sambil mencium leher dan pipinya. Dia hanya tersenyum malu dan tidak menjawab. Lalu ketika dia menengok ke arah ku, aku pun dengan segera melumat bibirnya yg mungil dan berwarna pink itu ohhh nikmat sekali bibir Wulan ini. begitu lembut dan begitu mungil.. sambil mencium bibirnya, tanganku segera meremas-remas payudaranya yg baru mulai tumbuh itu. kurasakan burungku sudah keras sekali, dan dengan segera tubuh Wulan segera ku goyang2kan maju dan mundur shg aku bisa merasakan gesekan nikmat di burungku ini. setelah itu ku buka tanktop, kulihat betapa ranum badan Wulan ini kulit putihnya smakin membuat nafsuku menggila lalu kubuka celana pendek ketatnya itu dan kulihat vaginanya yg berwarna pink tanpa ditumbuhi sehelai rambut pun. wahhhhhhhhhhhhhhh..

Setelah kuciumi seluruh badannya, aku pun langsung menciumi lubang kenikmatan itu dan kulihat Wulan menutup mata dan menggeliat keenakan enak dik? tanyaku. enak banget mas. sahutnya singkat. Setelah menciumi vaginanya, aku pun segera mengambil posisi..

ku tindih badannya dan kulumat kembali bibirnya sementara tangan kananku memegang burungku yg sudah berada di depan vaginanya. Sambil terus kucium, kumasukkan burungku perlahan-lahan. walaupun V-nya sudah basah, namun palkon ku yg rada besar ini mengalami kesulitan utk masuk ke dalam. kupaksa sedikit, lalu awwww sakit mas katanya sembari meringis kesakitan. iya gapapa, sakit sedikit sekarang tapi nanti enak kok dik kataku sembari terus kusodok ke dalam vaginanya dan ku goyang maju mundur.. ohhhhhh enak sekali vaginanya Wulan ini begitu ketat dan hangat, belum pernah kurasakan vagina seperti ini sebelumnya.

akhirnya burungku bisa masuk seluruhnya kedalam vaginanya dan Wulan juga tidak lagi berkata sakit. sambil kutindih dan kupeluk tubuhnya, kucium bibirnya dan terus ku gerakkan burungku keluar masuk vaginanya rada2 susah bagi burungku utk gerak maju mundur karena vagina Wulan ini masih ketat sekali rasanya, dan nikmatnya bener2 tidak ketulungan.

Entah Wulan klimaks atau tidak, tapi yg jelas aku sudah tidak tahan ingin ngecrot yg sebanyak-banyaknya karena tidak terasa sudah 15 menit lebih kami bercinta kulihat ke arah vaginanya, dan kulihat ada sedikit darah di burungku dan di sprei kasur pasti darah keperawanannya pikirku. dik, mau udahan apa terus? tanyaku. terserah mas aja deh. katanya. ya sudah, aku memutuskan utk ngecrot saja sebentar lagi.

Aku pun mempercepat gerakan maju mundurku sehingga aku bisa ngecrot. dik, kamu udah pernah mens belum? tanyaku. udah mas. jawabnya sambil kembali menutup mata dan menggigit bibirku lagi wah, bisa hamil nih kalo di keluarin di dalem pikirku.

Maksudku utk mengambil kondom sebelum aku ngecrot ternyata tidak kesampean sebab tiba2 CROOOOOOOOOOOTTTTT. CROOTTTT CROTTTTT.. ahhhhhhhhhhh. CROTT CROT.. spermaku menyembur dengan ganasnya di dalam vagina Wulan kulihat ada kenikmatan diwajah Wulan dan kurasakan hangatnya vagina Wulan setelah kusembur dgn spermaku.. enak dik? tanyaku. enak bgt mas katanya sembari tersenyum malu. Lalu kupeluk tubuhnya dgn erat dan kucium bibirnya kembali. Lelah sekali rasanya dan bbrp menit setelah klimaks, kami berdua masih berpelukan ditempat tidur.. uuhhhh.. lemas sekali, belum pernah aku bercinta sampai selemas ini sebelumnya.

sepintas ada kecemasan dlm pikiranku, wah bagaimana kalo nanti Wulan hamil nih? tanyaku dalam hati.. namun kecemasan itu tidak berlangsung lama karena Wulan menciumku dengan lembut dan perasaan enak, puas, dan nafsu yg terpuaskan semuanya tercampur jadi satu dalam ciuman itu.

dik, jangan bilang sama herman ya. mas bisa dimarahin nanti. pintaku. iya mas, aku ngga bilang sama siapa2. katanya dgn cepat. setelah beberapa menit, kucabut burungku yg masih berada dalam vaginanya, lalu aku berdiri di samping tempat tidur, sementara Wulan masih dalam posisi berbaring, lalu ku dekatkan burungku ke mulutnya. dia terlihat bingung, oh iya aku lupa, Wulan masih SMU kataku dalam hati. dik, emutin burung mas yah, mau kan? enak kok rasanya tapi jangan digigit yah! pintaku. tanpa banyak protes, dia pun langsung mengulum burungku dengan lahapnya. Setelah beberapa menit, udah dik.. udah cukup. kataku. setelah kulihat jam, aku baru menyadari bahwa sebentar lagi herman balik ke asrama. harus cepet2 pake baju nih, kalo ketauan bisa gawat.

Kami pun segera mengenakan baju masing2 dan lalu berpelukan sambil nonton tv. tidak lama setelah itu terdengar suara2 brisik herman yg sudah kembali dari jalan2. Nyet, gw bawain nasi goreng nih. blm makan kan lo? herman berkata dari teras asrama kami aku dan Wulan pun segera bangun dan keluar kamar sambil menyambut herman yg baru balik jalan2. tidak ada kecurigaan dari mereka yg melihat kami berdua keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah yahh untunglah,ternyata semua berjalan lancar sesuai dengan rencana. kataku dalam hati sambil tersenyum puas. dan kulihat Wulan melirikku sambil tersenyum simpul seperti biasa

Categories
Random

Cerita Dewasa Keciduk Coli Sama Sahabat Istriku

Cerita Dewasa Keciduk Coli Sama Sahabat Istriku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Istriku memang sengaja tidak membangunkan aku karena tadi malam aku pulang jam 4 pagi sampai rumah. Karena memang pekerjaanku sebagai auditor selalu dikejar target laporan, beruntung dalam teamku bekerja ada satu wanita yang bebas dengan segala sesuatu,

Sebut saja Vanes dialah yang semalam memberikan service kepadaku untuk mengurangi keteganganku dalam bekerja, menurut dia bers*tubuh dengan orang lain bukan hal tabu lagi buat dia karena dia tidak mempermasalahkan jika suaminya juga berkencan dengan wanita lain, yang penting dalam prinsip dia adalah tidak lihat langsung saat kejadian tersebut.

Aku yang masih enak dikasur masih teringat dengan kejadian semalam aku tersenyum bahagia, sebetulnya saya bisa pulang awal jam 10 malam karena memang saat itu aku dan Vanes sedang h**y hrnynya jadi kita bisa 3 ronde sampai akhirnya pagi menyambut kita.

Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD *. Sengaja kusetel, biar hasrtku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukck tongk*lku.

Tampak dari ujung lubang tngkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa brahiku sudah memuncak tinggi. Aku pun teringat Firda, sahabat istriku. Kebetulan Firda berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya.

Ya, aku memang sering berfntasi sedang menytubuh* Firda. Tubuhnya mungil, setinggi Vanes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan panttnya yang membulat indah, sering membuatku ngacng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Firda bisa kujmah, pasti nikmat sekali. Fantsiku ini ternyata membuat tngkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Firda…seandainya aku bis a menyntuhmu..dan kamu mau ngockin tngkolku..begitu pikiranku saat itu.

Lagi enak-enak ngock sambil nonton bokp dan membayangkan Firda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.

“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…

Oh my gosh…itu suara Firda mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Firda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya. Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Firda udah nongol di ruang tengah, dan

“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”

“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu.

Orang yang selama ini hanya ada dalam fantsiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telnjng, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngacng pula.

“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.

“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telnjng, nonton ** sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.

“Yee…namanya juga lagi h**y…ya udah mending coli sambil nonton **. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.

“Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”

“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.

“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Firda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.

Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.

“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.

“Bentar deh Fir. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.

“G*la kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Firda protes sambil melotot.

“Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.

“fir,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku col*i.” “Gimana?”

Firda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.Sejurus kemudian..

“Ok, Fir. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake ** sama ** aja deh, gak usah telnjng. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.

“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake ** dan **ku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya.

“Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”

“Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang.

Baca juga : Cerita Dewasa Pelukan hangat Supir Pribadiku

Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi col*i sambil liat **…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.

“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”

“Gak usah, disini aja,”sahutku.

Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah pa itu menyembul keluar. pa yang terbungkus ** s*xy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi ** merah itu.

Setelah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya.

Pha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selngkngannya masih terbungkus celna dalam mini berbahan satin, sewarna dengan **nya. Sepertinya, itu adalah satu set ** dan **.

“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu terusin lagi col*nya. Aku duduk ya.”

Firda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.

“Duduknya jangan gitu dong…”

“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Firda. “N*ngging, gitu?”

“Ya kalo kamu mau n*ngging, bagus banget,”sahutku.

“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.

“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celna dalam sama selngk*nganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.

“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau col*i aja pake minta macem-macem,”Firda masih saja protes dengan permintaanku.

“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka p*hanya lebar-lebar.

“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya col*nya.”

Sambil memandangi tbuh Firda, aku terus mengock tngkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejak*lasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Firda tidak menanggapi omonganku.

“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Firda menatapku dan tersenyum.

“Susmu montok bangeeeettttt… phamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngac*ng, Liiiiiinnn……”

Firda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tngkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendr dari ujung lobangnya.

“Panttmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tngkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merntih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terngs*ng.

Firda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah cel*na dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Firda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku.

Karena celna dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai merba ddanya, dan tangan yang satunya turun merba pha dan selngk*ngannya. Tapi Firda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.

Kupejamkan mataku, agar Firda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Firda mermas paydaranya dan owww…** sebelah kiri ternyata sudah diturunkan.

Astagaaa..!!! pg itu merah sekali…tegak mengcung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, p**a Firda lebih bagus dan kencang dibandingkan Vanes. Kulihat tangan kiri Firda memilin-milin putngnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam cel*na dalamnya.

“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kockan pada tngkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Firda.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa t*ngkol dan tanganku.

Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.

“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Firda sambil membelai t*ngkolku dengan tangannya yang lembut.

My gosh…perlahan impin dan obssiku menjadi kenyataan. tngkolku dibelai dan dik*cok dengan tangan Firda yang putih mulus.

Aku mendesis dan membelai rambut Firda. Kemudian secara spontan Firda menjlat tngkolku yang sudah bener-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tngkolku masuk ke mulutnya. Ya, tngkolku dihsap Firda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilngis.

Tak tahan dengan perlakuan sepihak Firda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan **nya.

“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Firda protes sambil menghentikan his*pannya.

Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas p****t putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.

“Ohh..Lin…boleh ya aku megang p****t sama memiaw kamu?”pintaku.

“Terserah…yang penting kamu puas.”

Segera kurmas-rmas p*t Firda yang montok. Ah, obssiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Firda terpampang dihadapanku. Puas dengan panttnya, kuarahkan jariku turun ke as dan vginanya. Firda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jiltan lidah dan hangatnya mulut Firda saat mengnyot tngkolku. Betul-betul menggarahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batng kelelkianku. Hingga akhirnya….

“fir….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg.

“Keluarin sayang…t*ngkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”

“I…iiy…iiyyaaa….fir….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”

Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…

Sprmaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan da Firda. Tangan halus Firda tak berhenti mengock batng kejntananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan

Ohhhh…….my dream come true….. Obssiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejhku di bibir dan muka Firda.

“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama d*a kamu kena sprmaku?”

Firda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan t*ngkolku yang sedikit melemas.

“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”

“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau s****a kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya firda.

“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen s****a aku.”

“Aihhh….” Firda terpekik. “Indah mau nelen s****a?”

Aku mengangguk. “Keapa Fir? Penasaran sama rasanya? Lha itu sprmaku masih meleleh di muka sama d*a kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.

“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Firda mengecap sprmaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya sprmaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijlatnya jarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya sprmaku masuk kedalam tubuhnya.

“Iya, Ndrew, sa kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sa kamu…”

“Mau lagi….?”

“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”

“Lha kan baru orl belum masuk ke meq kamu, Fir.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”

“Dasar kamu ya….”

“Bener kamu gak mau sp*rmaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.

“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Firda merajuk.

Perlahan kuhampiri Firda, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat meng*ngkang.

Kulihat meq*nya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.

“Hmmm…Lin…meq* kamu masih basah…kamu masih h***y dong…”tanyaku.

“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” firda memiawik saat lidahku menari diujung klit*risnya.

“Ndrewwww…kamu g*laaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.

Kumainkan lidahku dikelnttnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir v***a Firda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-sptnya.

Akibatnya luar biasa. Firda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan brhinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusdot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vginanya.

Ya…aroma va Firda lain dengan aroma va istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada snsasi tersendiri saat kuhirup aroma kewantaan Firda.

“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”

Aku paham, gerakan pantt Firda makin lar. Makin kencang. Kurasakan pula meqnya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku. dan akhirnya Crottt…..crooottt….crooootttt… AAaaaaahhhhhhh Firda berteriak dengan keras sampai terkulai lemas di sofa.

Categories
Random

Cerita Dewasa Pelukan hangat Supir Pribadiku

Cerita Dewasa Pelukan hangat Supir Pribadiku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Aku ingin menceritakan pengalaman berkesanku dan aku lakukan pertama kalinya perkenalkan namaku Fitri mahasiswi perguruan tinggi di Bandung. Saat malam hari aku sendirian di rumah ayahku masih di kantor sedangkan ibuku ikut seminar dan di rumah hanya aku dan sopirku di tambah pembantuku.

Sopirku bernama Yudha dia usianya 32 tahun dan sudah menikah tetapi istrinya tinggal di Palembang. Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Dewi untuk aku ajak ngobrol melalui telepon.

Telepon Dewi angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Dewi nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Dewi. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu ke n*kmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang brhubungn badan. Aku semakin terangsng setelah mendengar suara Dewi juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, br, serta celna dlam aku meremas pyudraku dan memasukkan jariku ke vginku.

Aku kock vginku hingga aku pun menyapai orgsme ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan. Aku cari sopirku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung.

Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu.

Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celna dlam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa pens yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan menglumnya.

Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut sopirku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya. Aku singkapkan sarungnya lebih keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.

Aku semakin tertarik untuk me nkmatinya lagi, aku elus berkali-kali pensnya hingga berdiri dan semakin panjang pens itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba menglumnya.

Ku jilti serta memberikan gigtan kecil pada buah plirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bernfsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju pens yang telah berdiri. Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah pens itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran.

Pyudra terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat brku terasa sesak juga vginku yang terasa mengeluarkan cairn. Akupun semakin tidak bisa menahan nfsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat klumanku sehingga membuat pen*s sopirku licin karena liurku.

Baca juga : Cerita Dewasa Bercinta Dengan Gadis Pujaan Hati

Di saat aku sedang keenakkan melakukan kluman di pens sopirku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan sopirku dan mencabut pen*snya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini,

Akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan nfsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam sopirku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah diprkos* sopirku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku.

Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah sopirku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.

Aku tidak peduli bagaimana perasaan sopirku, aku hanya ingin ke nkmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agrsif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangs*ngan terhadapnya.

Kuklum lagi pensnya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada sopirku, kupercepat klumanku sehingga membuat pensnya kembali berdiri. Aku sangat me nkmati pens.

“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsng yang mulai menunjukkan ke agrsifannya.

Sopirku mendesis me nkmati klumanku.

“Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Fitri”

Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat k*lumanku.

Hingga beberapa kluman pensnya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.

“Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Fitri ough” dan keluarlah sp*rmanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya.

Sprmanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sprma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu menc*um aku.

Cimannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan sprmanya untuk mengimbangi permainan bibir itu. Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dicum oleh cowok, dia terus mencum aku dan tangannya mulai meny*linap masuk ke kaosku.

Tangannya menuju ke pyudraku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agrsif dengan membuka kaos ketatku, rok, br serta celna dlamku.

Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku telnjng dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup vginku juga pyudraku.

Tetapi karena nfsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku telnjng dan akupun dengan agrsif melucuti kaosnya. Sekarang kita benar-benar telnjng bulat, kita saling berhimpitan sehingga pens yang telah mengacung itu menempel pada vgin*ku.

Aku ingin sekali merasakan pens itu masuk ke vginku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan pensnya ke vginku dan itu membuat aku semakin bernfsu. Setelah dia puas mencum aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia mencumi kakiku sampai ke vgin*ku.

Dia menjilti vginku, menyedot vginku dan juga memberikan gigtan kecil pada vginku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku. Semakin dia mempercepat jiltannya semakin keras pula erngan serta desissan yang keluar dari mulutku.

Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke vginku, jil*tan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.

“Auhh.. Ouhh..” Dia terus menjilti vginku sehingga membuat aku semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan akupun mengalami orgsmeku yang pertama, aku merasa ke nkmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami orgsme bersama cowok

Sopirku menghisp-hisp vginku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami org*sme terasa badanku lemas tetapi sopirku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

Dia bermain di pyudraku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, sopirku menglum, menydot, mermas dan juga menggigt-gigt pyudraku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali nfsuku, sopirku sangat me nkmati pyudraku dan dia selalu memuji pyud*raku yang kenyal dan kencang itu.

Aku yang ingin kembali me nkmati pens sopirku segera aku menggulingkan sopirku disampingku, aku menindihnya dengan vginku menghadap ke muka sopirku dan kita pun saling melakukan rangsngan. Aku kembali menglum pensnya sedangkan dia menjilti vginku.

Permainan lidahnya yang liar di vginku membuat tak kuasa menahan nfsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan pensnya ke vginku dan diapun mengijinkannya. Aku membalikkan badan dan sekarang pens itu tepat di bawah vginku, aku memegang pens itu dan mengarahkannya ke vginku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun vginku telah basah.

Penis sopirku seperti tidak mau masuk pensnya selalu ke kanan atau ke kiri. Sopirku pun membantuku, dia memegang pensnya sedangkan tangan satunya menuju vginku dan memasukkan jarinya ke vginku, akupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.

Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk vginku, sopirkupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan pensnya ke vginku. Secara mengejutkan pens itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak “Auhh.. Ough..” Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas.

Vagnaku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi sopirku duduk menghiburku dengan mencumku.

Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya nkmat sekali merasakan dua alat kelmin bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada.

Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu sopirku semangat dia mulai mermas pyudraku dan mulai melakukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa nkmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat nkmat Mayambah lagi remsan sopirku di pyudraku.

“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus mendesis.

Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi kockan serta teriakanku, kulihat sopirku sekali memejamkan mata me nkmati kockanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di vgin*ku.

“Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai” akupun merasakan org*sme yang kedua kali.

Tenaga yang habis membuat aku tidak dapat menahan tubuhku dan akupun rubuh diatas sopirku. Dengan pens yang masih menancap di vgin*ku sopirku membalikkanku hingga dia berada diatas,

Dia kembali mengock vginku yang telah kelelahan dengan semangat yang masih memburu diapun ingin mengalami orgsme maka akupun melayani dia walaupun tenagaku sudah habis. Sopirku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aku untuk duduk dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengoc*k.

Aku yang sudah lemas masih mencoba mengimbagi kockannya, aku mencoba memaju-mundurkan panttku walaupun sudah lemas. Dia semakin semangat untuk mengockku dengan buas dia juga menggigt pyudraku dan itu sangat membuat diriku kembali terangs*ng. “Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”

Akupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aku dibuat orgsme untuk ketiga kalinya. “Uuhh.. Ouugh.. Kau hebat Yudha.. Ouugh”. Dengan orgsmeku yang ketiga tubuhku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aku terus saja memuji dia “Kau hebat Dika” kataku.

Sopirku menyuruhku untuk menunggng dengan lemas dan antara sadar dan tidak aku masih menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai vginku. Dia masih dengan semangat tetap mengock serta mermas pyudraku dan kadang-kadang mermas pantt ku. Jarinya juga masuk ke ansku.

“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataku semakin me nkmati, dengan kasar dia mengock vginku dan juga ansku. Dengan kockan dari ans dan vgin* tubuhku semakin tak karuan dibuatnya.

“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Yudha”

Tak berselang lama aku merasakan lagi org*sme yang ke empat.

“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku aku dapat ough..”

Dan dia pun mengikuti mengalami klimks dengan sprma yang masih banyak.

Semprotan sprmanya membuat mataku terbelalak dan aku pun merasakan ke nkmatan, sprmanya tidak dapat tertampung di vginku sehingga jatuh ke sprei. Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, sopirku berada disampingku dan dia masih mencum serta meremas pantt dan pyud*raku.

Setelah nafasku mulai reda akupun langsung keluar dari kamarnya dengan masih telnjng dan berjalan dengan gontai, sopirku pun tertidur lagi. Begitulah pengalamanku bersama sopirku yang baru aku alami sekitar 26 Agustus 2023. Aku tidak kecewa walaupun keperwannku telah hilang tetapi aku senang mendapat pengalaman yang berharga.

Categories
Random

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Gadis Pujaan Hati

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Gadis Pujaan Hati – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Akhirnya umur delapan belas juga. Sonny melihat dirinya sendiri di depan cermin. Selama beberapa tahun terakhir ini dia tumbuh puluhan centi dan naik beberapa kilo. Dan akhirnya dia terlihat seperti lelaki. Dia bahkan sudah punya bulu dada. Sonny selalu menjadi pria kecil di kelasnya. Tidak pernah disukai oleh teman-teman sekelasnya karena kepintarannya.

Tapi Sonny terlalu bangga akan dirinya sendiri, menghabiskan waktu untuk belajar. Melempar senyum mencemooh saat teman sekelasnya tidak tau jawaban di papan tulis. Tahun demi tahun berlalu hingga akhirnya Sonny mengerti kenapa dia tidak pernah disukai. Dia mengerti dia tidak harus mengangkat tangan setiap kali dia tau sebuah jawaban. Tahun demi tahun berlalu, sikap barunya membuat nilainya turun sedikit demi sedikit.

Tapi apapun sikap yang diambil olehnya, tidak membuat orang-orang lain jadi menyukainya. Dia tetaplah bocah kerempeng dan selalu menjadi sasaran bully. Dia sangat kecil hingga tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri. Bahkan anak yang paling cupu sekalipun tidak ingin di dekat dia.

Melihat dirinya yang sudah berumur delapan belas di depan cermin, Bandar Sonny berharap bisa berkata, “lihat gue sekarang” kepada teman-teman sekelasnya. Tidak hanya perubahan fisiknya yang meningkat, Sonny rasa PD nya pun juga meningkat.

Berdiri di depan cermin sambil telanjang, dia melihat kearah kontolnya yang menggantung bebas. Terlihat aneh untuk dirinya sendiri. “Cewe Indo Seksi juga gak suka yang begini” pikirnya melihat Kontol dan Biji Peler nya yang besar. Gak mungkin kontolnya muat ke dalam Meki.

Penasaran, dia ke arah meja mengambil penggaris untuk mengukur kontol nya. Delapan setengah senti. Dia penasaran dengan ukuran nya kalau ngaceng. Dia mengocok pelan kontolnya sambil memikirkan cewe yang disukainya telanjang. Melly, anak seberang rumah dan kebetulan satu kelas di sekolah.

Kontol Besar miliknya makin mengembang, kini jarinya sendiri tidak muat menggenggam diameter kontolnya. Melly yang dari dulu tinggal di seberang rumah kini tumbuh menjadi gadis yang jelita. Rambutnya yang panjang sekalu diikat kebelakang saat pelajaran olahraga. Dan Nenen nya yang tumbuh sempurna bergoyang-goyang saat dia berlari.

Tanpa sadar kontolnya sudah ngaceng sepenuhnya. Dia kembali mengambil penggaris. 19 senti. “ini gak gede-gede amat kan?” pikirnya. Dia selalu membaca bokep Indo Seks Xxx Love Story jika sedang sange, dan kontol yang dilihat selalu tampak lebih besar dari dia. Tapi kenyataannya itu hanya efek kamera. Kontol nya yang ngaceng sudah kepalang tanggung.

Dia langsung menyalakan komputer dan memyetel film bokep. Dia memang menonton bokep, tapi pikirannya melayang ke Nenen Melly yang bersisi. Tidak sengaja dia melihat keseberang rumah melalui jendelanya, jendela rumah Melly terbuka, dan seperti ada yang sedang melihat.

Sonny kaget, dia berhenti nyoli. Dia bersembunyi sambil mengintip jendela rumah Melly. Mungkin cuma imajinasi gue, pikirnya. Menunggu lima menit lamanya, tetap tidak ada gerakan dari rumah Melly . Kini Sonny yakin yang dilihatnya tadi adalah imajinasi. Dia kembali nyoli.

Dari semua bokep yang dimiliki, dia hanya bisa membayangkan ngentot dengan Melly . Dia tiduran di atas kasur dan mulai nyoli dengan kedua tangan dengan cepat. Dalam tiga menit dia akhirnya nge crot. Sonny menutupi lubang kencingnya dengan tangan agar pejunya tidak berceceran.

Baca juga : Cerita Dewasa Diperkosa dan Digilir Sama Orang Asing

Setelah selesai dia menyeka tangan dan kontolnya dengan tisu dia kembali berbaring dengan kontol lemasnya di atas perut. Dia melirik ke jendela, disitu berdirilah Melly, melihatnya. “Fuck!” otaknya berteriak.

Melly masuk tanpa diundang kedalam rumah lewat jendela. Sonny duduk terpaku di atas kasur. Melly sudah berdiri di hadapan tubuh telanjang Sonny, melihat ke arah kontol raksasanya. “Punya lu gede amat,” katanya memecah kesunyian.

“U..udah berapa lama lu di depan jendela” kata Sonny terbata bata

“Cukup lama,” kata Melly tersenyum.

Melly duduk disamping kasur Sonny, tangannya mengelus kontol Sonny yang lemas sambil berkata wah. Elusan tangan Melly membuat kontol Sonny kembali berdiri. Hanya setengah berdiri. Tapi itu cukup membuat Melly terkaget. Sonny makin salah tingkah, diabiarkan Melly terus mengelus teknik Pijat Kontol supaya besar raksasanya.

Baju Melly yang saat itu hanya mengenakan tanktop ketat, menekan semaksimal mungkin toket nya yang besar. Memperlihatkan puting susunya yang menonjol. Tangan Sonny tanpa sadar meraih toket Melly. Dia berpikir, Melly sedang mengelus kontolnya, masa dia tidak boleh mengelus toketnya.

Melly memang tidak keberatan saat putingnya dimainkan. Malah dia menikmatinya. Melly kembali menatap Sonny, “aku dari dulu udah suka sama kamu” katanya. Hati Sonny sekarang tidak karuan, diantara semua teman sekelasnya yang tidak suka pada dirinya, ternyata cewe yang dia sukai juga balik menyukainya. Sonny yang kini mantap mendekatkan wajahnya ingin mencium Melly. Mereka berdua berciuman panas sementara Melly terus mengelus kontol Sonny, dan tangan Sonny kini sudah meremas kedua payudaranya.

Sonny berhenti dan berjalan ke arah pintu, memastikan pintu terkunci, dan menutup jendela. Dia kembali menghampiri Melly yang sedang membuka tanktop ketatnya. Melihat toket Melly yang berisi terbebas, kontol Sonny makin ngaceng. Tanpa basa basi Melly langsung menggenggam dan menjilati kontolnya. Sonny yang belum pernah merasakan disepong menjadi merem melek. Melly berhenti lalu melepas celananya sambil tiduran, hingga tampak lah memek pink Melly yang basah di bibir memeknya.

Sonny turun menginspeksi memek yang hanya bisa dilihatnya dari buku pelajaran. Aroma seksual yang keluar dari memek Melly membuat kontol Sonny bergetar hebat. Melly yang belum pernah sekalipun disentuh memek nya mengelinjang saat Sonny mengelus bibir memeknya. Akibatnya memeknya makin basah, saat Sonny memasukan jari kedalam.

“Kamu siap?” tanya Sonny. Melly mengangguk setuju. Melly sendiri yang sudah remaja ini penasaran sekali dengan rasa kontol mengenjoti memeknya, apalagi kontol raksasa milik Sonny. Sonny menuntun kontolnya di depan memek. Melly mengeluarkan suara desah pelan saat Sonny menekan kepala kontol nya di bibir memek. Melihat ukuran kontolnya dan lobang perawan milik Melly, Sonny sangsi bisa masuk. Ini lebih sulit dari pada berfantasi mengentoti peawan. Dimana kenyataan kentolnya sulit sekali masuk ke dalam lubang memek.

“Dorong lebih kencang!” Melly mendesah sambil menyodorkan memek nya.

“Tapi..nanti kamu bisa..”

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Melly menarik kontol Sonny masuk kedalam memek, diikuti dengan teriakan tertahan dari Melly. Sonny merasakan kehangatan di kepala kontolnya dan sekilas dia bisa melihat warna merah seperti darah. Melly terus menyodorkan memeknya hingga kini seperempat kontol Sonny sudah masuk. Dia merasakan rasa sakit tapi juga kenikmatan yang luar biasa, membuat memeknya semakin basah dan licin. Sonny terus memompa sedikit demi sedikit, tertolong oleh cairan memek yang licin hingga kini sudah masuk setengahnya.

Nafas Melly terengah engah juga mengeluarkan air mata. Sonny yang melihat Melly menangis memutuskan untuk berhenti, cukup ngentot dengan setengah kontolnya. Dengan pelan dia mencabut kontolnya hingga kepala kontolnya saja yang tertanam, Sonny melihat darah di batang kontolnya. Lalu pelan-pelan didorongnya lagi masuk. Saat kontol Sonny masuk hingga setengahnya, Melly merasa lumpuh. Sonny memompa lebih cepat saat Melly sudah terbiasa.

Mereka berdua bisa melihat cetakan kontol yang keluar masuk di perut Melly. Mata Melly merem melek merasakan memeknya seperti terbakar. Sedang Sonny mekikmati jepitan memek. Tidak berapa lama Melly kembali berteriak tertahan, lalu menyemprotkan cairan klimaks. Lidah Melly terjulur keluar karena kenikmatan, dan Sonny yang tadi sudah nyoli, merasa akan bertahan sebentar lagi.

Tapi jepitan memek Melly saat orgasme terasa lebih legit lagi, mau tidak mau Sonny juga ikut ngecrot. Dia mencabut kontol nya lalu ditaruh di antara payudara, Melly menjepit kontol Sonny dengan kedua payudaranya sementara Sonny mengesek gesek kontolnya. Dan akhirnya Sonny ngecrot tepat di wajah Melly. Cairan panas dari kontol raksasa Sonny yang banyak membasahi seluruh wajah Melly.

Mereka berdua terengah engah kelehan. Yang satu memek nya robek, yang satu lagi ngecrot 2 kali dalam selang setengah jam. Sonny akhirnya bisa berbangga diri karena sudah melepas keperjakaannya, ditambah membuat cewe kesukaannya ngecrot dalam satu kali sesi ngentot. Tubuh mereka berdua dilumuri oleh darah perawan, dan Melly merasa dia tidak akan bisa berjalan selama beberapa hari. Tapi Melly bersumpah akan mengubur semua kontol Sonny yang jumbo ke dalam memeknya suatu saat nanti. Dia hanya perlu berlatih lagi dengan si pemilik kontol.

Categories
Perawan

Cerita Dewasa Hana Gadis imut yang Masih Perawan

Cerita Dewasa Hana Gadis imut yang Masih Perawan – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Pernah berkenalan dengan wanita yang namanya Hana saya tanya tanya rupanya dia anak jawa, cewek yang supel dan enak di ajak ngobrol, kalau saya tanya hal apa , dia pasti bisa menjawab seolah olah seperti orang yang banyak pengetahuannya, dan setelah kami chat chat rupanya Hana juga ingin pergi ke Bandung tempat tinggal ku juga.

Dari situ karena jarak yang cukup dekat denganku, akhirnya kami berjanji untuk saling bertemu di daerah K di Jakarta. Dari pertemuan itu saya mengenal Hana lebih jauh. Hana kuliah di salah satu universitas terkemuka di kotanya.

Hana secara fisik biasa saja. Ukuran badannya kira-kira setinggi 160 cm. Tubuh agak bungkuk udang, mempunyai rambut panjang terurai. Tapi ada yang menarik dari penampilannya, toketnya! Toketnya terlihat unik & menantang. Saya hanya menelan ludahku bila tanpa sengaja mengintip bagian yang menggunung itu.

Hana meminta saya untuk mengangkatnya sebagai “adik”, sedangkan saya diangkatnya sebagai “abang”! Sebab ia bilang, Hana tak mempunyai kakak. Saya setuju-setuju saja.

Pertemuan kedua & selanjutnya kami semakin ‘terbuka’. Aku-pun sudah ‘diizinkan’ untuk memegang toketnya yang unik itu. Hanya saja ia bilang “dasar, abang nakal!!” saya hanya tersenyum…

Kalau sudah dibilangin begitu, maka akupun kadang lebih berani lagi. Tanganku menjelajah ke daerah terlarangnya….

Seminggu yang lalu saya menjenguknya di daerah P. Walau dengan mengendarai motor bututku, saya sampai juga ke rumahnya setelah berjalan selama beberapa jam dari rumahku.

Kulihat kegembiraan yang amat sangat, saat ia tahu bahwa saya yang datang. Memang sudah dua bulan saya tak main ke rumahnya. ia sudah kangen, tampaknya… Pada saat membukakan pintu Hana memakai daster putih,

Terlihat cukup jelas, pepayanya yang unik menerawang dari balik sangkarnya. Hana menyilahkanku duduk & berbalik sebentar ke dapur untuk kemudian kembali lagi dengan membawakanku segelas minuman dingin.

Hana gadis imut yang jago jilat

Setelah ngobrol ngalor ngidul. Hana menyandarkan wajahnya ke dadaku…

Saya menyambut dengan tenang. Sebab memang tujuanku ingin mencoba menuntaskan hasratku yang ada selama ini, dengannya. Kutundukkan muka saya untuk menjangkaunya. Saya menciumnya. Kususuri dengan bibirku.

Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung & sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu.

Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke toketnya yang cukup besar & unik. Unik sebab bentuk toketnya yang memanjang & besar, mirip dengan buah pepaya.

‘Adikku’ ini pintar juga memilih daster yang berkancing di depan & hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini.

Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster & BH itupun segera terlempar ke lantai.

Sementara itu, Hana juga telah berhasil membuka kancing celana jeanku, lalu berusaha melepas t-shirt yang saya pakai. Saya tetap menjaga agar Hana tak memelorotkan celana jeanku. Bukan apa-apa, ini kan di rental komputernya? hehehe…

Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu desahkan erangan-erangan lembut. ia tersenyum & menatapku sambil terus melanjutkan pengembaraannya menelusuri ‘senjataku’.

Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya.

Kujilati & kukulum puting susunya yang sudah mengacung keras. Hana mulai mendesah & meracau tak jelas. Sempat kulihat matanya terpejam & bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang.

Tanganku mengelus, meremas & memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Saya tak ingin buru-buru, saya ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat.

Tangannya semakin liar mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik & menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora. Apalagi suaranya yang meracau itu….

Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, Hana melepaskan celana jeanku. Saya tak menolak, sebab akupun ingin menuntaskan semuanya. Hana dengan bersemangat mengocok kontol ku, membuat semakin mengeras & mengacung gagah.

Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tak terlalu lebat tapi terawat teratur.

Sementara Hana rupanya sudah tak sabar, dibelai & digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama beberapa saat sejak saya berkenalan dengan Hana, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran & konsentrasiku tak lagi terpecah.

Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, & semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah.

Kubelai & kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin & basah. Tubuh Hana mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas & ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi.

Ciumannya semakin ganas, & mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang & melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang.

Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya. Dipeluknya saya dengan keras sambil berbisik, “Ohhh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”

Saya tak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi ia dari kening, ke bawah, ke bawah, & terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah.

Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, & sesekali kukunya yang tak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya.

Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.

Hana gadis imut yang jago jilat

Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya saya dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk memasukkan pusaka saya ke liang kenikmatannya. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.

Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan & kudorong masuk. Terasa sekali kalau daerah terlarang itu sudah basah & mengeluarkan banyak cairan. Kudorong perlahan… & terasa ada yang menahan tongkat pusakaku.

Wow…! Hana ini masih perawan rupanya. Kulihat ia meringis, mungkin kesakitan, tangannya tanpa kusangka mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Saya tak tega, saya kasihan! Kupeluk & kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.

Hana tahu saya kecewa. Sebab itu ia cepat mendekapku. & tiba-tiba dengan ganasnya, ia melumat & mengulum senjata saya yang mulai mengendur.

Baca juga : Cerita Dewasa Dijebak Sepupuh dan Temanku

“Argh… ” saya mendesis…! Ternyata sedotan demi sedotan dari Hana mendatangkan kenikmatan yang luar biasa…

Saya membiarkan saja, apa yang dilakukan Hana. Kulihat Hana dengan rakusnya telah melahap & mengulum kemaluanku yang sudah kembali membesar & sangat keras. Nikmat tiada tara. Tapi, saya kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta ia telentang di tempat tidur, saya naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik.

Saya pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan & elusan lidahnya yang hangat & kasar itu.

Apalagi bila ia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.

Larva panas hampir tak tertahankan lagi, saya memberi isyarat padanya untuk menghentikan emutannya…

Categories
Random

Cerita Dewasa Dijebak Sepupuh dan Temanku

Cerita Dewasa Dijebak Sepupuh dan Temanku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Cerita Mesum Dewasa ini adalah cerita bokep yang Kejadian ini berlaku pada tahun lepas. pada masa itu, nenek saya meninggal dunia. jadi kami sekeluarga pulang ke kampung. begitu juga dengan semua sepupu yang lain. budak perempuan dapat kongsi satu bilik, dan budak lelaki pula kongsi bilik yang lain. tapi kedua-dua bilik itu berkongsi satu bilik air, yang boleh dimasuk dari kedua-dua bilik. pada hari kedua tinggal di kampung, lebih kurang pukul lima petang, kami semua sedang menolong membasuh pinggan mangkuk. ketika itu saya terasa handak membuang air, tapi saya tahan sehingga siap membasuh.

kemudian saya terus masuk ke bilik perempuan dan menuju ke bilik air. tetapi pintu bilik air berkunci. ada orang yang sedang mandi di dalam. sayapun tunggu seketika, tetapi kemudian saya berasa tidak tertahan lagi. sayapun ketuk pintu bilik air. “cepat la sikit”. kemudian bunyu shower pun berhenti. saya terpaksa merapatkan kaki sambil kedua-dua tangan berada dicelah kangkang bagi mengelakkan daripada terkencing. selepas itu bunyi kunci pintu dibuka. saya terus meluru masuk, tetapi pada masa itu sepupu saya, Zali, masih belum sempat keluar ke bilik lelaki. sebelum sempat keluar, dia menoleh dan terlihat saya sedang menahan daripada terkencing. entah kenapa, dia berhenti, dan kemudiannya dia menutup semula pintu tersebut dan menguncinya. saya menyuruhnya keluar tetapi dia hanya tercegat di situ. dia baru sahaja lepas habis mandi dan hanya bertuala. peha saya semakin mengepit kedua-dua tangan saya. “nak kencing ke?” kata Zali sambil tersengih. saya betul-betul tak sangka bahawa sepupuku Zali yang muda setahun dari saya sanggup buat begitu. namun pada masa itu saya tidak mempunyai pilihan lagi kerana jika saya terus tahan, saya rasa pasti akan terlepas jugak. saya terus melucutkan seluar saya, dan kemudiannya panty saya. saya terus bercangkung di mangkuk tandas. tapi oleh kerana Zali sedang memerhati, saya tidak sanggup untuk melepaskan dihadapannya. saya terus merapatkan peha saya. saya cuba menahan sekuat mungkin, tapi akhirnya titis demi titis terkeluar. Zali yang tadi memerhati datang ke arah saya yang sedang bercangkung, lalu membongkokkan badannya sambil tersengih.

“tolonglah Zali, keluar…” pintaku. tapi Zali tetap tidak beredar, malah menggunakan kedua-dua tangannya untuk meluaskan kangkangku. kini bahagian sulitku telah terdedah. saya tidak dapat lagi menahan, dan terpancut keluar air kencingku sambil diperhatikan oleh Zali. saya betul-betul tak percaya keadaan itu berlaku. Zali teris membeliakkan matanya memerhatikan saya membuang air sambil terkangkang luas. saya dapat lihat melalui tualanya yang batangnya menegang. setelah selesai membuang air, saya terus membasuh kemaluan saya. tapi pada masa yang sama, Zali terus mengambil seluar dan panty saya yang saya telah lucutkan tadi. saya cuba meminta, tapi dia tidak memberikannya semula kepada saya. “tolonglaa Zali, apa awak nak nii…” saya merayu kepada Zali. Zali tersenyum. “Kalau awak nak balik seluar awak ni, awak kene bukak baju awak dulu” kata Zali. Saya merayu berkali-kali, tapi Zali mengugut kalau saya tak buat apa yang dia nak, dia akan keluar bersama seluar saya. saya yang terdesak, akhirnya bersetuju. mahu tidak mahu, saya tanggalkan t-shirt dan bra saya. akhirnya saya bertelanjang bulat tanpa seurat benang pun dihadapan Zali. saya dapat merasakan yang Zali semakin terangsang melihat saya tanpa sebarang pakaian. batangnya semakin menegang. saya terus meminta pakaian saya semula, Zali mula berdalih. saya dapat merasakan yang Zali mempunyai niat yang tak baik. Zali mengugut dia akan membuka pintu ke bilik lelaki jika saya tidak mengikut cakapnya. saya semakin tidak tahu apa yang nak dibuat kerana jika pintu itu di buka, semua sepupu saya yang ada di dalam bilik tersebut akan melihat saya bertelanjang.

Diperangkap Sepupu dan Dua Orang temanku

Akhirnya saya bersetuju untuk ikut apa sahaja yang Zali mahu, dengan syarat Zali berjanji untuk pulangkan pakaian saya dan merahsiakan perkara itu. Zali bersetuju dan terus mengambil kesempatan ke atas diri saya untuk memuaskan nafsunya. mula-mula dia menyuruh saya berdiri mengangkang, sambil dia mengusap dan menjolok-jolok bahagian sulit saya. tangan kirinya pula memicit-micit dan meramas-ramas buah dada saya. mulutnya liar menghisap dan menjilat puting buah dada saya. dalam keadaan tidak rela, badan saya menjadi semakin panas. kemudian, Zali menyuruh saya kangkang dengan lebih besar, dan dia duduk di celah kangkang saya dan kepalanya dicekupkan ke celah kangkang. lidahnya dijelirkan dan dimain-mainkan di dalam bahagian sulit saya. pada masa itu, badan saya semakin panas, dan saya mula merasa terangsang yang amat. saya tidak pernah berasa seperti ini sebelum itu. setelah agak lama, saya berasa seperti melepaskan satu babanan besar dan merasakan satu kepuasan yang amat. rupanya bahagian sulitku telah basah. melihatkan itu, Zali terus bangun dan terus mengarahkan batangnya yang sudah begitu menegang ke arah lubang sulit saya. saya cuba menghalang, tetapi terasa agak lemah ketika itu.

Zali tanpa berlengah-lengah memasukkan batangnya ke dalam. saya merasa seperti terkoyak di bahagian tersebut. saya mengerang kesakitan, tapi Zali membisikkan supaya saya tidak membuat bising. Zali memasukkan batangnya perlahan-lahan. saya pada masa itu tersandar pada dinding bilik air tersebut. setelah agak lama, batang Zali akhirnya masuk sehingga ke hujung. kesakitan yang saya rasa semakin berkurang. ketika ini, kami seperti melekat sesama sendiri. kemudian Zali mula mengeluarkan sedikit batangnya, dan menjoloknya masuk semula. perkara ini dilakukan berulang-ulang dan semakin laju. saya tidak sedar yang dengusan nafas saya sudah agak kuat, tapi Zali mengisayaratkan supaya mengawal supaya tidak didengari. “Syyyyyy….. nanti orang dengar…..”. saya mencapai klimaks yang kedua pada ketika itu. selepas itu, saya terasa seperti batang Zali semakin membesar lagi di dalam lubang sulit saya. Zali keluarkan batangnya dan menyuruh saya menghisapnya. saya dapat mengagak yang Zali akan memancutkan cecairnya sebentar lagi. saya pada mulanya tak mahu memasukkan batangnya ke dalam mulut, kerana merasakan itu adalah menjijikkan. tapi lepas didesak oleh Zali, saya melutut dan mengangakan juga mulut, dan Zali memasukkan batangnya ke dalam mulut saya. Zali menyuruh saya hisap batangnya. saya mula hisap. batangnya yang agak besar itu membuatkan saya terpaksa menganga seluas-luasnya. saya menghisap semakin kuat, dan Zali seperti mengerang kenikmatan. akhirnya terpancut cecair likat itu dari batang Zali ke dalam mulut saya. saya tertelan air likat tersebut dam ingin menarik keluar batang zali dari mulut, tetapi tidak dibenarkan oleh Zali. semakin banyak saya tertelan, dan selebihnya meleleh keluar dari mulut saya. kemudian Zali mengeluarkan batangnya dan terus memancutkan air likat tersebut ke atas buah dada saya. setelah habis pancutannya, Zali menyuruh saya duduk di atas sink.

Baca juga : Cerita Dewasa Guruku Mengambil Perawanku Dengan Dildo

dia mengangkangkan kaki saya dan memasukkan sekali lagi batangnya ke dalam lubang sulit saya. dia menyuruh saya melilitkan kaki pada pinggangnya dan dia mengangkat saya dengan tangannya di punggung saya. Zali sedang berdiri sambil saya duduk di atas batangnya dengan kaki terlilit di pinggangnya dan tangan memeluk lehernya. Zali mula menghenjutkan saya ke atas dan ke bawah. saya semakin dihenjutkan dan merasakan lubang sulit saya menghentak-hentak batangnya. saya dihenjutkan semakin laju. saya berasa sakit bercampur kenikmatan. selepas seketika, saya didudukkan semula ke atas sink dan batangnya dikeluarkan semula. seterusnya saya di suruh pusing ke belakang dan menghadap ke arah sink. saya membonkok sambil tangan saya diletakkan ke atas sink, dan kaki saya dikangkangkan. Zali memasukkan pula batangnya ke dalam lubang sulitku dari belakang. Zali mula menghayunkan batangnya masuk dan keluar. hayunannya semakin laju. pada masa ini, saya telah lupa segala apa yang berlaku sebelum itu tadi, yang saya fikirkan ialah kenikmatan yang saya rasai. tiba-tiba, terdengar bunyi pintu diketuk. Zali cepat-cepat mengeluarkan batangnya dan membasuh batangnya itu. sayapun terus membasuh bahagian sulit saya yang basah itu dan terus menyarungkan pakaian saya. setelah saya siap berpakaian dan Zali bertuala, kami keluar serentak dari bilik air tersebut. mujurlah sepupu saya yang mengetuk pintu itu tadi tidak perasan apa yang berlaku. perkara ini telah setahun berlaku.

namun saya masih tak dapat melupakannya. sampai sekarang, jika pulang ke kampung, saya malu untuk bersua dengan sepupu saya Zali yang muda setahun dari saya. saya juga berharap teman lelaki saya tidak akan tahu perkara ini.

DUA ORANG TEMANKU

Sudah seminggu aku berada di ibukota mengikuti seminar. Bererti sudah seminggu jugalah aku menginap di rumah Datin Julia. Rumah Datin Julia sudah jadi macam rumah aku sendiri. Siangnya aku hadir ke seminar dan malamnya aku bermalam di rumah Datin Julia. Makan minum aku akan dilayan dengan sempurna. Hubungan aku dengan Rikni orang gaji Datin Julia, yang berasal dari Sumatera, Indonesia, bagaikan isteri kedua aku. Sepertimana kisah dalam siri pertama dulu , aku terpaksa melayani kehendak sex kedua-dua wanita ini. Datin Julia dan Rikni bagaikan wanita bermadu, dan aku suami pinjaman mereka. Hubungan kami bertiga bertambah intim dan mesera. Bermula dengan adegan kami pada hari pertama dan kedua yang berlangsung di sofa ruang tetamu. Berterusan untuk hari-hari yang seterusnya. Tapi adegan kami untuk seterusnya bertukar ke bilik tidur Datin Julia Bilik tidur Datin telah menjadi bilik tidur untuk kami bertiga. Rikni, Datin dan Aku sering tidur bersama. Sikap Datin Julia begitu open minded.

Tiada cemburu diantara dia dengan Rikni, walaupun Rikni hanya oarang gajinya. Aku respect sikap Datin ini. Hari Sabtu petang, adalah hari terakhir seminar, sebelum pulang ke rumah Datin, aku berhasrat ke terminal Pudu Raya untuk dapatkan tiket bas perjalanan balik ke Pulau Pinang. Aku mundar mandir di depan lobi hotel, menunggu bellboy membuat panggilan mendapatkan teksi ke terminal Pudu Raya. Belum pun sempat budak bellboy menghubungi stesyen perkidmatan teksi, Datin Julia sudah tercegat di porch hotel. “Haii.. Sayang, seminar you habis pukul berapa tadi?” Sapa Datin Julia dengan manja. “Hai.. Ju… habis 15 minit yang lepas.” Aku membalas sapaan Datin Julia. Hubungan aku dengan Datin Julia semakin intim dan mesera, bagaikan pasangan kekasih. Datin Julia mengubah panggilan kepada aku. Kekadang memanggil aku dengan panggilan sayang, kekadang pula dengan panggilan Yus. Begitulah kemeseraan kami. Aku senang dengan panggilan ini. Penampilan Datin Julia sememangnya tampak anggun dan menawan, walaupun sudah berumur 37 tahun, dengan solekan dan fesyen pakaiannya, menampakkan dirinya lebih muda daripada umurnya . Budak bellboy tersenyum melihat telatah kami, apabila Datin Julia menghampiri aku dan memeluk pinggang ku serta membetulkan tali leher aku. “Yus dah minum.” “Mmmh sudah.” jawab ku ringkas. Harum sekali ferfume yang dipakainya “Ayang jadi balik Penang malam ni?” “Iya.” Jawab ku spotan.

“Boleh tak Ayang tangguh sehingga besok, esok ajelah Ayang balik, boleh kan?” Ini yang aku tak tahan ni, suara manja Datin Ju membuatkan aku mengiyakan saja, aku sekadar mengangguk kepala tanda setuju. Lantas aku mengarahkan budak bellman minta dia batalkan tempahan teksi. “Ok. Man, kensel, tak payah call teksi.” ” I dah ada kereta.” “Terima kasih Man.” Datin Julia ke counter bellboy dan dihulurkan tip RM10. “Thanks.” Balas Man budak bellboy. Aku pimpin tangan Datin Julia menuju ke kereta. “Yus , you pula yang drive.” Suara Datin Julia manja. “I tak mahulah Ju, i bukannya faham sangat jalan di KL ni.” Aku menolak lembut, “Alaa, Ju kan ada di sebelah. nanti Ju guidelah.” “Please Ju i tak biasa, Ju ajelah yang drive, please…….” Aku separuh merayu sambil mencuit mesera hidungnya dengan jari. Datin Julia akur, menghidupkan injin kereta, kenakan giar bergerak perlahan meninggalkan porch hotel. Setelah kereta bergerak 1 km , Datin Julia bertanya kepada ku. “Yus nak balik rumah atau nak ikut Ju?” “Terserah” Jawab ku spotan. Kereta bergerak ke hadapan, sampai di satu simpang, kereta membelok masuk ke jalan sahala dan berhenti di hadapan sebuah apartmen. “Kita nak ke rumah siapa Ju? ” Aku bertanya inginkan kepastian. “Ayang, kita singgah sekejap di sini, Rikni dah lama menunggu kita di tingkat atas.” “Ini Apartmen Ju.” Datin Julia memberi penerangan. “Ju sewakan untuk orang.” “Baru semalam dikosongkan.”

“Jadi Ju datang ni nak bantu Rikni bersihkan apartmen dan pastikan jika ada yang perlu dibaiki.” “Bertuahnya si jantan yang dapat miliki Mak Datin ni. Beutique ada, banglo ada, apartmen ada.” Aku bersuara perlahan separuh dengar. “You cakap apa tadi Yus?” Datin Julia bertanya, apabila melihat aku bercakap sendirian. “Tak ada apa, cuma kalau i dapat sewa di sini tentu hebat sekali.” Aku mengalih tumpuan. Dalam lif, Datin Julia memeluk pinggangku dari belakang, buah dadanya menonjal lembut terhimpit di belakang ku. Batang ku sudah mekar, menegang. Aku berpusing dan memeluk Datin Julia secara berhadapan. Aku kucup bibirnya. Dia menolak lembut. ” Ayang jangan di sini, kita dalam lif ni, nanti nampak dek orang, baru padan muka.” Katanya sambil ketawa kecil. Aku cuma tersenyum. Sampai di tingkat sepuluh, Datin Julia mengetuk pintu, Rikni menyambut kedatangan kami. Cantik Rikni dengan maxi singkat dan baju sendat diparas pusat yang dipakainya. Seperti biasa Rikni menanggalkan tali leher yang aku pakai, sambil memeluk pinggang ku manja, tangan kanan aku memeluk pinggang Datin Julia beriringan melangkah masuk ke ruang tamu. Keadaan di dalam rumah telah siap dibersihkan, peralatan perabutnya tersusun rapi. Kebanyakan jenama import dari luar negeri. “Bang Yus dan Kak Ju duduk istirehat duluan iya, sebentar Rik bawakan minumnya.” Rikni berlalu pergi ke ruang dapur. Aku dan Datin duduk di sofa sambil menunggu minuman. Di sebelah rak sofa terdapat bakul sampah, di dalamnya ada surat khabar dan majalah yang telah dibuang. Rikni datang dengan dulang minuman. Kami bertiga minum bersama. “Siapa penyewa apartmen ini, Ju?” Aku memulakan perbualan. “Penyewa apartmen ni yang lepas ke?” “Yalah penyewa yang baru keluar dari rumah ni lah Ju” Aku sekadar nak tahu. “Ju rasa Yus pun kenal orangnya, recording artis.

penyanyi dangdut yang seksi tu, sewa bersama pelakun filem yang sedang top sekarang ni, pelakun heroian.” Datin Julia bangun dari sofa diringi Rikni bergerak masuk ke dalam bilik sebelah. Dari dalam bakul sampah aku capai satu majalah yang telah dibuang. Majalah untuk dewasa, majalah sex. Aku belik gambar yang dimuatkan di dalamnya. Tertera gambar aksi wanita sedang below job replika batang lelaki dan ganbar yang satu lagi aksi wanita sedang memasukan replika batang butuh ke dalam lubang pantatnya. Batang ku mulai mekar menegang. Sedang aku membelek helaian gambar dalam majalah, terkejut aku dengan panggilan Datin Julia. “Yus, meh tolong Ju sekejap.” Aku bangun dari sofa bersama majalah di tangan dan bergerak mendapatkan Datin Julia. “Tolong Rik suis on aircon bilik ni.” Pinta Datin Julia sebaik sahaja melihat aku melangkah masuk. “Butang suisnya ngak mahu di picik, keras. ngak mahu lolos.” Sambung Rikni, tangan kanannya diangkat ke atas menekan punat suis aircon. Aku merenung bahagian pusat Rikni yang terdedah pada pandangan. Putih mulus. pusatnya melengkuk ke dalam. “Bang Yus, matanya melerek ke mana sih?” “Tolongi Rik.” Rayu Rikni apabila menyedari tumpuan mata ku arah pusatnya yang terdedah. Datin Julia duduk menyilang kaki sambil membersih plastik penutup lampu tidur, memandang ku dengan senyuman yang menggoda. Pahanya yang putih gebu terserlah apabila kain ketat yang dipakainya terbelah di belakang. Aku sekadar menelan air lior. Majalah yang aku bawa tadi aku letakan di atas meja lampu tidur. Terus membetulkan switch aircon. “Siap. Aircon sudah berfungsi dengan baik. Rik, mana upahnya?” Aku memacing suasana. Rikni dengan spotan memeluk dan mencium bibir ku.

Aku membalas ciuman dengan mengucup bibir Rikni. Tangan ku menjalar ke belakang di belakang Rikni terus ke bawah hingga ke punggung Rikni. Tangan kanan aku usap punggung Rikni dan yang kiri aku gosok lembut di celah kelakangnya. “Kot di sini, bang Yus?” Pelukkan kami terlerai, apabila Datin Julia bergerak menghampiri kami bersama majalah yang aku bawa masuk tadi. “Rik. kamu lihat ni.” Sambil menunjuk gambar wanita dengan aksi yang aku lihat tadi. “Kot yang tiruan, kenapa ngak dipanggil bang Yus, bang Yus kan bisa membantu.” Komen Rikni, apabila terpandang aksi tersebut. Aku tersenyum bungkam. Rikni memandang ku penuh bermakna, dipegangnya tangan ku mengajak duduk di tepi birai katil. “Kak Ju, bagaimana sih? Mahu jadi penuntun?” Begitulah akrabnya hubungan kedua wanita ini. Datin Julia masih tercegat membelek majalah yang ada di tangannya. Rikni bangun semula mendapatkan Datin Julia. Rikni dan Datin Julia sudah berada di sisi ku. Kami bertiga berdiri di tepi katil. Rikni di sebelah kiri ku dan Datin Julia di kanan ku. Dengan spotan Rikni menanggalkan pakaian Datin Julia . Datin Julia tidak membantah, malah turut membantu. Kini Datin Julia hanya dibalut pakaian dalam. Montok buah dada mak datin ni. Disebalik seluar dalam Datin yang nipis itu kelihatan warna kehitaman bulu pantatnya. Batang ku terus menegang. Aku rapatkan badan aku dengan Datin Julia. Datin pula menanggalkan pakaian ku. Aku turut membantu.

Kami masih lagi berdiri di tepi katil. Bibir Datin Julia aku kucup mesera. Matanya kuyu dan layu keghairahan. Datin Julia memberi respon balas. Lidah ku dikulum dan dihisap ke dalam mulutnya. Rikni membongkok dan melurut seluar dalam ku ke bawah. Dipegangnya batang ku, dibawa ke mulutnya, dijilat dengan hujung lidah, seperti menjilat ice cream. keseluruhan kepanjangan batang ku kini berada di dalam mulut Rikni. “Mmmmh mmmmm.” Nada yang keluar dari mulut Rikni serentak keluar masuk batang ku ke dalam mulutnya. Nyonyotan dan isapan berterusan. Batang butuh ku menjadi sasaran mulutnya. Terasa enak yang tidak terhingga apabila setuhan bibirnya mengulum batang butuh ku . Sekali sekala hujung lidahnya mencuit-cuit lubang kecil tengah di kepala takuk ku. Aku bertahan daripada muntah terlalu awal. Rikni dengan aktiviti below jobnya. Datin Julia sekarang ini berkeadaan baring terlentang di atas katil dengan kedua kakinya berjuntai ke bawah. Aku melurut seluar dalamnya dan Datin Julia mengangkat punggungnya memberi laluan seluar dalamnya di tanggalkan. Terserlah pantatnya yang menonjol tembam. Kedua bibirnya agak tebal sedikit melindungi hujung kelentiknya yang berwarna pink. Aku merapatkan muka ku betul-betul di celah kelangkangnya. Bibir pantatnya aku jilat dari bawah ke atas. Datin Julia merengek “Ahaaaaaa, aaaaaaaa, aaaaaa. nikmatnya Yus…teruskan yus.” Aku sentuh lidah ku kiri dan kanan rongka pantatnya. Pantat Datin sudah banyak air, aroma dari bau air pantatnya aku tak pedulikan lagi.

Rengekannya berterusan “Aaaaaaaaaa, aaaaaaaa. ” Setiap kali aku lidah ku menyentuh biji kelentiknya, terangkat punggung Datin Julia. Rengekan suaranya semakin kuat apabila aku menghisap biji kelentiknya. “Aaaaaaaaaaaa. aaaaaaaaa. aaaaaaa ummhhhhhhh. ummmhhh. Yus.. Ju dah tak tahan ni..” Hampir 15 minit adegan oral sex, jilat menjilat pantat Datin Julia ini. Datin sudah tak tahan lagi, sudah sampai klimaknya. Rambut ku di pegang dan di tarik. “ohhh… oohh Yus, teruskan Yus.. Aaaaaaaaa ummmhhhhh aaahhhhhh.”Datin Julia meregek semakin kuat. Aku pelbagaikan sentuhan lidah dan jilatan diperhebatkan. Punggung Datin Julia terangkat-rangkat beberapa kali. Posisi bertukar, Kami bertiga sudah berada di atas katil. Aku baring terlentang di atas tilam. Rikni duduk bertinggung di hujung kepala ku. Pantatnya dapat ku lihat dengan jelas. Dengan posisi yang sebegitu bibir pantat Rikni ternganga, betul-betul didepan mata ku. Bibir pantatnya beralun nipis tetapi bersih. Kelentiknya runcing di hujung. Lubang pantatnya hitam merah-kemerahan. Sudah pun kelihatan basah. Aku mendongak menjilat pantatnya. Apabila saja lidah ku menerjah masuk kelubang pantatnya, Rikni merengek-rengek kecil. “Aaaaa. aaaa aaaa. Enaknya bang Yusri …. ngak usah berhenti bang …. Bang Yus, Rik ngak tahan sih…” Rengekan semakin kuat lagi bila lidah ku mencuit dan menjilat biji kelentiknya. “Bang bang Aaaaauuuuuuuu. aaaaaaaaau.” Datin Julia juga sepertimana Rikni, posisi mencangkung di atas badan ku. Batang ku yang keras menegak berukuran 6 1/2 inci ini, betul-betul berada antara rekahan bibir pantat Datin Julia.

Diperangkap Sepupu dan Dua Orang temanku

Tunggu untuk menerjah masuk ke dalam lubang pantat Datin Julia yang sudah ternganga. Datin memegang batang ku dan membawanya ke permukaan lubang pantatnya. Menekan dari atas, lubang pantatnya menelan batang ku hingga ke pangkal. “Ohh… Yus… sedapnya….” Sehingga bibir pantatnya bertemu dengan pangkal batang ku. Nikmatnya lubang pantat mak datin ni tak terkata, terasa ketat di dalamnya. Punggung Datin Julia ke atas ke bawah menghenjut batang butuh ku. “Yus…. sedapnya Yus, ohh… sedapnya yus…. ohhh yus.. aaaaaaa.aaaa. aaaaaaa,” mengiringi setiap kali lubang pantatnya menelan kepanjangan batang ku. Rengekan “aaaaaaaaaa. uuuuhhhhhh aaaaaaaaa. aaaaaaaa.”berselang seli antara Datin Julia dan Rikni. Pantat Datin menelan batang butuh ku, pantat Rikni pula menerima jilatan ku. Kedua-duanya merasa kenikmatan bersama dan serentak. Adegan ini berterusan agak lama juga. Aku dah tak tahan lagi, merasai kenikmatan lubang pantat mak datin ini. Melihat reaksi ku yang hampir klimak, Datin Julia meminta Rikni pula berada di posisinya. Kali ini giliran lubang pantat Rikni pula menelan batang butuh ku. Batang ku menerjah masuk ke lubang pantat minah indon ini. Bolos dan lincin dengan air pantat Rikni yang semakin banyak. Bulu ku sudah basah keseluruhannya. “Enak nya bang Yus…bang banggg aaaaaaaa.. aaaa.. aaaaa.” rengekan Rikni mengikut irama sorong tarik dari atas ke bawah. “Bang Yus.. airnya lepaskan di dalam iya, bangggg……. aaaa… aaaa… aaaaaa….” Datin Julia bergerak ke arah posisi 69, buntutnya menghala ke muka ku dalam keadaan menonggeng. Punggungnya di angkat ke atas, tetek dan mukanya di sembam atas perut dan pinggang ku. Pantat dan lubang duburnya nampak jelas daripada belakang. Dengan menggunakan dua jari, aku sorong tarik masukan jari ke dalam lubang pantat Datin Julia. “Yus … teruskan Yus….. kuat lagi Yus… aaa.. aaa.. aaaaaaa..” Kedua-duanya merengek serentak, aaaaaaa…. aaa… aaaaaaaa… aaaaaaaa.. Henjutan Rikni semakin kuat turun naik.

Lubang pantat Rikni menelan batang butuh ku, dalam masa yang sama lubang pantat Datin Julia mnerima sorong tarik dua jari ku. Aku dah tak nak tahan lagi. Kini giliran aku pula, “aaaaaahhhh……. uuhhhh……. kedua tangan ku menekan tilam, menolak naik punggung ke atas memberi ruang kepada batang butuh ku rapat serapatnya ke dalam lubang pantat Rikni, air putih pekat aku terpancut ke dalam lubang pantat Rikni, Rikni sambut dengan rengekan yang cukup hebat “aaaaaaa. aaaaaa.. bang Yusss..ohhh ooohhh..banggg Yus..” Batang ku masih lagi berada di dalam pantat Rikni menghabiskan saki baki pancutan. Beberapa ketika kemudian Rikni bangun dari posisinya berkongsi dengan Datin Julia menjilat dan mengulum batang butuh ku. Terasa ngilu bila bersentuhan dengan lidah mereka berdua. Aku, Rikni dan Datin Julia masing-masing terlentang kepenatan di atas katil. Kami bertiga masih dalam keadaan berbogel. “Rik. sudah puas kamu.” Aku bersuara meminta kepastian “Iya bang Yus ” Balas Rikni tersenyum. “Bang Yus bagaimana sih?” ” Waduh enak sekali. Rik.” “Yus, ” Datin Julia bersuara manja. “Ayang tinggal aje di sini ye. Ju harap Yus tak keberatan. Ju dah mulai menyayangi diri you, Yus. Tapi tak tahulah pula perasaan Yus bagaimana.”

Luahan perasaan Datin membuatkan aku serba salah. “Rik kamu bagaimana sih?” Aku meminta pandangan Rikni. “Iya, Rik juga sama dengan Kak Ju. Sudah pasti Rik sayangkan Abang Yus. Terima aja deh.” Ujar Rikni kepada ku. “Ok, bisa di atur, tapi dengan syarat besok Rik dan Ju misti ikut Yus ke Penang.” Aku memberi persetujuan. Datin Julia mengukir senyum, bangun dan meninggalkan aku dan Rikni yang masih di atas katil. Dicapainya tuala untuk membalut tubuhnya yang masih belum berpakaian. Melalui handphone Datin Julia menekan punat nombor untuk membuat call. Dari perbualannya dia minta di hantar kereta mercedes putihnya ke workshop untuk di service. ” I minta you pastikan kereta i 100 persent baik. Besok petang i nak ke Penang. Thank you bye.”

Categories
Random

Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Teman Kecilku

Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Teman Kecilku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saya bertemu dengan sahabat saya Naralita sekarang setelah dia berkeluarga dan tinggal di Palembang, suatu hari saya bertemu lagi dengannya ketika dia bermain Yogya dengan seorang anak kecil dan suaminya, rona merah menghiasi rambut panjang dan tubuhnya yang terawat.

Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Naralita.

Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai.

Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Naralita) serta Naralita dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

Hari-hari berikutnya, Naralita masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Naralita. filmbokepjepang.net Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Naralita menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Naralita.

Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Naralita selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama-lama Naralita sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Naralita. Tampaknya Naralita tulus dan ikhlas membantu kami.

Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Naralita mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Naralita tiba-tiba muncul.

“Ada apa Na, malam-malam begini.”

“Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?”

“Ya, Dari mana kamu?”

“Sengaja kemari.”

Naralita mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Naralita terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

“Ada apa, Naralita?”

“Mas.. aku pengin seperti Mbak Tari.”

“Pengin? Pengin apanya?” Naralita tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.

“Naralita, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menungguku selesai bicara, Naralita sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras.

Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku.

Naralita merenggangkan pagutannya dan katanya, “Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yang pas.”

Kuangkat tubuh Naralita dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.

“Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari.”

“Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Naralita sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.

Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut.

Naralita merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Naralita kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Naralita. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

“Kamu amat bergairah, Naralita..” bisikku lirih di telinganya.

“Hmm.. iya.. Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.

“Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh..” serunya sembari menelan ludahnya.

“Ayo, Mas.. teruskan..”

“Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?”

“Semuanya,” kata Naralita sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya.

Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Naralita telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Naralita lekat ke dadaku.

Baca juga : Cerita Dewasa Tergodah Dengan Mamah Baruku

Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku.

Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Naralita, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

Tangan Naralita mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya.

“Sedot kuat-kuat Mas, sedoott..” bisiknya. Aku memenuhi permintaannya dan Naralita tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber-AC itu terasa makin hangat.

“Mas lepas..” katanya sambil telentang di lantai. Naralita meminta aku melepas pakaian. Naralita sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Naralita melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu.

Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Naralita melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.

“Mas sedot Mas.. teruskan, enak sekali Mas.. enak..” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Naralita. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Naralita tampak sedikit tersentak.

“Ukh.. khmem.. hss.. terus.. terus,” lenguhnya tak jelas. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya.

Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Naralita dengan teknik petik melodi.

Naralita menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas.. Mas.. ampun.. terus, ampun.. terus ukhh..” Sebentar kemudian Naralita lemas. Namun itu tidak berlangsung lama karena Naralita kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif.

Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Naralita menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Naralita.

“Uh.. Mas.. apaan ini,” kata Naralita kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Naralita langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku.

“Mas.. ini asli?”

“Asli, 100 persen,” jawabku.

Naralita geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras.

Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.

“Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini.”

“Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.”

“Alangkah bahagianya MBak Tari.”

“Makanya kamu pengin seperti dia, kan?”

Naralita langsung menarik penisku. “Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.”

Naralita menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Naralita memandangiku penuh harap.

“Cepat Mas, cepat..”

“Sabar Naralita. Kamu harus benar-benar terangsang, Sayang..”

Namun tampaknya Naralita tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Naralita. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya. filmbokepjepang.net “Cepat Mas..” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Naralita justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas.

Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Naralita tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Naralita tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.

“Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.

“Terus. Paksa, siksa aku. Siksa.. tusuk aku. Keras.. keras jangan takut Mas, terus..” Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Naralita menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi..” Dan aku menekannya kuat-kuat.

Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Naralita, meleleh keluar. Aku melirik, darah.. darah segar. Naralita diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap.

Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Naralita dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Naralita sedikit berkurang ketegangannya.

Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Naralita mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam. Naralita pasrah dan tidak sebuas tadi.

Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin. Naralita mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih, “Uuuhh.. Mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Terus.. aduh.. ya ampun enaknya..” Naralita melemas dan terkulai. Kucabut penisku yang masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Naralita yang terkulai.

“Naralita, kenapa kamu?”

“Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.”

“Kamu juga liar.”

Naralita memang sering berhubungan dengan laki-laki. Namun belum ada yang berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal. Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Naralita mengajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.

Sejak kejadian itu, Naralita selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari. Naralita waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Naralita mengaku puas.

Setelah lulus, Naralita menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tidak ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.

“Mas Danu, mau nyoba lagi?” bisiknya lirih.

Aku hanya mengangguk.

“Masih gede juga?” tanyanya menggoda.

“Ya, tambah gede dong.”

Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi sama-sama telah matang.

“Mas Danu, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum?” tanyanya.

“Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.

Dan, Naralita pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami sama-sama terpuaskan.

Categories
Random

Cerita Dewasa Tergodah Dengan Mamah Baruku

Cerita Dewasa Tergodah Dengan Mamah Baruku – Selamat datang sobat di Cerita Dewasa Emikoblue. Perlu diingat untuk para pembaca Emikoblue yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah sebatas hiburan semata. Cerita ini tidak ada tujuan untuk menjelekkan salah satu agama manapun.

Saya harap para pembaca Emikoblue untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

Saat usia 10 tahun, Papa dan Mama bercerai karena alasan tidak cocok. Aku sebagai anak-anak sih nerima aja tanpa bisa protes. Saat aku berusia 15 tahun, Papa kawin lagi. Papa yang saat itu berusia 37 tahun kawin dengan Tante Nuna yang berusia 35 tahun. Tante Nuna orangnya cantik, setidaknya pikiranku sebagai lelaki disuia ke 15 tahun yang sudah mulai merasakan getaran terhadap wanita. Tubuhnya tinggi, putih, pantatnya berisi dan buah dadanya padat. Saat menikah dengan Papa, Tante Nuna juga seorang janda tapi nggak punya anak.

Sejak kawin, Papa jadi semangat hidup berimbas ke kerjanya yang gila-gilaan. Sebagai pengusaha, Papa sering keluar kota. Tinggallah aku dan ibu tiriku dirumah. Lama-lama aku jadi deket dengan Tante Nuna yang sejak bersama Papa aku panggil Mama Nuna. Aku jadi akrab dengan Mama Nuna karena kemana-mana Mama minta tolong aku temenin. Dirumahpun kalo Papa nggak ada aku yang nemenin nonton TV atau nonton film VCD. Aku senang sekali dimanja sama Mama baruku ini.

Setahun sudah Papa kawin dengan Mama Nuna tapi belom ada tanda -tanda kalo aku bakalan punya adik baru. Bahkan Papa semakin getol cari duit dan sering banget keluar kota. Aku dan Mama Nuna semakin akrab aja. Sampai-sampai kami seperti tidak ada batasan sebagai anak tiri dan ibu tiri. Kami mulai sering tidur disatu tempat tidur bersama. Mama Nuna mulai nggak risih untuk mengganti pakaian didepanku walaupun tidak bener-bener telanjang. Tapi terkadang aku suka menangkap basah Mama Nuna lagi berpolos ria mematut didepan kaca sehabis mandi. Beberapa kali kejadian aku jadi apal kalo setiap habis mandi Mama pasti masuk kamarnya dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai dikamar handuk pasti ditanggalkan.

Beberapa kali kejadian aku membuka kamar Mama yang nggak dikunci aku kepergok Mama Nuna masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong didepan cermin. Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Mama mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar dimata mudaku. Sampai suatu ketika, mungkin karena terdorong nafsu laki-laki yang mulai menggeliat diusia 16 tahun, aku menjadi bernafsu besar ketika melihat Mama sedang tiduran dikasur tanpa pakaian. Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit merintih. Aku terpana didepan pintu yang sedikit terbuka dan menikmati pemandangan itu. Lama aku menikmati pemandangan itu. Kemaluanku berdiri tegak dibalik celana pendekku. Ah, inikah pertanda kalo anak laki-laki sedang birahi? Batinku. Aku terlena dengan pemandangan Mama Nuna yang semakin hot menggeliat-geliat dan melolong. Tanpa sadar tanganku memegang dan memijit-mijit si otong kecil yang sedari tadi tegang. Tiba-tiba aku seperti pengen pipis dan ahh koq pipisnya enak ya. Akupun bergegas kekamar mandi seiring Mama Nuna yang lemas tertidur.

Kejadian seperti jadi pemandanganku setiap hari. Lama -lama aku jadi bertanya-tanya. Mungkinkah ini disengaja sama Mama? Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya terekam diotakku kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa. Wanita berumur yang cantik dimataku terlihat sangat sexy dan sangat menggairahkan.

Suatu siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku. Seperti biasa aku melongok ke kamar Mama. Kulihat Mama Nuna dalam keadaan telanjang bulat sedang tertidur pulas. Kuberanikan untuk mendekat Mumpum perempuan cantik ini lagi tidur, batinku. Kalau selama ini aku hanya berani melihat Mama dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada didepanku. Kupelototi semua lekuk liku tubuh Mama. Ahh, si otong bereaksi keras, menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari, mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung, kuberanikan tanganku mengusap paha Mama Nuna, pelan, pelan. Mama diam aja, aku semakin berani. Kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh cantik Mama tiriku. Kuremas-remas buah dada ranum dan dengan naluri plus pengetahuan dari film BF aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap putting susu Mama. Mama masih diam, aku makin berani. Terispirasi film blue yang kutonton bersama temen -temen, aku tanggalkan seluruh pakaianku dan si otong dengan marahnya menunjuk-nujuk. Aku tiduran disamping Mama sambil memeluk erat.

Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Mama tiba -tiba bergerak dan membuka mata. Mama Nuna menatapku tajam.

“Ngapain Ndy? Koq kamu telanjang juga?” tanya Mama.

“Maaf ma, Andy khilaf, abis nafsu liat Mama telanjang gitu” jawabku takut-takut.

“Kamu mulai nakal ya” kata Mama sambil tangannya memelukku erat.

“Ya udah Mama juga pengen peluk kamu, udah lama Mama nggak dipeluk papamu. Mama tadi kegerahan makanya Mama telanjang, e nggak taunya kamu masuk” jelas Mama.

Yang nggak kusangka-sangka tiba-tiba Mama mencium bibirku. Dia mengisap ujung lidahku, lama dan dalam, semakin dalam. Aku bereaksi. Naluri laki-laki muda terpacu. Aku mebalas ciuman Mama tiriku yang cantik.

Semuanya berjalan begitu saja tanpa direncanakan. Lidah Mama kemuidan berpindah menelusuri tubuhku.

“Kamu sudah dewasa ya Ndy, gak apa-apa kan kamu Mama perlakukan seperti papamu” gumam Mama disela telusuran lidahnya.

“Punya kamu juga sudah besar, belom sebesar punya papamu tapi lebih keras dan tegang”, cerocos Mama lagi.

Aku hanya diam menahan geli dan nikmat. Mama lebih banyak aktif menuntun (atau mengajariku). Si otong kemudian dijilatin Mama . Ini membuat aku nggak tahan karena kegelian. Lalu, punyaku dikulum Mama. Oh indah sekali rasanya. Lama aku dikerjain Mama cantik ini seperti ini.

Mama kemudian tidur telentang, mengangkangkan kaki dan menarik tubuhku agar tiduran diatas tubuh indahnya. Mama kemudian memegang punyaku, mengocoknya sebentar dan mengarahkan keselangkangan Mama. Aku hanya diam saja. Terasa punyaku sepertinya masuk ke vagina Mama tapi aku tetep diam aja sampai kemudian Mama menarik pantatku dan menekan. Berasa banget punyaku masuk ke dalam punya Mama. Pergesekan itu membuat merinding. Secara naluri aku kemudian melakukan gerakan maju mundur biar terjadi lagi gesekan. Mama juga mengoyangkan pinggulnya. Mama yang kulihat sangat menikmati bahkan mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya sehingga aku seperti sedang naik kuda diatas pinggul Mama.

Tiba-tiba Mama berteriak kencang sambil memelukku erat-erat, “Andyy, Mama enak Ndy” teriak Mama.

“Ma, Andy juga enak nih mau muncrat” dan aku ngerasain sensasi yang lebih gila dari sekedar menonton Mama kemarin-kemarin.

baca Juga : Cerita Dewasa Ngeseks Dengan Ibu Yena

Aku lemes banget, dan tersandar layu ditubuh mulus Mama tiriku. Aku nggak tau berapa lama, rupanya aku tertidur, Mama juga. Aku tersadar ketika Mama mengecup bibirku dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya. Mama kemudian keluar kamar dengan melilitkan handuk, mungkin mau mandi. Akupun menyusul Mama dalam keadaan telanjang. Kuraba punyaku, lengket sekali, aku pengen mencucinya. Aku melihat Mama lagi mandi, pintu kamar mandi terbuka lebar. Uhh, tubuh Mama tiriku itu memang indah sekali. Nggak terasa punyaku bergerak bangkit lagi. Dengan posisi punyaku menunjuk aku berjalan ke kamar mandi menghampiri Mama.

“Ma, mau lagi dong kayak tadi, enak” kini aku yang meminta.

Mama memnandangku dan tersenyum manis, manis sekali. Kamipun melanjutkan kejadian seperti dikamar.

Kali ini Mama berjongkok di kloset lalu punyaku yang sedari tadi mengacung aku masukkan ke vagina Mama yang memerah. Kudorong keluar masuk seperti tadi. Mama membantu dengan menarik pantatku dalam -dalam. Nggak berapa lama Mama mengajak berdiri dan dalam posisi berdiri kami saling memeluk dan punyaku menancap erat di vagina Mama. Aku menikmati ini, karena punyaku seperti dijepit. Mama menciumku erat. Baru kusadari kalau badanku ternyata sama tinggi dengan mamaku. Dlama posisi berdiri aku kemudian merasakan kenikmatan ketika cairan kental kembali muncrat dari punyaku sementara Mama mengerang dan mengejang sambil memelukku erat. Kami sama–sama lunglai.

Setelah kejadian hari itu, kami selalu melakukan persetubuhan dengan Mama tiriku. Hampir setiap hari sepluang sekolah, bahkan sebelum berangkat sekolah. Lebih gila lagi kadang kami melakukan walaupun Papa ada dirumah. Sudah tentu dengan curi-curi kesempatan kalo Papa lagi tidur. Kehadiran Papa dirumah seperti siksaan buatku karena aku nggak bisa melampiaskan nafsu terhadap Mama. Aku sangat menikmati. Aku senang kalo Papa keluar kota untuk waktu lama, Mama juga seneng. Mama terus melatih aku dalam beradegan sex. Banyak pelajaran yang dikasi Mama, mulai dari cara menjilat vagina yang bener, cara menghisap buah dada, cara mengenjot yang baik. Pokoknya aku diajarkan bagaimana memperlakukan wanita dengan enak. Aku sadar kalo aku menjadi hebat karena Mama tiriku.

Sekitar setahun lebih aku menjadi pemuas Mama tiriku menggantikan posisi ayah. Aku bahkan jatuh cinta dengan Mama tiriku ini. Nggak sedetikpun aku mau berpisah dengan mamaku, kecuali sekolah. Dikelaspun aku selalu memikirkan Mama dirumah, pengen cepet pulang. Aku jadi nggak pernah bergaul lagi sama temen -temen. Sebagai cowok yang ganteng, banyak temen cewek yang suka mengajak aku jalan tapi aku nggak tertarik. Aku selalu teringat Mama. Justru aku akan tertarik kalo melihat bu guru Ratna yang umurnya setua Mama tiriku atau aku tertarik melihat bu Henny tetanggaku dan temen Mama.

Tapi percintaan dengan Mama hanya bertahan setahun lebih karena kejadian tragis menimpa Mama. Mama meninggal dalam kecelakaan. Ketika itu seorang diri Mama tiriku mengajak aku nemenin tapi aku nggak bisa karena aku ada les. Mama akhirnya pergi sendiri ke mal. Dijalan mobil Mama tabrakan hebat dan Mama meminggal ditempat. Aku merasa sangat berdosa nggak bisa nemenin Mama tiriku tercinta. Aku shock. Aku ditenangkan Papa.

“Papa tau kamu deket sekali dengan Mama Nuna, tapi nggak usah sedih ya Ndy, Papa juga sedih tapi mau bilang apa” kata papaku.

Selama ini papaku tau kalo aku sangat deket dengan Mama. Papa senang karena Papa mengira

aku senang dengan Mama Nuna dan menganggapnya sebagai Mama kandung. Padahal kalau Papa tau apa yang terjadi selama ini. Aku merasa berdosa terhadap Papa yang dibohongi selama ini.

Tapi semua apa yang diberikan Mama Nuna, kasih sayang, cinta dan pelajaran sex sangat membekas dipikiranku. Sampai saat ini, aku terobsesi dengan apa semua yang dimiliki Mama Nuna dulu. Aku mendambakan wanita seumur Mama, secantik Mama, sebaik Mama dan hebat di ranjang seperti Mama tiriku itu. Kusadari sekarang kalo aku sangat senang bercinta dengan wanita STW semuanya berawal dari sana.